Muhammad Antoso


Selamat Datang di Blogs Antok Pemuda Sumenep Semoga Bermanfaat

Kamis, 27 Desember 2012

KECEMASAN AKADEMIS

1. Definisi Konsep Kecemasan Akademis Kecemasan sebagai suatu perasaan tidak tenang, rasa khawatir, atau ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas atau tidak diketahui (Craig, 1992 dalam Elliot, 1996. h. 343). Fungsi kecemasan sendiri adalah memperingatkan individu akan adanya bahaya, kecemasan merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya tersebut akan meningkat sampai ego dikalahkan (Freud dalam Supratiknya, 1993, h. 81). Kecemasan muncul pada saat individu mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan karena frustrasi muncul pada individu yang memiliki hambatan dalam memenuhi kebutuhan, sehingga individu tersebut merasa terancam. Kegagalan yang dialami membuat individu tertekan perasaannya sehingga individu tersebut menjadi cemas. Konflik juga bisa menimbulkan kecemasan bila terdapat dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama (Daradjat, 1990, h. 28). Menurut Cornell University (2007), kecemasan akademik adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian. Perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di kelas atau ketika ujian. Ketika kecemasan meningkat, tubuh akan memberikan reaksi atau respon untuk menolak atau memperjuangkannya. Menurut Valiante dan Pajares (1999, h. 33) menyatakan kecemasan akademis sebagai perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademis. Ottens (1991, h. 1) menjelaskan bahwa kecemasan akademis mengacu pada terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena kemungkinan performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas-tugas akademis diberikan. Menurut Otten (1991), Kecemasan akademik adalah masalah yang penting yang akan mempengaruhi sejumlah besar siswa. Ketika kecemasan yang dirasakan oleh siswa berlebihan maka akan berpengaruh secara negatif karena siswa mengalami tekanan psikologis sehingga siswa tersebut mendapatkan hasil belajar yang kurang baik dan lebih banyak menghindari tugas, hal ini disebabkan oleh penurunan rentang perhatian, konsentrsi dan memori pada siswa. Namun disisi lain kecemasan memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa karena dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas. Perasaan berbahaya, takut, atau tegang sebagai hasil tekanan di sekolah disebut juga sebagai kecemasan akademis. Kecemasan akademis paling sering dialami selama latihan yang bersifat rutinitas dan diharapkan siswa dalam kondisi sebaik mungkin saat performa ditunjukkan, serta saat sesuatu yang dipertaruhkan bernilai sangat tinggi, seperti tampil di depan orang lain. Cara seseorang merasakan kecemasan dapat terjadi secara bertahap dari pertama kali kecemasan tersebut muncul, contohnya kegugupan saat harus membaca di depan kelas degan suara keras. Gangguan serius yang dialami seseorang menegaskan terjadinya kepanikan dan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara normal (O'Connor, 2007, h. 4-5). Peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan akademis adalah dorongan pikiran dan perasaan dalam diri individu yang berisikan ketakutan akan bahaya atau ancaman di masa yang akan datang tanpa sebab khusus, sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku sebagai hasil tekanan dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademis. Gejala Kecemasan Akademik O’Connor (2008), membagi gejala-gejala kecemasan akademik menjadi 2 ,yaitu gejala berat dan gejala ringan. Beberapa gejala kecemasan akademik yang ringan, antara lain : 1. Pusing 2. Mual atau sakit perut 3. Berkeringat, lembap pada telapak tangan 4. Bercak merah di wajah 5. Merah kemalu-maluan 6. Sakit kepala 7. Kenaikan pada nada suara saat berbicara 8. Pikiran negatif tentang tugas gagal atau kehabisan waktu 9. Keraguan tentang diri akan hal kemampuan dibanding siswa lain 10. Malu di depan teman sekelas, dan guru 11. Takut gagal Beberapa gejala kecemasan akademik yang berat, antara lain : 1. Mati rasa di tangan dan kaki 2. Kesulitan tidur 3. Pusing berat atau kehilangan kesadaran 4. Kesulitan bernapas dan perasaan menjadi tersendat 5. Pikiran yang Paranoid seperti dinilai buruk oleh orang lain 6. Obsesif, pikiran berulang yang sulit berhenti 7. Takut malu di depan teman sekelas dan guru 8. Depresi 9. Kesedihan dan merasa khawatir terhadap beban yang berat 10. Panik dan kesal yang terus menerus tanpa masalah atau peristiwa tertentu. Karakteristik kecemasan akademis Nevid berpandangan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan gelisah atau aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005, h. 163). Pemaparan di atas menunjukkan karakteristik kecemasan secara umum, maka sekarang merujuk pada kriteria kecemasan akademis. Ottens (1991, h. 5-7) berpendapat bahwa ada empat karakteristik yang ada pada kecemasan akademis. a. Pola kecemasan-yang menimbulkan aktivitas mental (pattern of anxietyengendering mental activity). Siswa memperlihatkan pikiran, persepsi dan dugaan yang mengarah pada kesulitan akademis yang dihadapi. Ada tiga aktivitas mental yang terlibat. Pertama dan terpenting adalah kekhawatiran. Siswa menjebak diri sendiri ke dalam kegelisahan dengan menganggap semua yang dilakukannya adalah salah. Kedua, dialog diri (self-dialog) yang maladaptif. Siswa berbicara dengan dirinya sepanjang hari, yang merupakan wujud dari dialog sadar. Pengingat diri (self-reminder), instruksi diri (self-directives), menyelamati diri (self-congratulations), dan kesukaan akan sesuatu merupakan bentuk-bentuk dari dialog sadar. Tetapi berbicara dalam hati pada siswa yang cemas secara akademik seringkali ditandai dengan kritik-diri (self-criticism) yang keras, penyalahan-diri (self-blame), dan kepanikan berbicara pada diri sendiri (selftalk) yang mengakibatkan munculnya perasaan cemas dan memperbesar peluang untuk merendahkan kepercayaan diri serta mengacaukan siswa dalam memecahkan masalah. Ketiga, pengertian yang kurang maju dan keyakinan siswa mengenai diri dan dunia mereka. Siswa memiliki keyakinan yang salah tentang pentingnya masalah yang ada. Cara untuk menegaskan harga diri (self worth), mengetahui cara yang terbaik untuk memotivasi dan mengatasi kecemasan, serta memisahkan pemikiran-pemikiran salah yang menjamin adanya kecemasan akademis. b. Perhatian yang menunjukkan arah yang salah (misdirected attention). Tugas akademis seperti membaca buku, ujian, dan mengerjakan tugas rumah membutuhkan konsentrasi penuh. Siswa yang cemas secara akademis membiarkan perhatian mereka menurun. Perhatian dapat dialihkan melalui pengganggu eksternal (perilaku siswa lain, jam, suara-suara bising), atau melalui pengganggu internal (kekhawatiran, melamun, reaksi fisik). c. Distress secara fisik (physiological distress). Perubahan pada tubuh diasosiasikan dengan kecemasan-otot tegang, berkeringat, jantung berdetak cepat, dan tangan gemetar. Selain perubahan pada tubuh, ada juga pengalaman emosional dari kecemasan, biasanya disebut dengan perasaan “sinking”, “freezing”, dan “cluthing”. Aspek fisik dan emosi dari kecemasan menjadi kacau jika diinterpretasikan sebagai bahaya atau jika menjadi fokus penting dari perhatian selama tugas akademis berlangsung. d. Perilaku yang kurang tepat (inappropriate behaviors). Berulangkali, siswa yang cemas secara akademis memilih berperilaku dengan cara menjadikan kesulitan menjadi satu. Perilaku siswa mengarah pada situasi akademis yang tidak tepat. Penghindaran (prokrastinasi) sangat umum dijumpai, karena dengan menunjukkan tugas yang belum sempurna dan performa siswa fungsinya yang bercabang (misalnya, berbicara dengan teman ketika sedang belajar). Siswa yang cemas juga berusaha keras menjawab pertanyaan ujian atau terlalu cermat mengerjakan untuk menghindari kesalahan dalam ujian. Peneliti menggunakan pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental, perhatian yang menunjukkan arah yang salah, distres secara fisik, dan perilaku yang kurang tepat sebagai komponen yang digunakan dalam pembuatan skala kecemasan karena menggambarkan kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan. Jenis kecemasan umum Freud (dalam Alwisol 2006, h. 26-27) membedakan tiga macam kecemasan berdasarkan sumbernya, yakni kecemasan realistik (realitic anxiety), kecemasan neurotik (neurotic anxiety), dan kecemasan moral (moral anxiety). Kecemasan realistik adalah rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar; kecemasan realistik menjadi asal mula timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang akan diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya jika individu memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakini akan mendapat hukuman. Hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotik bersifat khayalan. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul ketika individu melanggar standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotik tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip, yakni pada tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral, individu tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat energi superego, sedangkan pada kecemasan neurotik individu dalam keadaan distres-terkadang panik-sehingga individu tidak dapat berpikir jelas dan energi id menghambat penderita kecemasan neurotik untuk membedakan antara khayalan dengan kenyataan. Menurut Greenberg (2002, h. 132) membagi kecemasan menjadi dua macam berdasarkan responnya, yaitu: a. State Anxiety adalah kecemasan yang bersifat temporer atau timbul pada situasi tertentu dan terhadap sesuatu yang spesifik. b. Trait Anxiety adalah sensasi kecemasan yang bersifat umum dan tidak mengarah pada sesuatu yang spesifik. Individu yang sedang merasakan berbagai keadaan yang membahayakan atau mengancam, cenderung untuk menghadapinya dengan reaksi kecemasan. Berdasarkan pemaparan di atas, disimpulkan bahwa kecemasan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi kecemasan realitas, neurotik, dan moral. Sesuai sumbernya tersebut, kecemasan akademis termasuk ke dalam kelompok kecemasan realitas karena kecemasan akademis bersumber dari peristiwa yang terjadi dalam situasi akademis. Selain dari sumbernya, kecemasan akademis dapat digolongkan sebagai state anxiety berdasarkan respon yang muncul. Kecemasan akademis adalah kecemasan yang sifatnya sementara, karena kecemasan hanya muncul pada situasi akademis. 2. Definisi Operasional Kecemasan akademis adalah ketakutan terhadap bahaya atau ancaman di masa yang akan datang tanpa sebab khusus, sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku sebagai hasil tekanan dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademis. Kecemasan akademis dievaluasi melalui karakteristik kecemasan yang meliputi pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental, perhatian yang menunjukkan arah yang salah, distres secara fisik, dan perilaku yang kurang tepat. Apabila skor Skala Kecemasan Akademis semakin tinggi berarti semakin tinggi pula kecemasan dalam diri subjek. Sebaliknya, apabila skor Skala Kecemasan Akademis semakin rendah berarti semakin rendah pula kecemasannya. 3. Dimensi Kecemasan Akademik Dimensi-dimensi kecemasan akademik ini mengacu pada karakteristik kecemasan akademis yang meliputi pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental, perhatian yang menunjukkan arah yang salah, distres secara fisik, dan perilaku yang kurang tepat yang dipaparkan Otens (1991, h. 5-7) pada teori sebelumnya. 1) Pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental Pikiran, persepsi dan dugaan yang mengarah pada kesulitan akademis yang dihadapi. Aktivititas mental yang terlibat adalah kekhawatiran, dialog diri yang maladaptif, serta pengertian dan keyakinan yang salah mengenai diri dan dunia mereka. 2) Perhatian yang menunjukkan arah yang salah Perhatian yang menurun karena dialihkan melalui pengganggu eksternal (perilaku siswa lain, jam, suara-suara bising), atau melalui pengganggu internal (kekhawatiran, melamun, reaksi fisik). 3) Distres secara fisik Perubahan pada tubuh diasosiasikan dengan otot tegang, berkeringat, jantung berdetak cepat, dan tangan gemetar. Selain itu melibatkan aspek pengalaman emosi yang terjadi selama tugas akademis berlangsung. 4) Perilaku yang kurang tepat Perilaku yang ditunjukkan tidak sesuai sesuai, seperti adanya prokrastinasi dan ketelitian yang berlebihan dalam mengerjakan tugas akademis. 4. Indikator Kecemasan Akademik Dengan melihat dimensi-dimensi dari kecemasan akademik yang telah diungkapkan oleh Otens (1991, h. 5-7), maka didapat beberapa indikator dari kecemasan akademik yaitu sebagai berikut: a. Kekhawatiran yang tidak beralasan b. Dialog diri yang maladaptif c. Pengertian dan keyakinan yang salah d. Perhatian menurun akibat pengganggu eksternal e. Perhatian menurun akibat pengganggu internal f. Otot tegang g. Berkeringat h. Jantung berdetak cepat i. Tangan gemetar j. Prokastinasi k. Kecermatan yang berlebihan 5. Elemen dari Indikator Kecemasan Akademik Di bawah ini beberapa elemen dari indikator kecemasan akademik: 1. Selalu gelisah 2. Menganggap apa yang dilakukannya selalu salah 3. Sering merasa tidak aman 4. Berbicara dengan sendirinya sepanjang hari 5. Selalu menyalahkan diri 6. Merasa kurang percara diri 7. Memiliki keyakinan yang salah tentang pentingnya masalah yang ada 8. Perhatian menurun akibat perilaku orang lain 9. Tidak bisa berkonsentrasi penuh pada tugas yang ada 10. Tidak peduli dengan adanya tugas 11. Mengalihkan perhatian dengan cara melamun 12. Mempunyai perasaan kecewa 13. Merasa takut dengan adanya tugas 14. Merasa tidak mampu menyelesaikan tugas 15. Berpikir bahwa tugas berbahaya bagi dirinya 16. Ragu-ragu untuk menyelesaikan tugas 17. Memilih cara yang tepat dalam menghadapi kesulitan 18. Menunda tugas karena belum bisa menunjukkan yang sempurna 19. Berbicara dengan teman ketika belajar 20. Ketika menjawab pertanyaan ujian selalu terburu-buru 21. Berusaha keras menjawab pertanyaan 22. Terlalu cermat dalam mengerjakan tugas guna menghindari kesalahan Tabel dari Dimensi, Indikator, dan Elemen Kecemasan Akademik No Dimensi Indikator Elemen 1. Pola kecemasan yang menimbulkan aktivitas mental Kekhawatiran yang tidak beralasan Selalu gelisah Menganggap apa yang dilakukannya selalu salah Sering merasa tidak aman Dialog diri yang maladaptif Berbicara dengan sendirinya sepanjang hari Selalu menyalahkan diri Merasa kurang percara diri Pengertian dan keyakinan yang salah Memiliki keyakinan yang salah tentang pentingnya masalah yang ada 2. Perhatian yang menunjukkan arah yang salah Perhatian menurun akibat pengganggu eksternal Perhatian menurun akibat perilaku orang lain Tidak bisa berkonsentrasi penuh pada tugas yang ada Perhatian menurun akibat pengganggu internal Tidak peduli dengan adanya tugas Mengalihkan perhatian dengan cara melamun 3. Distres secara fisik Otot tegang Mempunyai perasaan kecewa Berkeringat Merasa takut dengan adanya tugas Jantung berdetak cepat Berpikir bahwa tugas berbahaya bagi dirinya Tangan gemetar Ragu-ragu untuk menyelesaikan tugas 4. Perilaku yang kurang tepat Prokrastinasi Memilih cara yang tepat dalam menghadapi kesulitan Menunda tugas karena belum bisa menunjukkan yang sempurna Berbicara dengan teman ketika belajar Kecermatan yang berlebihan Ketika menjawab pertanyaan ujian selalu terburu-buru Berusaha keras menjawab pertanyaan Terlalu cermat dalam mengerjakan tugas guna menghindari kesalahan

2 komentar:

  1. mas, mohon info daftar pustakanya ya.. biar saya langsung cari bukunya. biar nggak plagiat hehehe :)

    BalasHapus
  2. Bisa minta tolong daftar pustakanya dicantumkan, saya ingin cari bukunya buat referensi,trimakasih

    BalasHapus