Muhammad Antoso


Selamat Datang di Blogs Antok Pemuda Sumenep Semoga Bermanfaat

Selasa, 22 Januari 2013

TEORI KEPRIBADIAN


Nama  : Moh Antoso
Nim     : B07210076
Kelas   : 5G2
 




JAWABAN UTS MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II
Ø  Pertanyaan

1.    Mengapa Skiner tertarik pada manipulasi tingkah laku manusia?
2.    Jelaskan hubungan antara asumsi dasar Skiner dengan pandangan Behavioristik?
3.    Bagaimana kedudukan reinforcement dalam teori Skiner?
4.    Jelaskan apa saja penyebab terjadinya tingkah laku abnormal menurut Skiner?
5.    Apap saja isi struktur kepribadian menurut Miler dan Dolard?
6.    Habit apa yang paling penting pada manusia menurut Miler?
7.    Kemukakan empat fungsi reasoning?
8.    Jelaskan proses cue producing response dalam belajar?

Ø  Jawaban

1.   Dalam tiga asumsi dasar yang telah disebutkan oleh Skiner salah satunya adalah behavior can be controlled, yaitu tingkah laku dapat dikontrol. Ilmu dapat melakukan antisipasi dan membentuk tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin mengetahui bagaimana tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan memanipulasinya. Dalam beberapa studi dalam jurnal disebutkan bahwa tingkah laku seseorang dapat dikontrol, yakni tingkah laku seseorang timbul karena adanya dorongan emosi, dan dengan melihat sebuah film dapat membentuk tingkah laku seseorang.
Nah, mengapa Skinner ingin memanipulasi kehidupan manusia, itu karena sebagian mengontrol kejadian atau tingkah laku merupakan tes yang baik terhadap suatu teori. Menurut Skinner, functional analysis of behavior suatu bentuk analisis tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab akibat, bagaiman suatu respon timbul mengikuti stimulus atau kondisi tertentu, akan melihat bahwa tingkah laku sebagian besar berada di event antesedennya atau berada di lingkungannya.
2.   Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah:
~     Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful). Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain (Alwisol,2005:400). Tingkah laku merupakan hasil pengaruh timbal balik dari variable-variabel tertentu yang dapat diidentifikasikan, yang sepenuhnya menentukan tingkah laku. Tingkah laku individu seluruhnya merupakan hasil dari dunia objektif (A.Supratiknya,1993:317-318). Asumsi bahwa seluruh tingkah laku berjalan menurut hukum jelas mengandung implikasi tentang kemungkinan mengontrol tingkah laku. Skinner tidak banyak tertarik pada aspek-aspek tingkah laku yang sangat sukar berubah, misalnya aspek-aspek tingkah laku yang terutama dikuasai oleh warisan hereditas (A.Supratiknya,1993:320).
~     Tingkah laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted). Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya mengenai peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu (Alwisol,2005: 400).
~     Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled). Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tau bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi Skinner sangat berkeinginan memanipulasinya (Alwisol,2005:400-401).
Dalam pandangan behavioristik yang ditokohi oleh John Watson dijelaskan bahwa perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting, jadi menurut pandangan Jhon Watson perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa antara asumsi dasar Skiner dengan pandangan behavioristik mempunyai kesamaan, yaitu keduanya sama-sama mengatakan bahwa perilaku manusia dapat dikontrol dan juga ada hukum yang mengaturnya. Akan tetapi dalam pandangan behavioristik tidak mengatakan bahwa perilaku manusia juga bsia diramalkan seperti yang telah dikatakan oleh Skiner.
3.   Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan (reinforcement). Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif (positive reinforcement) dan penguatan negatif (negative reinforcement). Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Ketentuan reinforcement dalam teori Skinner adalah seagai berikut:
“Perilaku yang diikuti oleh stimulus reinforcement akan memperbesar kemungkinan dilaukannya kembali perilaku tersebut di masa-masa berikutnya. Perilaku yang tidak diikuti oleh stimulus – stimulus reinforcement memperkecil kemungkinan dilakukannya kembali perilaku tersebut di masa – masa berikutnya.”
4.   Skinnner berpendapat bahwa tingkahlaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan dengan perkembangan tingkahlaku normal. Karena itu menurutnya tingkahlaku abnormal dapat diganti dengan tingkahlaku normal dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi lingkungan. Konsep inplus id yang tertekan, inferiority complexs, anxiety, ego defecne ,krisis identitas, konflik ego- superego, adalah penjelasan yang mengkhayal. Kelainan tingkahlaku adalah kegagalan belajar yang membuat seperangkat respon yang tepat.. kegagalan belajar itu dapat berupa :
a.       Kekurangan tingkah laku (behavior deficit) yaitu tidak memiliki repertoire respon yang dikehendaki karena miskin reinforsemen.
b.      Kesalahan penguatan (schedule reinforcement error) yaitu pilihan responnya tepat, tetapi reinforsemen diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
c.       Kesalahan memahai stimulus (failure in discriminating stimulus) yakni sering terjadi pada pendrita skizoprenik dan psikotik lainnya, yakni orang yang gagal dalam memilah tanda-tanda  yang ada pada stimulus, sehina stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan yang salah malahan dihubungkkan dengan reinforsemen. Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkahlaku yan tidak dikehendaki.
d.      Merespon secara salah (inapropriate set of respone) yakni terkait dengan ketidak mampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon yang salah karena justru respon itu yang mendapat reinforsemen.
Dapat disimpulkan bahwa tingkah laku abnormal harus difahami melalui sejarah reinforsemen yang diteriam seseorang. Tingkah laku abnormal itu dapat digantikkan denan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi reinforsemen lingkungan mengikuti kondisioning operand an kondisioning responden .

5.   Kebiasaan (habit) adalah satu-satunya elemen dalam teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relative stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara. Maksudnya, kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru keesokan harinya. Dollard dan Miller menyerahkan kepada ahli lain rincian perangkat habit tertentu yang mungkin menjadi ciri seseorang, karena mereka lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar, bukan kepemilikan atau hasilnya. Namun mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal dari orang itu sendiri atau dari orang lain, dan responnya yang umum juga berbentuk verbal. Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives), seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relative stabil. Dorongan primer (primary drives) dan hubungan stimulus-respon yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan stimulus-respon bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur kepribadian Miler dan Dolard terdiri dari kebiasaan (habit), dorongan sekunder, dorongan primer, dan hubungan stimulus-respon bawaan. Namun yang paling penting hanya ada dua yaitu kebiasaan (habit) dan dorongan sekunder.

6.   Menurut Miler dan juga Dolard kebiasaan (habit) yang paling penting adalah kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal (kata-kata) dan respon yang umumnya juga berbentuk verbal.

7.   Reasoning memungkinkan orang menguji alternatif respon tanpa nyata-nyata mencobanya, sehingga menyingkat proses memilih tindakan, memberi kemudahan untuk merencanakan, menekankan tindakan pada masa yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif.

8.   Cue Producing Response itu umumnya terjadi melalui sejumlah event internal yang disebut alur berpikir (train of thought). Reasoning pada dasarnya merupakan pengganti perbuatan nyata menjadi Cue Producing Response internal yang lebih efisien untuk memecahkan masalah daripada mencoba-coba. Reasoning memungkinkan orang menguji alternatif respon tanpa benar-benar mencobanya, sehingga menyingkat proses memilih tindakan pada masa yang akan datang, mengantisipasi respon agar menjadi lebih efektif. Lebih lanjut, urutan berpikir itu dapat dipandang sebagai hubungan stimulus-respon dalam kondisioning klasik.


Minggu, 20 Januari 2013

PENGARUH MUSIK KLASIK (MOZART) TERHADAP MEMORI ANAK DALAM MENGHAFAL KATA DI TPQ NURIL IMAN KEBONSARI SURABAYA


(Diajukan untuk memenuhi tugas Psikologi Eksperimen)


 





Oleh:
Moh Antoso               : B07210076
Ahmad Insan Kamil : B07210050
M. Minanullah           : B07210043
M. Fahmi                   : B07210052

Dosen Pembimbing:
Siti Khorriyattul Khotimah, M.Psi, Psikolog
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Allah maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Ilahi Robbi, dengan karunia, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menikmati hidup dimuka bumi ini, yang penuh rahmat dan kasih kaming-Nya, hingga kami tumbuh semangat untuk memperjuangkan agama Islam dengan jalan dakwah dan dakwah, baik melalui menuntut ilmu ataupun dakwah hidup di jalan Allah SWT Fisabilillah. Dengan Rahman dan Rahim-Nya alhamdulillah kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Tidak lupa Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Rasulullah SAW,  yang telah memberikan arah penerangan berupa An Nur Islam sehingga kita bisa menuju jalan yang benar dan terang menderang yang penuh rahmat dan belas kasih Allah SWT dan Rasul-Nya.
Laporan ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh kelulusan pada mata kuliah Psikologi Eksperimen. Tentunya laporan ini tidak akan dapat diselesaikan oleh kami tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, antara lain :
1.      Bapak Prof. Dr. H. Abd. A’la, MA, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2.      Bapak Dr. Aswadi, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah.
3.      Ibu DR.dr.Hj. Nur Asiyah, M.Si, selaku Kepala Program Studi Psikologi IAIN Sunan Ampel Surabaya.
4.      Ibu Siti Khorriyatul Khotimah, M.Psi, Psi, yang telah membimbing kami dalam mempelajari dan memahami mata kuliah Psikologi Ekeperimen, khususnya penyusunan laporan ini.
5.      Kepala TPQ Nuril Iman Kebonsari Surabaya yang telah menerima dan memberi izin pada kami untuk melaksanakan penelitian ini.
6.      Kedua orang tua yaitu Bapak dan Ibu yang tiada lelah selalu mendukung dan mendo’akan kami dalam berjuang menggapai cita-cita hidup.
7.      Semua sahabat dan teman-teman kami selalu memberikan bantuannya dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
8.      Dan yang terakhir semua pihak yang juga membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
Kami sadar sepenuhnya dalam penyusunan laporan praktikum ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari segi tulisan maupun kalimat maksud-maksud tertentu dalam laporan ini. Dan kami sadar bahwasanya Allah SWT menciptakan makhluk dimuka bumi ini dengan sempurna, lebih-lebih manusia yang diprioritaskan oleh Allah SWT dalam kesempurnaanya sebagai ummat Nabi Muhammad SAW, dengan tujuan diturunkan manusia kebumi ini untuk menjadi Khalifah pemimpin umat sesama lain, namun disisi lain yang namanya manusia tidak luput dari kesalahan dan lupa. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun semangat/motivasi sangat diperlukan demi kesempurnaan laporan praktikum ini. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Amin Ya Robbal ‘Alamin.


            Surabaya, 10 Januari 2013


DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... .... i
Daftar Isi         .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................. .... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C.     Tujuan Penelitian........................................................................... .... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.    Musik Klasik................................................................................. .... 6
B.    Memori Anak................................................................................ .... 8
C.    Hubungan Antara Variabel X dan Y................................................. 15
D.    Kerangka Teoritik.......................................................................... .... 17
E.     Hipotesis............................................................................................ 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.    Tipe Penelitian.................................................................................... 18
B.    Identivikasi Variabel..................................................................... .... 18
C.    Definisi Operasional........................................................................... 19
D.    Desain Penelitian................................................................................ 19
E.     Subjek Penelitian................................................................................ 20
F.     Rencana Eksperimen..................................................................... .... 20
G.    Validitas Eksperimen.................................................................... .... 21
H.    Teknik Analisis Data.......................................................................... 23

BAB IV PEMBAHASAN
A.  Gambaran Umum Lokasi Penelian................................................ .... 24
B.  Persiapan Penelitian....................................................................... .... 24
C.  Pelaksanaan Penelitian.................................................................. .... 24
D.  Analisis Data...................................................................................... 26

BAB V PENUTUPAN
A.    Kesimpulan.....................................................................................    30
B.    Saran...............................................................................................    30

Daftar Pustaka.......................................................................................... .... 31
Lampiran........................................................................................................ 32



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya ingatan merupakan sesuatu yang membentuk jati diri manusia, dengan adanya ingatan manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain, karena ingatan adalah hal yang sangat vital dalam kehidupan manusia, bisa dibayangkan bila manusia tidak dianugerahi dengan memori, tentunya manusia tidak akan berfungsi seperti sekarang ini. Seorang ibu tidak dapat mengingat anak dan suaminya, seorang ayah akan lupa pada anak dan keluarganya, anak yang lupa pada tugas-tugas sekolahnya atau bahkan identitas dirinya, dan yang lebih membingungkan anak-anak tidak akan dapat menerima pelajaran dari apa yang telah diberikan oleh orang tuanya dan juga oleh gurunya. Seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat az-Zumar : 9 yang berbunyi :
…….3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ 
Artinya : Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Karena begitu pentingnya memori bagi manusia, terlebih dalam dunia pendidikan, maka perlu dilakukan penelitian-penelitian dalam rangka menemukan metode baru untuk meningkatkan kualitas memori pada anak, sehingga nantinya dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan. Islam sendiri sangat memperhatikan pendidikan, hal ini dapat dilihat dari bunyi surat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5 :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ingatan dapat juga dikatakan sebagai memori bukanlah objek yang bisa dilihat dengan mata, diraba dengan tangan, atau dirasakan dengan organ tubuh yang lain, memori suatu abstraksi yang menunjukkan pada suatu himpunan ciri-ciri, kegiatan dan keterampilan. Memori adalah suatu kemampuan mengingat apa yang telah diketahui.
Anak dapat memperoleh ingatan yang baik jika dia menggunakan proeses memori yang biasa disebut perhatian dengan baik pula. Seperti dikatakan psikiater Wiwie bahwa ingatan anak akan dipengaruhi oleh tingkat perhatian, minat, konsentrasi, emosi dan kelelahan. Informasi yang tersimpan dalam memori akan terserap menjadi ingatan jangka panjang tergantung pada seberapa besarnya anak menaruh perhatian.
Ingatan juga mudah menurun dan penurunan itu berhubung dengan penurunan fungsi otak, kadang-kadang penurunan ingatan terjadi pada usia yang relatif masih muda. Masalah ini tentunya merisaukan dan tentunya membuat prestasi menurun, semua bermula dari otak, otak merupakan pusat perintah bagi segala kegiatan manusia. Bergerak, merasa, berfikir, berbicara, emosi, berhayal, membaca, menulis, berhitung dan lain-lain.
Tetapi masalahnya sekarang terdapat beberapa kesulitan dalam mengingat informasi yang akan disimpan dalam memori dan terdapat perbadaan antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Menurut para ahli kesulitan dalam mengingat dikarenakan informasi yang diterima tidak diolah dan disimpan dalam otak, bisa juga terjadi karena ada kesulitan dalam memanggil kembali informasi yang sudah tersimpan. Memang tidak semua informasi dapat disimpan, hanya hal penting yang menarik perhatianlah yang tersimpan dengan baik dalam otak.
Di sisi lain seringkali seorang ibu merasa jengkel jika sepulang sekolah anaknya ditanya tentang apa yang diajarkan  oleh ibu guru di sekolah, sementara anaknya menjawab dengan ragu-ragu atau bahkan bilang lupa. Selama ini orang mengira anak yang pintar adalah anak yang memiliki ingatan yang tinggi dan anak yang bodoh adalah anak yang memiliki ingatan rendah, Karena anak yang pandai selalu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajarkan di sekolah sedangkan anak yang bodoh sebaliknya. Oleh karena itu, tidak jarang kita mendengar pernyataan ingatan anak ini tinggi dan ingatan anak ini rendah.
Hal ini bertentangan dengan hasil eksperimen beberapa ahli psikologi tentang itak manusia yang menyimpulkan  bahwa semua orang dapat mengingat setiap informasi apapun yang pernah diketahui. Itu berarti seharusnya anak-anak yang berada di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) sekalipun mampu mengingat nyanyian-nyanyian, hafalan do’a dan nama-nama para Nabi yang diajarkan oleh para gurunya.
Taman Pemdidikan Al-Qur’an merupakan salah satu lembaga pendidikan informal bagi anak-anak yang berumur 4-5 tahun. Melalui pendidikan ini anak diharapkan kemampuan berbahasa, daya cipta, daya ingat, daya pikir, kuantitas pengetahuannya akan berkembang pesat. Semua ini akan mendasari perkembangan selanjutnya setelah menyelesaikan pendidikan di TPQ, anak akan memiliki bekal pengetahuan yang cukup untuk bergaul dalam lingkungannya yang baru dan siap memasuki pendidikan yang selanjutnya terutama dalam bidang agama.
Masalahnya sekarang adalah anak yang berumur 4-9 tahun mempunyai keterbatasan dalam memberikan perhatian dan konsentrasi, anak lebih suka bermain di luar ruangan dari pada harus duduk diam mendapatkan pelajaran dari para gurunya. Perhatian dalam proses pembiasaan menjadi sesuatu yang membosankan, dimana anak tidak akan tertarik akan stimulus dan tidak akan lagi memperhatikannya.
Anak akan memperhatikan suatu informasi dan menyimpannya dalam memori jika suasan di luar menyenangkan yang membuat anak berminat dan otaknya terangsang untuk menyimpan informasi tersebut. Menurut Douglas ada tiga hal yang mempengaruhi perhatian, yaitu kekuatan dari luar, macam informasi dan kemauan.
Penggunaan music dalam belajar bukanlah hal yang baru, music dalam jenis tertentu diketahui dapat merangsang otak, otak akan menjadi terbuka dan reseptif pada informasi. Dalam dunia pendidikan ada sebagian anak yang ketika belajar harus menghidupkan radio televise dan sebagainya. Alasannya kalau sepi pikirannya jadi menghayal sehingga musik sangat berguna sebagai peningkat daya konsentrasi. Music mengurangi stres, meredakan ketegangan, meningkatkan energy dan memperbesar daya ingat, karenya musik dapat menjadikan anak cerdas. Music menjadikan suasana lebih tenang dan menyenangkan sehingga otak menjadi terbuka untuk menerima informasi.
Menurut Sarwono musik merupakan suara buatan yang akrab ditelinga manusia. Hart dalam Kristiani menambahkan, menurutnya musik bisa mempengaruhi pikiran, perasaan dan pribadi kita, karena musik sanggup membuat manusia terharu, gembira, takut, gelisah, bahkan geli. Musik tertentu dapat meredam stres dan depresi. Ketika musik dinikmati emosi anak akan naik dan orang akan menjadi sensitif.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa musik memberikan banyak manfaat kepada manusia atau siswa seperi merangsang pikiran, memperbaiki konsentrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional dan lain-lain.
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan musik klasik, lebih khsusunya musik Mozart, karena dari penelitian para ahli di Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa struktur Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia. Musik Mozart begitu bervariasi dan kaya nada-nada dari lembut sampai keras dari lamban sampai cepat. Yang tak kalah penting dari musik klasik karya Mozart adalah kemurnian dan kesederhanaan musik Mozart itu sendiri. Irama, melodi, dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik Mozart mampu merangsang dan member daya kepada daerah-daerah kreatif dan motivasi dalam otak.
Maka dari itu sangat pentinglah bagi peneliti untuk membuktikan apa yang telah diuraikan di atas, sehingga judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Musik Klasik (Mozart) Terhadap Memori Anak Dalam Menghafal Kata Di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Nuril Iman Kebonsari Surabaya”.

B.     Rumusan Masalah
Dengan merujuk pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh antara Musik Klasik (Mozart) terhadap memori anak dalam menghafal kata?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh musik klasik (Mozart) terhadap memori anak dalam menghafal kata.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Musik Klasik
a.    Pengertian Musik
Musik bersumber dari kata muse, kata muse – muse yang kemudian diambil alih kedalam bahasa Inggris jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk renungan. Menurut mitologi Yunani, sembilan saudara perempuan ”muse” yang kemudian melahirkan lagu, puisi, seni dan pengetahuan lahir dari perkawinan Dewa Zeus dan Dewi Ingatan. Jadi musik adalah putra kasih sayang yang keindahan, kemegahan, dan kekuatannya memiliki hubungan langsung dengan dunia para dewa. Musik lahir dari kecintaan manusia pada kehidupan dan dilandasi oleh ingatan manusia akan pengalaman hidupnya (Campbell 1997).
Habermeyer (1997) dalam Maliha (2003) menyebutkan bahwa musik adalah bagian integral dari kehidupan manusia, karena musik merupakan aspek vital kehidupan seseorang yang juga merupakan bahan dasar kehidupan yang menjadikan seseorang memiliki hakikat sebagai manusia. Dalam The New Encyclopedia Britanica (1986) musik diartikan sebagai suatu seni yang memperhatikan suara manusia atau suara alat musik dalam bentuk yang lebih indah. Sedang dalam kamus ilmiah, musik diartikan sebagai paduan dari bunyi dari beberapa alat atau instrumen musik yang bernada secara teratur dan berkesesuaian (Partanto 1994).
Sarwono (1992) dalam Natalia (2000) mengartikan musik sebagai suara buatan yang sangat akrab ditelingan manusia, sementara Davis (1978) dalam Natalia (2000) menjelaskan akan fungsi musik yang dapat mempengaruhi hidup dan pikiran, perasaan kita, ia bisa mengubah pribadi kita, dan musik adalah sebuah misteri. Nardoff & Robin (1985) dalam Natalia (2000) berpendapat musik adalah pengalaman yang universal digambarkan oleh semua perasaan yang terkadung didalamnya.  Elemen-elemen dasarnya terdiri atas melodi, harmoni, dan ritme.  Musik juga merupakan pesan universal yang mengandung ekspresi, pengalaman manusia yang puncak dan mendalam dan berbagai perasaan. Emosi-emosi dipengaruhi oleh perubahan ketegangan dan haroninya.
Lebih jelas Campbell (1997) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik muncul disemua tingkat pendapatan, kelas sosial, dan pendidikan. Musik berbicara kepada setiap orang dan kepada setiap spesies. Sedang Bersntein & Picke (1972) dalam Utomo & Natalia (1999) menjelaskan musik adalah suara-suara yang diorganisasikan dalam waktu, memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer ke-pendengarnya.
b.   Musik Klasik
Musik klasik memiliki perangkat musik yang beraneka ragam, sehingga didalamnya terangkum warna warni suara yang rentang variasinya sangat luas. Dengan kata lain variasi bunyi pada musik klasik jauh lebih kaya dari pada variasi bunyi musik yang lainnya. Karenanya musik klasik menyediakan variasi stimulasi yang sedemikian luasnya bagi pedengar. Menurut Campbell (2000) musik-musik Mozart memiliki keunggulan akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya, irama, melodi, dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang dan memberi daya pada daerah-daerha kreatif dan motivasi dalam otak. Musik Mozart memberi rasa nyaman tidak saja ditelinga tetapi juga bagi jiwa manakalah mendengarnya. Mendengar musik Mozart serasa ada keajaiban yang menyertainya. Musik klasik Mozart sesuai dengan pola sel otak manusia. Karena musik Mozart begitu bervariasi dan kaya akan nada-nada dari lembut sampai keras, dari lambat sampai cepat.
B.     Memori
a.    Pengertian Memori
Memori atau ingatan dalam The New Encyclopedia Britanica (1994) diartikan sebagai kemampuan menyimpan dan mendapatkan informasi setelah pikiran manusia mendapatkan pengalaman. Santrock dalam Perkembangan Masa Hidup Jilid 1 (1995) menjelaskan bahwa memori adalah unsur perkembangan kognitif, yang memuat seluruh situasi yang didalamnya individu menyimpan informasi yang ia terima sepanjang waktu. Oleh karena itu menurut Atkinson (1987) para ahli Psikologi berpendapat bahwa memori inilah yang memberikan kepada manusia rasa kesatuan yang menjadi tempat setiap pendapat tentang manusia, karena pada saat itu manusia berpikir tentang apa artinya manusia. Semua aktivitas manusia tidak akan terlepas dari penggunaan aspek kognitif ini, Ellis dan Hunt (1993) dalam Suharnan (2005) menegaskan bahwa ingatan menjadi sesuatu yang sangat penting didalam proses kognitif manusia, karena memori berfungsi untuk mengingat kembali apa yang pernah dialami atau dipelajari.
b.   Tahap-Tahap Memori
Menurut Jensen & Markowitz (2002) dalam proses mengingat informasi memori memakai tiga tahap, yaitu:
1)      Penyandian, (encoding), adalah pemasukan pesan dalam ingatan, dibagi menjadi tiga macam:
a)      Penyandian Akustik, informasi yang disandikan didalam memori, memasuki penyandian tertentu dan informasi yang diterima terdiri dari butir-butir verbal, seperti angka, huruf, dan kata.
b)      Penyandian Visual, yaitu menyandikan informasi kedalam memori berdasar pada apa yang dilihat.
c)      Penyandian Makna, dalam penyandian ini materi verbal didasarkan pada makna disetiap kata, penyandian ini terjadi jika butir itu adalah kata yang terisolasi, tetapi akan lebih jelas jika butir-butir itu adalah kalimat. Dengan begitu ingatan disimpan dalam bentuk jaringan-jaringan diseluruh bagian otak sesuai dengan pengkodeannya.
2)      Penyimpanan (storage), yaitu penyimpanan informasi dalam ingatan, diperkirakan proses ini berjalan dengan sendirinya tanpa pengarahan langsung dari subjek dan biasanya sangat sukar untuk melupakannya.
3)      Pemanggilan (retrieval), memanggil kembali apa yang telah disimpan atau proses menempatkan informasi yang disimpan, seperti membawakan kembali pengalaman dimasa lalu.
Tiga tahap dalam memori diatas oleh Atkinson (1987) digambarkan sebagai berikut:
Penyandian
Memasukkan kedalam memori
Penyimpanan
Mempertahankan dalam memori
Pengingatan
Pengambilan dari memori
 



Gambar 1: Tahapan Dalam Memori
Sumber: Rita L. Atkinson, dkk (1987)
c.    Jenis - Jenis Memori
Secara umum, banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli mengenai macam-macam ingatan tergantung dari segi mana ingatan tersebut dilihat, sebagian ada yang melihat dari sudut pandang jenis tugas mengingat, lamanya waktu mengingat, dan atau melihat dari jenis informasi yang diingat.
1)      Ingatan jangka pendek (Short Term Memory) dan ingatan jangka panjang (Long Term Memory).
Menurut Atkinson (1987) tiga tahap memori tidak bekerja dalam cara yang sama pada semua situasi. Memori tampaknya berbeda dalam situasi yang mengharuskan kita menyimpan materi selama beberapa detik dan ada yang mengharuskan kita materi untuk interval yang lebih panjang, dari beberapa menit sampai tahunan. Situasi yang pertama disebut memori jangka pendek dan situasi yang kedua disebut memori jangka panjang. Santrock (1995) mengatakan memori jangka pendek membutuhkan penyimpanan informasi selama 15 hingga 30 detik dengan asumsi tidak ada latihan pengulangan sedang memori jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan tidak terbatas dengan syarat terdapat proses pengendalian (control processes) dan karakteristik murid (learner characteristicc). Menurut Jensen & Markowitz (2002) ada pula yang mengatakan ingatan jangka pendek dapat menyimpan suatu informasi sampai 20 detik, atau bisa juga lebih dari 20 detik apabila informasi tersebut diberi tanda-tanda khusus atau diulang-ulang, dan ingatan jangka panjang dapat bertahan sampai seumur hidup.
Atkinson & Shiffin (1993) dalam Suharnan (2005) berpendapat bahwa informasi yang diterima kemudian diproses melalui pencatatan indera menuju pada ingatan jangka pendek, dan akhirnya sampai pada penyimpanan yang lebih permanen didalam ingatan jangka panjang. Pemindahan atau transfer informasi dari ingatan indera (ingatan sensori) menuju pada ingatan jangka pendek menurut Suharnan (2005) dikendalikan oleh perhatian. Menurut Rose (1999) ingatan jangka pendek dirancang untuk menyimpan informasi sementara. Para peneliti menemukan bahwa informasi perlu diulang-ulang agar dapat dipindahkan dari ingatan jangka pendek ke-ingatan jangka panjang. Proses terjadinya ingatan jangka pendek dan jangka panjang digambarkan sebagai berikut oleh Suharnan (2005).




Masukan informasi
Pencatatan Indera (PI)
Hilang dari PI
Ingatan Jangka Pendek (IJPD)
Hilang dari IJPD
Ingatan Jangka Panjang
Rusak, hilang, atau terhalang dari IJPD
 








Gambar2: Model Ingatan Jangka Pendek & Ingatan Jangka Panjang
Sumber: Suharnan (2005).
2)      Ingatan episodik dan semantik
Ingatan episodik menyimpan informasi mengenai kejadian-kejadian dan hubungan masing-masing kejadian itu. Ingatan episodik berhubungan dengan hal-hal yang masih bersifat temporer dan perubahan-perubahan peristiwa. Sedang ingatan semantik merupakan pengetahuan yang terorganisasi mengenai segala sesuatu yang ada dalam kehidupan. Ingatan semantik berisikan susunan pengetahuan yang bersifat lebih konstan atau hampir tidak berubah sepanjang waktu, yang meliputi pengetahuan mengenai kata-kata yang memiliki makna (Suharnan 2005).
Menurut Jensen & Markowitz (2002) ingatan episodik (autobiografi) dipicu oleh tempat dan lingkungan. Dengan menggunakan konteks suatu peristiwa sebagai pemicu, kita mengaktifkan kembali ingatan tersebut, berbagai kejadian, kegiatan, perasaan, wajah, dan tempat yang terkait akan muncul dan membentuk ingatan. Sedangkan yang termasuk ingatan semantik adalah hampir semua hal yang terkait dengan pengetahuan akademis dan profesional – gagasan, fakta, pertanyaan, nama dan tanggal. Tolving (1989) dalam Suharnan (2005) mengadakan penelitian dan menyimpulkan karakteristik ingatan episodik dan semantik seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 1: Karakteristik Ingatan Episodik dan Semantik
Sumber: Suharnan (2005).
No.
Karakteristik
Ingatan Episodik
Ingatan Semantik
1.
Sumber informasi
Pengalaman indera
Pengertian
2.
Unit informasi
Episod dan peristiwa
Konsep, ide, fakta
3.
Organisasi
Terkait dengan waktu
Konseptual
4.
Muatan emosi
Lebih penting
Kurang penting
5.
Kecenderungan lupa
Besar
Kecil
6.
Waktu untuk mengingat
Relatif lama
Relatif pendek
7.
Kegunaan umum
Kurang berguna
Sangat berguna

3)      Memori Implisit dan Eksplisit
Menurut Jensen & Markowitz (2002) ingatan eksplisit (disebut deklaratif) artinya ingatan tersebut diperoleh melalui suatu maksud dan usaha tertentu, misalnya belajar yang membutuhkan perhatian, pemusatan perhatian, dan pelatihan untuk mengingat. Sedang ingatan implisit (disebut juga non deklaratif) artinya ingatan tersebut dicapai secara organis atau secara otomatis, ingatan ini sifatnya mendasar, yang membantu manusia agar tetap selamat dan menjamin kelangsungan hidup manusia. Sementara menurut Atkinson (1987) jenis situasi memori yang paling dipahami adalah yang diingat secara sadar akan pengalaman masa lalu, dimana pengingat itu dialami dan terjadi diwaktu dan tempat tertentu, jenis ini yang dinamakan memori eksplisit. Sedang implisit dimanifestasikan sebagai kecakapan yang menunjukkan kemajuan dalam tugas perseptual, motorik, atau kognitif tanpa pengingatan sadar pengalaman yang menyebabkan kemajuan itu.
d.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Memori
Sejumlah informasi yang disajikan berurutan akan mempengaruhi ingatan seseorang (Suharnan 2005). Infomasi akan dapat kita ingat dengan baik apabila informasi tersebut dicirikan oleh kualitas asosiasi indera, konteks emosional, kualitas yang menonjol atau berbeda, asosiasi yang intens dan kebutuhan untuk bertahan hidup (Deporter & Hernarcki 1999). Menurut Nasrun (2007) ingatan seseorang dipengaruhi oleh tingkat perhatian, minat, daya konsentrasi, emosi dan kelelahan. Semakin kuat minat dan atensi maka semakin melekat informasi yang diterima. Emosi yang menyenangkan, atau menyedihkan mempunyai kontribusi dalam daya ingat seseorang terhadap suatu peristiwa.
Menurut Dryden & Vos (1999) orang memiliki berbagai kebutuhan emosional, dan emosi berperan penting dalam proses belajar, dalam banyak hal, emosi adalah kunci bagi sistem memori otak. Muatan emosi dari presentasi dapat berpengaruh besar dalam memudahkan belajar dan menyerap informasi dan ide. Senada dengan gagasan Dryden & Vos (1999) Suharnan dalam bukunya Psikologi Kognitif (2005) menegaskan bahwa aktivitas mengingat juga dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang, pertama, informasi yang secara emosi menyenangkan biasanya diproses lebih efesien dan tepat dari pada informasi yang mengandung kesedihan (Pollyanna Principles). Kedua, kesamaan suasana hati (Mood Congruence), yaitu ingatan menjadi lebih baik jika bahan yang dipelajari sama dengan suasana hati yang berlangsung pada saat itu, ketiga, ketergantungan dengan suasana hati (State Dependence) ketergantungan ini terjadi apabila seseorang mengingat informasi lebih baik dalam suasana hati yang sesuai dengan suasana hati pada saat peristiwa (Suharnan 2005). Lebih jelas Jensen & Markowitz (2002) mengatakan kinerja ingatan secara keseluruhan bisa berada dalam rentang kondisi baik ataupun buruk, tergantung pada keadaan fisik dan emosi.
e.    Memori Anak
Ingatan sadar muncul pada usia tujuh bulan, walaupun anak-anak dan orang dewasa memiliki atau tidak lagi ingat akan peristiwa yang dialami sebelum usia tiga tahun (Santrock 1995). Dempster (1981) dalam Santrock (1995) mengatakan rentang ingatan jangka pendek meningkat selama masa awal anak-anak, dalam penelitiannya dia membuktikan rentang ingatan meningkat sekitar dua digit pada anak-anak berusia dua sampai dengan tiga tahun. Sampai sekitar lima digit pada anak-anak berusia tujuh tahun, tetapi antara usia tujuh sampai dengan tiga belas tahun rentang ingatan hanya meningkat satu setengah digit. Menurut Santrock (1995) kecepatan pengulangan merupakan peramal yang sangat akurat atas rentang ingatan, bila kecepatan pengulangan dikendalikan, rentang ingatan anak berusia enam tahun sama dengan ingatan orang-orang dewasa ----tiga proses kontrol yang penting yang terjadi pada anak-anak ialah penggunaan (rehearsal), organisasi, dan perbandingan (imagery).
Beach Flavel & Chinsky (1986) dalam Santrock (1995) mengatakan, pengulangan adalah suatu proses kontrol yang meningkatkan memori, dengan mengulangn informasi setelah informasi itu disajikan. Para peneliti menemukan bahwa pengulangan spontan meningkat terutama pada usia anak antara lima hingga sepuluh tahun. Moely dalam Santrock (1995) menjelaskan penggunaan organisasi juga meningkatkan memori anak-anak pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak tampaknya cenderung secara spontan mengorganisasikan informasi  untuk diingat dibanding dengan anak-anak yang masih diusia masa awal anak-anak. Proses kontrol yang lain yang berkembang ketika anak-anak mengalami usia masa pertengahan dan akhir kanak-kanak adalah perbandingan, dimana setrategi yang paling kuat adalah metode kata kunci.
C.    Hubungan Antara Musik Klasik dan Memori
Jay Dowling dalam Campbell (2000) percaya bahwa pengaruh-pengaruh positif pada bermacam-macam pelajaran sangat berkaitan dengan kombinasi dua bentuk proses mental. Menurutnya kita mempunyai dua macam memori, yaitu memori deklaratif yang lebih terkait dengan pikiran dan memori prosedural yang terhubung dengan tubuh. Musik memiliki kemampuan untuk menggabungkan proses pikiran dan tubuh menjadi satu pengalaman yang selanjutnya memudahkan dan meningkatkan proses belajar.
Merritt (1996) menjelaskan, musik memfasilitasi belahan otak dengan beberapa cara. Para ilmuwan syaraf menemukan mahwa musik mengaktifkan aliran impuls syaraf ke Corpus Collomus, yaitu jaringan serabut otak yang menghubungkan kedua bagian otak itu. Karena ritme tubuh akan menyelaraskan diri dengan tempo musik yang kita dengarkan, kita bisa melakukan banyak pekerjaan mental sambil tetap merasa santai, dan kalau kedua bagian otak itu berfungsi secara independen bisa bekerjasama dan berintegrasi, maka ingatan kita akan jauh meningkat.
Campbell dalam bukunya Affect Mozart (1997) menjelaskan musk dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi baik oleh suara musik maupun oleh suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri dari gelombang beta yang bergetar dari 14 hingga 20 heart. Gelombang beta terjadi bila kita memusatkan perhatian dan kegiatan-kegiatan sehari-hari di dunia luar, maupun apabila kita mengalami perasaan negatif yang kuat. Kesenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang alfa yang daurnya mulai 8 hingga 13 heart. Periode-periode puncak kreatifitas, mediasi dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 heart. Dan tidur nyenyak, meditasi yang mendalam serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta yang berkisar dari 0.5 hingga 3 heart, semakin lambat gelombang semakin santai dalam melakukan aktfitas mental.
Menurut Webb dalam Dryden & Vos (1999) dalam kondisi alfa dan betalah keadaan super memori, bersama dengan menguatnya konsentrasi dan kreatifitas dan itu semua dapat diraih dengan musik jenis tertentu yang bisa mencapai hasil yang lebih cepat dan mudah. Jenis musik tertentu membantu merileks-kan tubuh, melambatkan nafas, meredahkan gelombang betha dan menimbulkan kondisi kesadaran rileks yang sangat reseptif dalam mempelajari informasi baru. Kebayakan para ahli percaya bahwa dalam kondisi inilah otak menata informasi baru dan menyimpannya dalam memori.
Menurut Haydn & Mozart dalam Campbell (1997) musik klasik mampu memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Diukuatkan oleh penelitian Gardiner (1996) dalam Arini (2006) yang mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, karena musik dapat membantu otak berfokus pada hal yang dipelajari.
Rose (1999) dalam Dryden & Vos (1999) memberikan pendapat tentang aspek-aspek otak yang berbeda dapat bekerja sama secara terpadu: ketika mendengarkan musik otak kiri akan memproses syairnya dan otak kanan akan memproses musiknya jadi kita dapat memahami kata-kata dan dapat menghafalnya dengan cepat, karena otak kiri dan kanan keduanya terlibat begitu pula dengan emosi otak pada sistem limbik. Diperjelas oleh Dryden & Vos (1999) yang mengatakan pusat emosi otak berhubungan erat dengan sistem penyimpanan memori jangka panjang, itulah sebabnya kita dapat mengingat dengan mudah informasi apapun yang memiliki muatan emosi tinggi. Musik dan syair lagu memiliki kenangan yang mendalam jika musik tersebut dihubungkan dengan kegembiraan pribadi atau pengalaman yang menyenangkan.
Campbell (1997) menjelaskan musik dapat memperkuat ingatan pelajaran. Mendengarkan musik dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengingat ejaan, puisi dan kata-kata asing. Ortiz (tanpa tahun) mengatakan aktifitas mendengarkan musik mampu meningkatkan keterampilan mendengarkan secara umum, meningkatkan perhatian, dan mengungkapkan pandangan dan perasaan.
Musik sebagai terapi dapat diaplikasikan pada berbagai populasi klinis (Davis 1996 dalam Kuwanto & Natalia 2001). Selain itu musik juga terbukti dapat menunjang proses recall dan retention (Colwell, 1994 dalam Kuwanto & Natalia 2001). Sebagai terapi musik dapat diaplikasikan sebagai intervensi untuk pengembangan kognitif, pengembangan motorik, komunikasi dan integrasi sosial (Humpall, 1990 dalam Kuwanto & Natalia 2001).

D.    Kerangka Teoritik
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi memori pada anak, seperti yang akan digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini :
iNTELEGENSI
MUSIK KLASIK
FAKTOR USIA
MEMORI
 







Dari beberapa faktor di atas peneliti lebih cenderung memilih faktor yang mempengaruhi tingkat memori pada anak adalah musik klasik.

E.     Hipotesis
Hipotesis Kerja (Ha) :
Terdapat pengaruh music klasik terhadap memori anak dalam menghafal kata.
Hipotesis Nihil (H0) :
Tidak Terdapat pengaruh musik klasik terhadap memori anak dalam menghafal kata.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mendekatkan analisanya pada data numeric (angka) yang dianalisis dengan metode statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif melaksanakan penelitian dengan cara yang sistematis, terkontrol empirik, dan kritis mengenai hipotesis yang diasumsikan mengenai fenomena alam.
Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang memungkinkan peneliti memanipulasi variable bebas dan meneliti akibat-akibatnya. Pada metode ini variable-variabel luar yang mungkin mempengaruhi dapat dihilangkan. Latipun menjelaskan ada tiga cirri dalam penelitian eksperimen, yaitu :
1.      Manipulasi yang secara sengaja dilakukan oleh peneliti. Manipulasi ini dapat pula disebut perlakuan (treatment), intervensi, dan pemberian situasi.
2.      Memonitor akibat (efek) yang ditimbulkan dari suatu manipulasi, efek perlakuan ini berupa perilaku khusus yang ditargetkan.
3.      Pengendalian pengaruh variable yang dikehendaki.
Pemberian perlakuan inilah yang menjadi kekhasan suatu eksperimen dibandingkan dengan penelitian yang lain. Tentu saja sesuai dengan tujuannya untuk mengetahui efek dari suatu perlakuan.
B.     Identifikasi Variabel
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
a.       Dependent Variable disimbulkan dengan (X)
Musik Klasik (Mozart)
b.      Independent Variable disimbulkan dengan (Y)
Memori Anak
C.    Defenisi Operasional
a.    Memori  : Kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Pengukuran ingatan dapat dilakukan dengan cara recall, yaitu subjek diminta menghasilkan kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar (Suharnan, 2005). Kecepatan pengulangan merupakan alat ukur yang akurat atas rentang ingatan (Santrock, 1995). Kemampuan me-recall kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar ini diungkap melalui observasi dan tes dengan menggunakan kartu bergambar (flash cards).
b.    Musik Klasik : Adalah musik yang memiliki nilai seni dan ilmiahnya tinggi, berkadar keindahan dan tak luntur sepanjang masa, yaitu gubahan dari aransemen karya Wolfgang Amadus Mozart (1756-1791.
D.    Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (true eksperimental design)  yang sederhana (posttest only control group design) merupakan design eksperiman yang cukup kuat dan yang paling sederhana. Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah santri TPQ Nuril Iman Kebonsari Surabaya yang berjumlah 15 santri. 9 santri adalah perempuan dan 7 santri adalah laki-laki. Dalam penelitian ini hanya ada satu kelompok yaitu kelompok eksperimen. Pada awal penelitian dilakukanlah pengukuran memori atau kemampuan  recall terhadap materi yang diberikan (pretest) pada kelompok eksperimen. Materi (pretest) diberikan selama 10 menit. Baru setelah itu dilakukanlah pengukuran, yaitu subjek disuruh mengulang kembali dengan menulis di sebuah kertas apa yang sudah diberikan selama 10 menit itu.
Pada tahap kedua subjek diberikan treatment dan pada akhir eksperimen akan dilakukan posttest. Pada saat pemberian materi sambil diiringi dengan musik kalsik (Mozart). Treatment diberikan dengan menggunakan bantuan soun system kecil dan handpone yang berisi musik klasik karya Wolfgang Amadus Mozart yang oleh Campbell dikhususkan untuk anak kecil pada Vol. 1 (Tune Up Your Brain). Lama waktu yang diberikan juga sama dengan tahap pertama yaitu 10 menit. Setelah itu, subjek diminta untuk mengulang dengan cara menuliskan di atas sebuah kertas apa yang telah diberikan oleh tim peneliti selama 10 menit itu untuk menentukan skor masing-masing subjek.
E.     Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian eksperimen ini adalah anak-anak yang masih belajar di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Mesjid Nuril Iman Kebonsari Surabaya. Umur mereka masing-masing mulai dari 7-11 tahun. Mereka adalah santri al-Qur’an yang masih duduk di jilid 3, jilid 4, dan jilid 5. Jumlah subjek penelitian ini sebanyak 16 santri, yang terdiri dari 9 santri perempuan dan 7 santri laki-laki,

F.     Rencana Eksperimen
Rencana penelitian eksperimen ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a.    Pra- perlakuan : Pada tahap pra- perlakuan dilakukan pretest yaitu subjek disuruh untuk menghafal atau mengingat beberapa tulisan arab (diambil dari Iqra’) yang ditulis pada papan tulis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan subyek dalam mengingat atau menghafal sebelum dilakukan treatmen.
b.    Perlakuan: Pada tahap perlakuan ini berlangsung selama satu hari . Perlakuan dilakukan dengan cara mempersilahkan subyek kelompok eksperimen untuk melihat dan menghafal beberapa tulisan arab (diambil dari Iqra’) yang ditulis pada papan tulis dan sambil diperdengarkan music klasik.
c.    Pasca perlakuan: Pada tahap ini dilakukan posttest yaitu subjek disuruh menulis kembali beberapa tulisan arab yang telah diperlihatkan disaat sambil diperdengarkan music klasik. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan subyek dalam mengingat atau menghafal tulisan setelah dilakukan treatmen.
No.
Hari/Tgl
Kegiatan
1.
Kamis, 8 November 2012
Konsultasi judul dengan Dosen
2.
Sabtu, 17 November 2012
Konsultasi judul dengan Dosen via e-mail
3.
Senin, 19 November 2012
Pencarian referensi
4.
Kamis, 29 November 2012
Penyusunan konsep penelitian
5.
Rabu, 05 Desember 2012
Permohonan Izin Penelitian Dari Pihak Kampus
6.
Senin, 10 Desember 2012
Mengantarkan Permohonan Izin Penelitian ke tempat penelitian
7.
Kamis, 20 Desember 2012
Pelaksanaan penelitian dan obsevasi
8.
Senin, 24 Desember 2012
Penyusunan format laporan
9.
Kamis, 10 Januari 2013
Finishing Laporan

G.    Validitas Eksperimen
Sehubungan dengan hasil suatu eksperimen, maka validitas penelitian terdapat dua macam, yaitu (1) validitas yang berhubungan dengan efek yang ditimbulkan atau validitas internal ( internal validity ), dan (2) validitas yang berhubungan dengan penerapan hasil eksperimen atau validitas eksternal (external validity).( Latipun, 2006: 76 )
1.      Validitas Internal
Cook dan Campbell mengemukakan sejumlah pengganggu validitas internal yang perlu diperhatikan.
a.       History adalah kejadian-kejadian antara pengukuran pertama dan kedua yang mempengaruhi hasil penelitian. Dalam penelitian ini adalah siswa sangat senang pembelajaran dengan metode gotong royong.
b.      Maturity adalah proses yang di alami subyek seiring berjalannya waktu, seperti lapar, haus dan sakit. Pada saat penelitian berlangsung, maturity ini terjadi pada beberapa siswa yang agak malas belajar matematika karena mereka merasa haus dan ingin segera makan.
c.       Testing atau pelaksanaan tes adalah pengaruh pengalam pre-test. Pada tes atau ulangan matematika, hal ini bisa dihindari dengan memberikan soalnya yang bervariasi dalam setiap tes. Namun memiliki bobot kesulitan yang relative sama.
d.      Instrumentation atau alat ukur adalah perubahan hasil pengukuran akibat perubahan penerapan alat ukur dan perubahan pengamat. Ancaman ini bisa di hindari karena disamping telah dilakukan Group Matching untuk memastikan kedua kelompok telah setara juga kedua kelompok mendapat perlakuan dari guru yang sama.
e.       Experimental Motarity atau kehilangan dalam eksperimen adalah kehilangan subyek dari satu atau beberapa kelompok yang terjadi selama penelitian berlangsung.
f.          Selection-Maturity Interaction (interaksi seleksi dan kematangan). Untuk menghindari ancaman dari faktor ini, sejak awal telah di lakukan control untuk meminimalkan variabel pengganggu. Control tersebut berupa pemilihan lokasi dengan budaya yang homogeny, kemampuan berhitung siswa, usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi dan sebagainya.
g.      Statistical regression terjadi jika kelompok-kelompok di pilih skor ekstrim.
2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal merupakan validitas yang berhubungan dengan penerapan hasil eksperimen. Menurut Cook dan Campbell penggangu validitas eksternal diantaranya adalah :
a.       Interaksi seleksi dan perlakuan yang berkaitan dengan populasi yang di targetkan. Karena itu seleksi sampel dilakukan dari populasi yang jelas.
b.      Interaksi kondisi dan perlakuan yang berkaitan dengan tempat kondisi subyek penelitian.
c.       Histori dan perlakuan. Yang dimaksud adalah bahwasanya penelitian eksperimen biasanya dilakukan dalam waktu yang pendek dan pada waktu yang khusus yang sebagaimana yang dipilih oleh peneliti.
H.    Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yaitu cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis dan penyelidikan yang berwujud angka-angka statistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggung jawabkan untuk menarik kesimpulan yang benar dan untuk mengambil keputusan-keputusan  yang baik. Statistik bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif dan universal (Suryabrata, 2000). Dalam menguji data penelitian peneliti menggunakan Uji Tanda ( Sign Test ) untuk dua sampel berhubungan dengan bantuan program SPSS 11.5 pada komputer.



BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Mesjid Nuril Iman Jl. Kebonsari LVK II/03 Kecamatan Jambangan Kelurahan Kebonsari Surabaya. Lokasi lembaga ini berada di sebuah komplek perumahan elit yaitu perumahan Graha Elveka. Tepatnya yaitu di sebelah timurnya jalan tol Surabaya-Gresik dan juga dekat dengan Mesjid Agung Nasional Al-Akbar Surabaya, kira-kira 500 meter. Penelitian dilakukan di dalam ruang kelas yang memiliki ukuran panjang sekitar 25 meter dan lebar sekitar 15 meter.

B.     Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu peneliti mencari referensi tentang judul yang akan dibuat penelitian serta mencari sumber-sumber dari buku, jurnal, maupun website sebagai landasan teori penelitian. Kemudian peneliti melakukan observasi ke tempat penelitian dan meminta izin kepada pihak lembaga dengan memberikan surat izin resmi dari kampus peneliti.
Peneliti menggunakan musik klasik (mozart) sebagai instrument penelitian yang akan diperdengarkan kepada subjek penelitian. Dan yang berperan sebagai subjek penelitian adalah santri Taman Pendidikan al-Qur’an Mesjid Nuril Iman Kebonsari Surabaya.

C.    Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian kali ini, peneliti mengupayakan untuk membuat suasana yang tenang dan nyaman tanpa mengganggu proses pemahaman materi yang sedang dialaksanakan oleh subjek. Dengan cara bersikap tenang dan tidak ramai pada saat penelitian berlangsung dan memperdengarkan musik mozart dengan frekuensi yang tinggi. Sebab, tempat penelitian ini berada di serambi mesjid karena kelas yang biasa dipakai sedang direnovasi. Sehingga subjek tidak terganggu dengan adanya gangguan-gangguan dari lingkungan luar yang bisa menghambat terhadap lancarnya penelitian. Selain itu peneliti juga menjalin keakraban dengan subjek dengan bersikap ramah, supaya subjek tidak merasa asing maupun merasa terintimidasi dengan kehadiran peneliti.
Namun, pada saat penelitian berlangsung terutama disaat dilaksanakannya tahap kedua sambil diperdengarkan musik klasik subjek tampak tidak senag dengan music tersebut. Hal ini terbukti ketika subjek mengatakan bahwa itu sangat berisik seraya meminta peneliti untuk menghentikannya. Tapi peneliti tetap tidak menghiraukan dan memilih untuk melanjutkan sampai waktu yang disediakan berakhir. Tindakan ini dilakukan dalam rangka mengetahui sejauh mana pengaruh music tersebut terhadap kemampuan mengingat atau menghafal anak.
Adapun jalannya pelaksanaan penelitian ketika di lapangan adalah sebagai berikut:
~        Pada tanggal 20 Desember 2012 pukul 15.00 sore peneliti dating ke tempat penelitian yaitu TPQ Nuril Iman Kebonsari Surabaya.
~        Pukul  15.30 anak TPQ mulai masuk kelas dan membaca do’a sebelum ngaji secara bersamaan.
~        Pukul 15.45 pemilihan anak untuk dijadikan sebagai subjek penelitian.
~        Pukul 16.00 anak TPQ yang terpilih mulai memasuki ruang khusus untuk penelitian.
~        Pukul 16.10 penelitian dimulai dengan langkah pertama subjek dites terlebih dahulu tingkat kemampuan memorinya, yaitu dengan cara disuruh menghafal atau mengingat beberapa tulisan arab (diambil dari buku Iqra’) yang ada di papan tulis (pretest).
~        Pretest berlangsung selama kurang lebih 20 menit, dan setelah itu subjek diberi waktu untuk istirahat selama 5 menit.
~        Setelah istirahat sebentar subjek langsung disuruh duduk rapi kembali sambil diperdengarkan music klasik.
~        Sekitar pukul 16.40 subjek diberi materi hafalan lagi berbentuk tulisan arab (diambil dari buku iqra’) yang ada di papan tulis sambil diperdengarkan music klasik selama 10 menit.
~        Setelah itu subjek disuruh mengingat dan menulis kembali tulisan yang telah diperlihatkan di sebuah kertas (posttest).
~        Pukul 17.10 peneliti mengakhiri pertemuan dengan ucapan salam dan subjek dipersilahkan pulang.

Hasil observasi ketika penelitian:
~        Pertama kali masuk kelas anak-anak sangat rame dan sulit untuk dikondisikan.
~        Saat penelitian berjalan anak-anak duduk di lantai tanpa memakai kursi.
~        Subjek laki-laki bisa duduk dengan berbaris secara rapi sedangkan yang perempuan tidak teratur.
~        Saat penelitian berlangsung suasana kelas sedikit rame karena subjek tidak bisa diam masih ada yang saling ngobrol satu sama lain.
~        Ketika diperdengarkan music klasik subjek tambah rame, sehingga suasana kelas kurang kondusif
~        Kebanyakan subjek bilang sangat tidak suka jika belajar sambil ada musiknya
~        Ketika diperdengarkan music klasik banyak subjek yang mengeluh dan menyuruh pada peneliti untuk mematikan musik.
D.    Analisa Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data berupa Uji Tanda ( Sign Test ) untuk dua sampel berhubungan dengan bantuan program SPSS 11.5 pada komputer. Dan berikut ini merupakan data yang diperoleh dari hasil perhitungan program SPSS 11.5 :


NO.
HASIL
SEBELUM
SESUDAH
1.
8
5
2.
6
5
3.
6
5
4.
6
5
5.
3
1
6.
4
2
7.
7
2
8.
7
2
9.
2
2
10.
3
0
11.
3
0
12.
4
4
13.
5
2
14.
7
3
15.
5
5
16.
5
4


Sign Test
                                  Frequencies



N
sesudah diberi musik - sebelum diberi musik
Negative Differences(a)
13

Positive Differences(b)
0

Ties(c)
3

Total
16
a  sesudah diberi musik < sebelum diberi musik
b  sesudah diberi musik > sebelum diberi musik
c  sesudah diberi musik = sebelum diberi musik

      Test Statistics(b)


sesudah diberi musik - sebelum diberi musik
Exact Sig. (2-tailed)
.000(a)
a  Binomial distribution used.
b  Sign Test

Berdasarkan pada tabel pertama, terlihat bahwa dari 16 data ; terdapat “13” data negatif (negative differences), terdapat “0” data positif (positive differences), dan terdapat 3 data dengan perbedaan data nol atau pasangan data sama nilainya (ties).
Mengacu pada hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
Hipotesis Kerja (Ha) :
Terdapat pengaruh penggunaan music klasik terhadap memori anak dalam menghafal.
Hipotesis Nihil (H0) :
Tidak Terdapat pengaruh penggunaan music klasik terhadap memori anak dalam menghafal.
Berdasarkan data pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.000, atau signifikansi < 0.05 (0.000 < 0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh penggunaan music klasik terhadap memori anak dalam menghafal atau mengingat. Akan tetapi pengaruhnya disini negative karena berdasarkan pada kolom pertama diperoleh 13 data negatif (negative differences),  0 data positif (positive differences), dan 3 data dengan perbedaan data nol atau pasangan data sama nilainya (ties).
Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa factor sebagai berikut:
a.       Tidak adanya pengkondisian
Pada penelitian ini peneliti tidak terlebih dahulu memberikan pengkondisian secara inten terhadap subjek. Sehingga ketika proses penelitian berlangsung tidak sejalan dengan apa yang telah direncanakan.
b.      Factor kultur budaya
Dilihat dari latar belakang subjek dimana mereka belum mengenal music klasik, dalam hal ini adalah music klasik karya Mozart yang baru mereka kenal pada saat penelitian berlangsung. Sehingga besar kemungkinan music klasik yang disajikan tidak cocok dengan subjek, dimana notabene dunia mereka adalah dunia bermain.
c.       Ketidaksukaan
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang telah peneliti lakukan, bahwa subjek tidak menyukai music klasik yang telah peneliti sajikan. Hal ini tampak pada saat berlangsungnya proses penelitian dimana subjek harus menghafal beberapa kata dengan sambil mendengarkan music klasik dan mereka meminta pada peneliti untuk menghentikan pemutaran music tersebut. Namun, karena durasi waktu yang ditentukan hanya berkisar 10 menit peneliti memutuskan untuk tetap melanjutkannya agar sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan.





BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pada Uji Tanda (Sign Test) pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan, hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan music klasik terhadap memori anak dalam menghafal atau mengingat diterima. Akan tetapi pengaruhnya disini negative karena dari analisis data yang telah dilakukan dari 16 subjek terdapat 13 subjek mengalami penurunan daya ingat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena beberapa factor yaitu, tidak ada pengkondisian sebelumnya, factor kultur budaya yang berbeda dan factor ketidaksukaan subjek terhadap musik klasik (Mozart).

B.     Saran
Adapun saran-saran yang diberikan setelah kesimpulan didapatkan adalah sebagai berikut:
1.   Bagi tenaga pengajar
Sebaiknya para ustadz dan ustadzah khususnya di TPQ Nuril Iman Surabaya ini harus selalu bisa membuat suasana kelas yang nyaman dan tidak ramai ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2.   Kepada dosen pembimbing
Kepada dosen disarankan supaya lebih telaten dalam membimbing mahasiswa khususnya dalam proses pelaksanaan penelitian.



DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Don. 2001. Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta: PT. Gramaidia Pustaka Utama.
Kuwanto., Lindayani & Natalia., Johanna, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Keterampilan Berbahasa Pada Anak Autistik, Jurnal ANIMA, (Vol. 16 No. 2, 2001).
Latipun, Psikologi Eksperimen, (UMM Press:Malang, 2002).
Muhid, Abdul, 2010, Analisis Statistik SPSS for Windows Cara Praktis Melakukan Analisis Statistik, Surabaya, CV. Duta Aksara.
Salim, Djohan. 2007. Matinya Efek Mozart. Yogyakarta: Galangpress.
Skripsi Laili Sa’adah, Pengaruh Music Klasik Terhadap Memori Anak, 2006, IAIN Sunan Ampel Surabaya.





LAMPIRAN

NO.
NAMA
UMUR
HASIL HAFALAN
SEBELUM
SESUDAH
1.
LALA (P)
10 TAHUN
8 KATA
5 KATA
2.
LULU (P)
8 TAHUN
6 KATA
5 KATA
3.
ADINDA (P)
10 TAHUN
6 KATA
5 KATA
4.
SAFA (P)
9 TAHUN
6 KATA
5 KATA
5.
HENIZA (P)
10 TAHUN
3 KATA
1 KATA
6.
SABRINA (P)
10 TAHUN
4 KATA
2 KATA
7.
DITA (P)
11 TAHUN
7 KATA
2 KATA
8.
AYU (P)
8 TAHUN
7 KATA
2 KATA
9.
LUNA (P)
7 TAHUN
2 KATA
2 KATA
10.
DINOF (L)
9 TAHUN
3 KATA
0 KATA
11.
HISYAM (L)
8 TAHUN
3 KATA
0 KATA
12.
RIAN (L)
10 TAHUN
4 KATA
4 KATA
13.
ALFIAN (L)
8 TAHUN
5 KATA
2 KATA
14.
ARDI (L)
10 TAHUN
7 KATA
3 KATA
15.
FAUZAN (L)
10 TAHUN
5 KATA
5 KATA
16.
FELI (L)
1 TAHUN
5 KATA
4 KATA





DOKUMENTASI KETIKA PENELITIAN