Muhammad Antoso


Selamat Datang di Blogs Antok Pemuda Sumenep Semoga Bermanfaat

Sabtu, 07 September 2013

LAPORAN INTERPRETASI TES BAUM

Nama  : Messi
Usia     : 25 tahun

I.                   INTERPRETASI FORMAL

NO.
Sumber Data
Interpretasi
1.
Ukuran Gambar :
Besar
Messi memiliki sifat yang dominan dan self esteem yang tinggi, serta memiliki ambisi yang kuat.
2.
Lokasi Gambar :
Tengah
Messi cenderung selalu berusaha untuk mengontrol diri secara cermat, dan mudah mengadaptasi kepada hal-hal yang riil atau nyata
3.
Kualitas Garis :
a.       Tekanan : sedang
b.      Tipe : diskontinu

c.       Shading : lemah
Messi memiliki keyakinan yang cukup akan kemampuan dirinya.
Memiliki perasaan kurang percaya diri dan selalu ragu-ragu.
Memiliki perasaan yang sensitive atau peka dan emosional.
4.
Keseimbangan Batang dan Mahkota : seimbang
Messi bisa menyelaraskan atau menyeimbangkan antara ego dan super ego.
Bisa menyalurkan apa yang menjadi kebutuhannya tanpa melanggar norma-norma lingkungan.
Dan termasuk tipe orang yang realistis.

KESIMPULAN :
Messi cenderung termasuk orang yang mempunyai tipe selalu realistis, itu dibuktikan dengan mudahnya dia mengadaptasikan dirinya pada hal-hal yang sifatnya riil atau nyata. Dia yakin akan kemampuan dirinya dan memiliki ambisi yang kuat untuk berkembang sehingga self-esteemnya tinggi. Dia cenderung selalu berusaha untuk mampu mengontrol dirinya secara cermat, bisa menyelaraskan atau menyeimbangkan antara ego dan super egonya, dan bisa menyalurkan apa yang menjadi kebutuhannya tanpa melanggar norma-norma dalam lingkungannya. Namun selain itu, dia juga memiliki perasaan sensitive atau peka, emosional, serta terkadang merasa kurang percaya diri dan selalu ragu-ragu.

II.                INTERPRETASI CONTENT

NO.
Sumber Data
Interpretasi
1.
Akar : Akar kelihatan
Messi memiliki sifat yang primitive, banyak dipengaruhi ketidaksadaran, terikat pada insting, dan terikat pada tradisi.
2.
Stambasis : kiri & kanan lebar
Messi mengalami hambatan dalam perkembangannya, mengalami kesukaran dalam belajar (jika prestasi dalam sekolah kurang baik belum tentu Messi bodoh, mungkin ada hambatan emosional), dan setiap bertindak selalu pelan namun memberi kepastian.
3.
Permukaan Batang : bercoret-coret dan bergelombang
Messi selalu menunjukkan sikap kontak yang emosional, yaitu perasaan memegang peranan penting (bisa memberikan simpati).
Penyesuaian dirinya lancar atau mudah, dan kebutuhan akan perhatian emosional besar.
4.
Batang Keseluruhan : terbuka ujungnya
Termasuk orang yang serba ingin tahu, tidak mempunyai tujuan yang jelas, tidak mau mengikat diri, daya cipta kurang, mudah marah, kurang stabil, dan tidak dapat memutuskan sesuatu.
5.
Mahkota : dahan terselubungi kroon
Messi cenderung tertutup, kurang jujur, dan takut bergaul.
6.
Dahan semakin mengecil
Messi mempunyai kemampuan dalam untuk sinkronisasikan masa lalunya dengan masa yang akan datang.
Mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan

KESIMPULAN :
Messi memiliki sifat yang primitive, banyak dipengaruhi ketidaksadaran, seakan terikat pada tradisi dan insting. Ia mengalami hambatan dalam perkembangannya, kesukaran dalam belajar, cenderung tertutup, dan selalu menunjukkan sikap yang emosional yaitu seakan perasaannya memegang peranan penting. ia termasuk orang yang serba ingin tahu, tidak mempunyai tujuan yang jelas, tidak mau mengikat dirinya, daya cipta kurang, mudah marah, kurang stabil, tidak dapat memutuskan sesuatu dengan cepat. Ia juga memiliki kemampuan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan setiap bertindak selalu pelan namun memberikan kepastian.


Surabaya, 08 April 2013




Tim
LAPORAN INTERPRETASI TES DAP

Nama  : Messi
Usia     : 25 tahun

I.                   INTERPRETASI FORMAL

NO.
Sumber Data
Interpretasi
1.
Lokasi Gambar : di tengah
Messi memiliki adaptasi yang cukup baik, bersifat egosentris, dan berusaha untuk selalu mengontrol dirinya secara cermat.
2.
Ukuran Gambar : sedang
Messi memiliki kemampuan untuk menempatkan diri secara baik dalam lingkungannya.
3.
Tekanan Garis : kabur
Biasanya Messi kurang berani tampil dan menyatakan diri, cemas, ragu-ragu, takut, kurang mampu berkarya, dan depresif.
4.
Tipe Garis : garis tipis, patah, dan tidak tetap
Messi cenderung selalu merasa ketakutan dalam hidupnya, dan selalu merasa tidak aman.
5.
Gambar gembira
Suasana hati Messi dalam keadaan tenang tanpa ada tekanan.
6.
Gambar menghadap ke depan
Messi selalu berani untuk menghadapi realita yang terjadi dalam hidupnya.

KESIMPULAN :
Messi memiliki adaptasi yang cukup baik, bersifat egosentris, dan berusaha untuk selalu mengontrol dirinya secara cermat. Ia selalu berani untuk menghadapi realita yang terjadi dalam hidupnya, dan memiliki kemampuan untuk menempatkan diri secara baik dalam lingkungannya. Namun Biasanya ia kurang berani tampil dan menyatakan diri, cemas, ragu-ragu, takut, kurang mampu berkarya, dan depresif. Messi cenderung selalu merasa ketakutan dalam hidupnya, dan selalu merasa tidak aman. Tapi meskipun begitu suasana hatinya selalu dalam keadaan tenang tanpa ada tekanan.





II.                INTERPRETASI CONTENT

NO.
Sumber Data
Interpretasi
1.
Kepala : agak besar
Ada kemungkinan pada Messi gangguan organis (sering sakit), memiliki inteligensi yang kurang, pikirannya selalu melayang, dan terlalu membanggakan intelek.
2.
Rambut : potongan rambut sangat rapi
Messi cenderung homoseksual yang senang menonjolkan diri.
3.
Wajah : Bentuk persegi
Messi adalah pribadi yang kuat, jantan, dan energik.
4.
Alis : teratur
Messi selalu menunjukkan budi pekerti yang yang halus dan terpelihara.
5.
Mata : sipit
Messi memiliki pandangan yang picik dalam hidupnya.
6.
Mulut : tertutup
Messi selalu berusaha untuk menolak ketergantungan.
7.
Telinga : kabur/tidak jelas
Kesadaran pribadinya goncang, dan ragu-ragu
8.
Leher : satu dimensi
Messi cenderung kurang mampu mengontrol dorongan dan nafsunya.
9.
Pundak : lebar dan besar
Messi selalu merasa mampu dan penuh tenaga, dan memiliki kekuatan yang ekstrim
10.
Lengan : kecil
Messi selalu merasa dirinya lemah sia-sia/tidak berguna, dan selalu merasa tidak mampu mencapai hasil.
11.
Tubuh : besar dan lebar
Messi cenderung selalu kurang merasakan kepuasan terhadap fisiknya.
12.
Kaki : dibengkokkan
Jika melakukan sesuatu Messi kurang yakin pada kemampuannya.

KESIMPULAN :
Ada kemungkinan Messi mengalami gangguan organis (sering sakit), memiliki inteligensi yang kurang, pikirannya selalu melayang, dan terlalu membanggakan intelek. Ia cenderung homoseksual yang senang menonjolkan diri. Ia memiliki pandangan yang picik dalam hidupnya. Ia cenderung kurang mampu mengontrol dorongan dan nafsunya, selalu merasa dirinya lemah sia-sia/tidak berguna, dan selalu merasa tidak mampu mencapai hasil. Jika melakukan sesuatu Messi kurang yakin pada kemampuannya. Dan cenderung selalu kurang merasakan kepuasan terhadap fisiknya. Namun di sisi lain ia juga Messi adalah pribadi yang kuat, jantan, dan energik. Ia selalu menunjukkan budi pekerti yang yang halus, terpelihara, selalu merasa mampu dan penuh tenaga, dan memiliki kekuatan yang ekstrim.
LAPORAN INTERPRETASI TES HTP

Nama  : Messi
Usia     : 25 tahun

I.                   INTERPRETASI FORMAL

NO.
Sumber Data
Interpretasi
1.
Proporsi Gambar : sedang
Messi mempunyai kecerdasan yang baik
2.
Lokasi Gambar : di bawah garis tengah
Messi selalu berfikir pada hal-hal yang kongkrit atau berpijak pada realita.
3.
Posisi orang dekat dengan rumah

Posisi orang dekat dengan pohon

Posisi pohon dekat dengan rumah
Messi adalah orang yang terikat, selalu ingin mendapatkan perlindungan, dan mempunyai kedekatan dengan ibunya.
Selain mempunyai kedekatan dengan ibunya Messi juga dekat dengan ayahnya.

Antara ayah dan ibunya mempunyai hubungan yang dekat.
4.
Komposisi baik
Messi dapat menempatkan dirinya dengan baik di lingkungannya.

KESIMPULAN :
Antara ayah dan ibu Messi masih mempunyai hubungan yang dekat. Ia sangat dekat dengan keduanya, sehingga ia selalu ingin mendapatkan perlindungan dari keduanya. Ia juga termasuk anak yang memiliki kecerdasan sangat baik, selalu berfikir pada hal-hal yang kongkrit atau berpijak pada realita, dan dapat menempatkan dirinya dengan baik di lingkungannya. Tapi selain itu ia termasuk orang yang terikat.


II.                INTERPRETASI CONTENT

NO.
Sumber Data
Interpretasi
1.
Rumah :
a.       Bagus


b.      Pintu tertutup
c.       Jendela

Messi memberi penilaian yang menyenangkan terhadap figur ibunya, dan selalu menganggap ibunya sangat berperan baik.
Penerimaan ibu kurang.
Memiliki hubungan baik dengan dunia luar.
2.
Pohon : besar
Dalam keluarganya ayah Messi selalu menunjukkan sikap otoriter, menguasai, galak, dan kurang memberikan kesempatan.
3.
Orang : menyapu halaman dekat rumah dan pohon
Messi adalah orang yang selalu perhatian terhadap keadaan lingkungan keluarga (memelihara keluarga).
4.
Orang mendekati rumah dan pohon
Messi selalu membutuhkan perhatian, kesatuan, dan kasih sayang dari keluarganya.

KESIMPULAN :
Messi adalah orang yang selalu perhatian terhadap keadaan lingkungan keluarga. Ia selalu membutuhkan perhatian, kesatuan, dan kasih sayang dari keluarganya, sehingga untuk itu ia selalu memberi penilaian yang menyenangkan terhadap figure ibunya, selalu menganggap ibunya sangat berperan baik. Akan tetapi terkadang penerimaan dari ibunya kurang, dan ayahnya selalu bersikap otoriter, menguasai, galak, dan kurang memberikan kesempatan.



Surabaya, 08 April 2013



Tim

BUDAYA “ATER-ATER” (Bagi-Bagi Makanan/Kue) DI KALANGAN MASYARAKAT MADURA


A.      Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstraks, dan luas. Banayak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unusur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Karena sangat kompleksnya budaya maka sangat banyak sekali pengertian budaya yang ditulis oleh para ilmuan yang mempelajari tentang budaya, diantaranya adalah sebagai berikut: budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan dalam Psikologi adalah seperangkat sikap, nilai, keyakinan, perilaku yang dimiliki oleh sekelompok orang, namun ada derajat perbedaan pada setiap individu, dan dikomunikasikan dari 1 generasi ke generasi berikut (Matsumoto,1996).
  Budaya sebagai konstruk social :tidak pernah lepas dari pengertian suatu kelompok merupakan kekhasan yang membedakan kelompok satu dengan kelompok lain.
  Budaya sebagai konstruk individu :ada variasi derajat internalisasi setiap individu anggota kelompok budaya (perbedaan individual).
   Dari pengertian ini, berarti hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan. Karena hanya sedikit tindakan manusia yang berasal dari naluri tanpa melalui proses belajar. Misalnya, tindakan makan. Makan sebenernya naluri manusia untuk bertahan hidup. Akan tetapi, setelah diselipi kebudayaan muncul cara-cara makan yang berbudaya, sopan, pantas, atau sesuai dengan estetika.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah culture determinisme.
Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai social, norma social, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur social, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi cirri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemadji, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi system idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi, seni dan lain-lain  yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan merupakan sesuatu yang sangat komplet, yang tidak ada habisnya untuk didiskusikan, Karena budaya hal yang dinamis bukan sesuatu yang stagnan, selama manusia berada di atas bumi ini maka kebudayaan akan terus berkembang.


B.       Budaya Madura
Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Terletak di timur laut pulau Jawa dengan kodinat sekitar 7 lintang selatan dan antar 112 dan 114 bujur timur. Panjang pulau Madura kurang lebih 190 km, jaraj terlebar 40 km, dan luas secara keseluruhan 5.304 km2. Ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 2 meter-350 meter. Ketinggian paling rendah adalah daerah-daerah pantai baik di bagian barat, utara, timur dan selatan. Sedangkan ketinggian tertinggi menyebar di bagian tengah pulau berupa pegunungan-pegunungan kecil. Pulau ini dikelilingi pulau-pulau kecil yang jumlahnya lebih dari 100 buah pulau, baik yang berpenghuni maupun tidak. Kebanyakan pulau kecil ini berada di bagian timur yaitu daerah Sumenep.
Walaupun Madura hanya terdiri dari empat kabupaten, dilihat dari aspek budaya yang dianut dan dijadikan standar dalam berperilaku tidak ada perbedaan antar warga masyarakat Madura yang mendiami empat kebupaten tersebut. Madura dikenal dengan keunikan dan kekhasan budayanya. Penggunaan istilah khas disini menunjuk pada pengertian bahwa entitas etnik Madura memiliki kekhususan cultural yang tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain.
Latief Wiyata mengatakan bahwa kekhususan kultur itu tanpak antara lain pada ketaatan, ketundukan, kepasrahan mereka secara hirarkis kepada empat figur utama dalam kehidupan, lebih-lebih dalam praksis keberagamaan. Keempat figure itu adalah buppak, ebuh, guru dan rato (ayah, ibu, guru, dan pemimpin). Kepada empat figur utama itulah kepatuhan hirarkis orang-orang Madura menampakkan wujudnya dalam kehidupan social budaya mereka.
Madura memiliki kekayan tradisional yang amad banyak, beragam dan amad bernilai. Dalam menghadapi dunia global yang membawa pengaruh materialisme dan pragmatisme, kehadiran kesenian tradisional dalam hidup bermasyarakat di Madura sangat diperlukan, agar kita tidak terjebak pada moralitas asing yang bertentangan dengan moralitas lokal atau jati diri bangsa. Kita sebagai orang Indonesia harus mengenal budaya Madura yang masih hidup, bahkan yang akan dan tekah punah. Pengenalan terhadap berbagai macam kebudayaan Madura tersebut akan diharapkan mampu menggugah rasa kebangsaan kita akan kesenian daerah.
Madura dikenal sebagai wilayah yang tandus namun kaya akan kebudayaan. Kekayaan budaya yang terdapat di Madura dibangun dari berbagai unsur budaya bai dari pengaruh animisme, hinduisme, dan islam. Perkawinan dari ketiga unsur tersebut sangat dominan mewarnai kebudayaan yang ada. Dalam perkembangannya berbagai kesenian yang bernafaskan religius, terutama bernuansa islami ternyata lebih menonjol. Keanekaragaman dan berbagai bentuk seni budaya tradisional yang ada di Madura menunjukan betapa tinggi budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kebudayaan yang berisi nilai-nilai adiluhur yang berlandaskan nilai religius islami seharusnya dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi muda sebagai penerus warisan bangsa. Budaya lokal adalah asset kekayaan yang akan mampu melindungi generasi muda dari pengaruh negativ era globalisasi. Pengaruh budaya global yang demikian gencar melalui media elektronik dan media cetak menyebabkan generasi muda kehilangan jati diri.
Kebudayaan-kebudayaan yang ada di Madura yag masih lekat dan dilestarikan antara lain:
a.      Ater-ater
b.      Kerapan Sapi
c.       Sapi sonok
d.      Jeren kencak
e.       Musik Seronen
f.        Otok-otok/Aremuh
g.      Sandur
h.      Tari Duplang
i.        Arokat
j.        Arasol makam
k.       Jeklorjuk
l.        Arokat Disah
m.    Amaleman
n.      Nyanguih
o.      Namapanih
p.      Akosar

C.      Budaya Ater-Ater
Terdapat tradisi yang unik, mengesankan, dan agak sulit kita temukan di tempat selain di Madura atau paling tidak di masyarakat Madura. Tradisi tersebut adalah budaya Ater-ater. Ater-ater ini adalah sebentuk tradisi masyarakat Madura terutama di pedalaman dan grass root yang paling banyak ditemui ketika ada hajatan, selametan dalam segala macamnya, hari raya keagamaan, tasyakuran, dan lain sebaginya. Hari keagamaan disini berupa hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, hari raya Ketupat, Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’Mi;raj, Sa’banan (tanggal 15 bulan Sa’ban), malam 21 dan 27 pada bulan Ramadhan, dan peringatan hari-hari tertentu orang yang telah meninggal (malam ke 3, 7, 40 hari, 100 hari, tahunan, dan 1000 hari). Sedangkan mengenai macam-macam hajatan atau selamatan itu sendiri berupa acara pernikahan, acara lamaran, tasyakuran hasil panen, selamatan wanita yang baru hamil pertama kali (ketika umur 7 bulan), Asyuroan (biasanya masyarakat Madura ketika masuk bulan Asyuro mengadakan selamatan dengan membuat bubur khas Madura), selamatan bulan Safar (masyarakat Madura mengadakan selamatan dengan membuat bubur merah), dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan, ada pula yang rutin setiap minggu pada malam Jum’at. Hanya saja biasanya banyak dilakukan kepada guru ngaji dan sebagainya.
Kegiatan ater-ater ini diaplikasikan dengan menghantarkan barang (terutama makanan) pada sanak keluarga atau tetangga yang ada di sekitar. Namun tidak jarang tradisi ini juga dilakukan dan tujukan pada sanak saudara yang jauh.
Bagi kalangan masyarakat Madura, ater-ater merupakan tradisi yang telah turun-temurun. Hal ini dilakukan untuk menyambung dan mempererat tali silaturrahmi antar keluarga atau tetangga. Budaya tersebut sudah turun temurun warisan dari nenek moyang yang sampai saat ini tetap dilestarikan oleh generasi muda. Ter-Ater itu yakni saling tukar atau mengantarkan nasi lebaran ke sanak famili atau kepada tetangga baik yang dekat maupun yang jauh yang diyakini akan memperlancar rejeki serta memperpanjang usia dan di jauhkan dari mara bahaya.
Bapak Ibnu Hajar, salah satu seorang budayawan Madura menjelaskan bahwa budaya Ter-Ater nasi lebaran yang diantarkan lengkap dengan ikan dan lauk serta kuahnya. Budaya itu di lakukan saat menyambut lebaran Idul Fitri yang menandakan ke akraban sesama tetangga dan famili untuk saling bersilaturahmi, serta tanda syukur telah dapat menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Adat istiadat tersebut selain tanda syukur sudah mejalankan puasa satu bulan penuh, juga diyakini memperpanjang usia dan akan memperlancar rejeki hingga bulan puasa tiba kembali. Kepercayaan orang Madura perlunya melestarikan budaya itu, karena akan memperlancar rejeki dan akan panjang usia.
Barang yang dibawa sebagai oleh-oleh bagi yang dikunjungi berupa makanan yang siap saji, seperti nasi putih berserta lauk daging sapi, kambing, ayam, lengkap dengan kue dengan berbagai macam jenisnya. Jajanan, nasi, dan lauk pauk tersebut disimpan dalam wadah khusus, semacam termos untuk piknik. Lalu dijinjing dibawa ke tempat saudara atau tetangga yang akan dikun jungi.
Makanan siap saji dan tidak tahan lama tersebut biasa dibawa pada saudara atau tetangga dekat. Jika yang hendak dikunjungi atau diater-ater adalah keluarga yang letaknya jauh, barang bawaannya biasanya barang yang tidak mudah basi tapi unik. Hanya bisa didapat di tempat-tempat tertentu.
Budaya atau tradisi ater-ater ini dikalangan masyarakat Madura juga dikenal dengan istilah Rebba. Dan ini tidak hanya dilakukan kepada para kerabat, dan sanak famili saja, tapi juga kepada sesepuh desa, guru ngaji dan pengasuh pondok pesantren atau kyai.
Ter-ater untuk kyai pengasuh pondok pesantren, bukan hanya berupa makanan, tapi bisa juga berupa hasil bumi. Seperti jagung, padi, ketela pohon, dan berbagai jenis buah-buahan yang menjadi hasil pertanian mereka. Setiap panen, baik panen jagung ataupun padi, pasti disisihkan khusus untuk kyai dan guru ngaji anak-anak dari masyarakat itu sendiri
Di bulan suci Ramadhan, tradisi saling mengantar makanan, atau ter-ater biasanya pada malam pertama puasa dan pertengahan bulan puasa, yakni mulai tanggal 17 Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri.
Pada malam pertama Ramadhan dimaksudkan sebagai bentuk ungkapan dalam menyambut datangnya bulan yang penuh berkah dan ampunan Allah. Sedang pada tanggal 17 Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri diharapkan akan mendapat berkah malam lailatur-qodar, dimana sebagian ulama mempercayai bahwa malam lailatul-qodar mulai tanggal 17 Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri pada malam ganjil. Seperti malam tanggal 17, 19, 21, tanggal 23, 25, 27 hingga 29 Ramadan.
Sebagai salah satu dari elemen budaya masyarakat Madura, ater-ater dapat dijadikan sebuah teropong atau sekeping cermin yang dapat menggambarkan identitas dan karakter masya rakat Madura.
Namun tradisi ini sering luput dari perhatian para peneliti. Mungkin saja tradisi ini dianggap cukup sepele dan biasa-biasa saja. Padahal, ater -ater ini adalah salah satu kegiatan atau ritual budaya yang membuat banyak orang menyimpulkan bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat yang ramah, dermawan, komunikatif, baik hati, dan memiliki solidaritas yang tinggi pada sesama.
Pada momen hari raya keagamaan seperti lebaran, ater-ater  ini menemukan momennya yang cukup signifikan. Hampir setiap orang masyarakat Madura melakukannya. Mereka tidak sekedar pergi bertamu untuk bersalam-salaman dan bermaaf-maafan. Mereka tidak lupa membawa sesuatu yang mereka makan di rumahnya.
Pada momen lebaran, ater-ater  biasanya didominasi oleh mereka yang sedang bertunangan. Rasanya tidak pas jika ater-ater pada sanak saudara di hari raya, jika tidak bersama-sama tunangan. Tidak jarang, budaya ater-ater ini dijadikan wahana bagi seseorang untuk memperkenalkan tunangannya pada tetangga atau keluarganya yang lain. Selain itu kebanyakan para pasangan suami istri muda yang baru nikah juga memanfaatkan momen-momen tertentu atau hari-hari tertentu tersebut di atas untuk memperkenalkan sekaligus mempamerkan pasangannya dengan cara ater-ater makanan atau jajanan kue kepada para sanak keluarganya baik yang dekat maupun yang jauh.
v  Akulturasi Budaya
Tradisi yang telah turun menurun ini lahir dari relung kebudayaan masyarakat Madura yang cukup dalam. Jika bertemu dengan sesepuh Madura, lalu ditanya tentang ater-ater, kurang lebih mereka akan menjawab bahwa hal itu dilakukan agar saudara atau tetangganya dapat hidup dan merasakan nikmatnya makanan seperti yang telah dia makan. Terlebih, mereka terkadang akan menjawab agar tidak punya hutang rasa. Bagi mereka, ketika tetangga atau sanak saudara mencium aroma masakan dari dapur kita  berarti kita telah memiliki “hutang” pada mereka hingga kita dapat menghantarkan sebagian makanan tersebut pada mereka.
Hal ini menarik dicermati dan dimaknai. Dengan demikian budaya ater-ater merupakan budaya yang menunjukkan rasa empati, simpati, sekaligus menarik seseorang agar terhindar dari mental individualistis. la menunjukkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial yang cukup tinggi terhadap sesama.
Filosofi-filosofi serupa akan mudah kita temukan dalam ajaran Islam, terutama dalam tradisi sufi. Ater-ater secara tersirat sebenamya juga diajarkan Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhamad menuturkan, “Rayakanlah pesta perkawinan, umumkanlah walaupun hanya dengan seekor kambing, dan perbanyaklah kuahnya agar semua sanak famili dan tetanggamu juga dapat merasakan kebahagiaan.”
Bukan tidak mungkin tradisi ater-ater di kalangan masyarakat Madura ini merupakan budaya yang ditransmisikan dari budaya dan ajaran Islam. Pada sekitar abad ke-15, Islam masuk ke Madura (Rifa’i, 2007). Masuknya agama Islam di Madura banyak membuat perubahan budaya keberagamaan yang bersifat sinkretis. Hal ini bisa dilihat masih banyaknya masyarakat Madura yang masih suka membakar kemenyan pada malam Jumat. Ini terjadi tidak hanya di pedesaan, tapi juga di perkotaan Madura. Sudah mafhum, kebiasaan yang demikian merupakan warisan agama Budha dan Hindu.
Dinamisasi pola keberagamaan juga mempengaruhi banyak hal dari sisi kehidupan orang Madura. Seperti, nama yang diberikan kepada anaknya. Yang asalnya orang Madura sering memberi nama anaknya Bhunkot, Kaddhu’, Bengngug, dan seterusnya, pada tahap setelah masuknya Islam berubah menjadi Islami atau kearab-araban (Rifa’i, 2007). Tradisi ater-ater bisa jadi masuk melalui transmisi ajaran dan nilai-nilai Islam sebagaimana nama-nama tersebut.
Pada saat ini, tradisi ater-ater masih saja berlangsung, meskipun gaungnya tak sedahsyat yang sebelumnya. Siapa pun bertanggungjawab menjaga kelestariannya untuk membendung arus globalisasi yang menggiring pada paradigma mental liberalisme dan individualisme. Merebaknya alat komunikasi seperti handphone di seluruh pelosok desa Madura membuat sebagian masyarakat merasa tidak perlu melakukan ater-ater kalau hanya hendak berkomunikasi dengan tetangga atau sanak saudara. Mereka cukup SMS.
Konservasi tradisi ater-ater ini dapat pula berarti meminimalisasi dampak buruk dari dinamika proses modernisasi yang semakin tidak peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Sebab, tradisi ater-ater merupakan simbol solidaritas, kepekaan, kepedulian, dan kesetiakawanan.
v  Berbagi Rasa
Pada prinsipnya tradisi ter-ater mempunyai tujuan silaaturrahim antar tetatangga, sanak famili dan kerabat keluarga dengan media berbagai rasa makanan, meski kerap yang terjadi menu masakan yang dihantar hampir tidak ada perbedaan. Uniknya meski seseorang  (satu rumah tangga) mendapat sekian hantaran, namun tidak akan  dihantar kepada pihak lain. Karena apabila hasil hantaran kemudian dihantarkan kepada orang lain, akan menjadi celaan dan mendapat sangsi sosial dari lingkungannya, yaitu akan menjadi san-rasan atau erasani tidak baik karena tidak menghargai hasil ter-ater.
Bagi masyarakat tradisional Madura (pedesaan maupun perkotaan) terater merupakan “kewajiban” yang harus dijalankan, karena menyangkut rasa malo atau todus. Dan ter-ater tidak dihitung seberapa banyak atau seberapa enak masakan yang dihantar. Meski demikian ter-ater diusahakan dengan menampilkan sesuatu yang bernilai dibanding suatu masakan makanan yang disantap setiap harinya.
Dua hal penting bagi masyarakat Madura dalam berbagi rasa masakan. Pertama kepada tamu. Tamu diberi nilai tinggi dalam hal penyediaan perhargaan makanan. Satu kebiasaan tuan rumah, memberi hidangan kepada tamu merupakan hal prinsip sebagai salah satu bentuk nilai kehidupan sosialnya. Sebagaimana terjadinya carok di Madura, tiga alasan mendasar yang menyebabkan terganggunya seseorang, yaitu:  harga diri, wanita dan air (baca : Kilasan kenangan Hitam “Carok”).
Jadi apabila seseorang menghidangkan makanan kemudian oleh tamu tidak dimakannya maka sama artinya mengganggu harga diri, karena ketika seseorang menghidangkan makanan untuk tamu, berarti dia (mereka) telah mengorbankan apa yang mereka miliki (menu makanan meski hanya memiliki seekor ayam) demi sang tamu. Yang kedua, yaitu ter-ater yang dapat dikategorikan sebagai bentuk pristise keluarga dalam memberikan nilai terhadap orang lain.
v  Terjadinya Perubahan Paradigma
Sesuatu yang bermanfaat kerap tidak diimbangi dengan kontinyuitas. Banyak penyebab terjadinya perubahan sosial masyarakat, khususnya masyarakat Madura yang ternyata telah benyak kehilangan nilai-nilai dalam kearifan sebagaimana yang terjadi pada tradisi ter-ater.
Pragmatisme nampaknya menjadi sumbu utama terjadinya perubahan paradigma ter-ater. Alasan klasik yang kerap menjadi landasan pada masyarakat modern yaitu kepraktisan dalam segala tindakan adalah hal utama. Termasuk ter-ater, dalam perubahannya menu ter-ater yang dulu hasil masakan proses sendiri, telah berubah menjadi pesanan pada catering kemudian dihantarkan dengan wadah dos atau plastik yang banyak dijual di toko-toko, khususnya bagi masyarakat perkotaan.
Nah disinilah persoalannya. Kalau jaman dulu masyarakat Madura dalam memproses hantaran dari masakan sendiri, kemudian dihantar dengan piring yang dilandasi daun pisang dipotong membundar, dihantar dengan talam atau nampan, lalu ditutupi dengan sejenis tampak rajutan benang. Indah dan alami.
Ironisnya, justru sebagaian besar masyarakat Madura perkotaan sudah tidak kenal yang namanya ter-ater. Akulturasi budaya tampaknya membebani mereka dalam melakukan ter-ater. Keengganan (lantaran  pragmatisme) ibu rumah tangga membagi rasa makanan kepada tetangga, sanak keluarga dan kerabatnya telah demikian menguat, sehingga hari-hari menjelang ramadhan,  maupun menjelang dan saat lebaran, terasa biasa-biasa, sepi dan tidak ada aktifitas sosial antar tetangga.
Namun demikian, meski tidak sekuat pada jaman dulu, masyarakat Madura tradisional di pedesaan masih mencoba dan berusaha tradisi ter-ater ini untuk menjadi bagian dari proses kehidupan sosial mereka. Karena apapun alasannya, peristiwa lebaran merupakan peristiwa yang diagungkan, peristiwa yang menyangkut urusan keagamaan dan kebudayaan.
Dari beberapa penjelasan mengenai budaya ater-ater di kalangan masyarakat Madura di atas, jika kita sesuaikan dengan beberapa teori dari budaya itu sendiri maka dapat dianalisis dan disimpulkan bahwa budaya atau tradisi tersebut memang sudah selayaknya dikategorikan sebagai salah satu kebudayaan khas Madura, sebab budaya atau tradisi tersebut sudah sesuai dan memenuhi beberapa kriteria atau syarat-syarat sebagai kebudayaan. Dimana budaya atau tradisi Ater-ater di kalangan masyarakat Madura itu sudah ada sejak zaman dahulu, keturunan dari nenek moyang, diyakini dan tetap dijalankan oleh masyarakat hingga sampai sekarang, terjadi turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan bahkan menjadi nilai serta norma bagi masyarakat Madura.



~ Sekian Terimakasih ~