Ujian Akhir Semester Gasal
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Prodi :
Psikologi
Sem/Kls : V/ G1, G2, G3,
Sifat : Take Home
Note : Jawaban dikumpulkan 1
Minggu setelah soal diterima
Kasus I
Ibu Nina merasa jengkel
pada kurikulum studi sosial yang dipakai di distrik sekolahnya selama delapan
tahun. Cara materi disajikan membuatnya jengkel. Buku-bukunya tidak menarik dan
tidak membuat murid senang. Hurufnya kecil-kecil; hanya sedikit gambar, diagram
atau grafik. Isi materinya juga tidak menarik. Isinya bersifat etnosentris dan
tidak membahas tentang prestasi perempuan. Selain itu, buku pegangan guru
tersebut hanya memberikan lembar kerja dan item-item pertanyaan. Distrik
tersebut punya kebijakan menggati kurikulum setiap sepuluh tahun sekali. Dia
berpikir, “Ini adalah saatnya untuk memulai, dan aku ingin memberi beberapa
masukan untuk keputusan kurikulum nanti.”
Dia bicara kepada
kepala sekolahnya yang kemudian memberitahu bahwa komite yang terdiri dari lima
guru dan satu administrator telah dibentuk umtuk mengkaji berbagai kurikulum
studi sosial untuk semua tingkatan kelas. Ibu Nina memohon untuk dimasukkan sebagai anggota
komite. Kepala sekolah menjawab;” Bagus. Sekarang kita punya wakil dari semua
kelas dan bidang pendidikan khusus. Saya tahu Anda akan menjadi anggota penting
dalam komite itu.”
Pada pertemuan pertama,
ibu Nina agak terpengaruh oleh beberapa pernyataan dari guru lain. Seorang guru
mengatakan bahwa mereka tidak perlu memberi
kurikulum baru, “sebab bagaimanapun juga, sejarah tidak berubah dan kita bisa
selalu menambahkan kejadian terbaru ke dalam kurikulum kita.” Guru lainnya
ingin suatu kurikulum yang tidak mengandalkan text book, tetapi memberikan
pedoman untuk melakukan beberapa proyek yang harus dilaksanakan oleh murid. Dia
telah membaca artikel di majalah yang membahas model kurikulum seperti ini.
Tetapi guru lainnya ingin versi baru dari kurikulum yang sama, sebab jika
membeli kurikulum yang sama sekali baru dia terpaksa harus merombak
pengajarannya, yang akan menjadi “tugas yang sangat berat.” Administrator
mengatakan kepada anggota komite bahwa mereka hanya punya waktu satu tahun
untuk mengambil keputusan. “Dengan demikian, semua materi dapat disusun dan
setiap guru akan punya waktu untuk memahami materi secara lebih baik sebelum diimplementasikan,” katanya.
Komite tersebut meminta
beberapa buku penerbit buku kurikulum studi sosial dan meminta preview copy
dari materinya. Mereka mengirimkan banyak textbook dan materi yang memuat
daftar bacaan, buku kerja, pegangan guru, kumpulan soal ujian, dan CD-Rom.
Memeriksa semua materi sebelum mengambil keputusan tampaknya merupakan tugas
yang berat. Tetapi, ibu Nina dan rekannya ingin memilih kurikulum yang tepat
untuk murid mereka. Untuk itu, mereka memutuskan melakukan riset yang mendalam.
Ibu Nina berkata, “ Beruntung kita punya waktu setahun untuk ini.”
1. Menurut
pendapat anda,
riset apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan keputusan yang baik mengenai
kurikulum yang akan dipakai?
2. Masalah
apa yang perlu dipikirkan? Mengapa?
3. Tipe
riset apa yang tepat/ mengapa?
Kasus II
Sebelum tahun ajaran
baru dimulai, Bu Juli mengadakan “pertemuan perkenalan” dengan orang tua calon
murid-muridnya di TK. Dia melakukannya agar dia bisa menerangkan apa yang akan
nanti dilakukan anak-anak di kelas TK, apa filosofi pendidikannya, apa prosedur
untuk memperkenalkan anak di hari pertama sekolah, dan tentu saja
mempersilahkan orang tua untuk mengajukan pertanyaan dan berbagi pandangan.
Tentu saja orang tua punya banyak pertanyaan.
Berikut ini adalah
beberapa pertanyaan dari orang tua:
“Joey masih suka tidur
di sore hari. Apakah ada cara agar kita bisa merubahnya?”
“Ashley punya asma
berat. Dia masih perlu nebulizer di dekatnya untuk jaga-jaga. Apakah anda bisa
menggunakannya?
“Steve tak pernah mau
duduk diam lama. Apakah anda akan mengizinkannya untuk banyak bergerak ke
mana-mana?
“Alex terlalu cerdas
untuk anak seusianya. Apa yang bisa anda lakukan untuk menantang kecerdasannya?”
“Amanda juga terlalu
cerdas”
“Begitu juga Timmy”
“Peter tampaknya malah
kurang cerdas. Saya tak tahu apa yang harus dilakukan untuknya. Dia tidak bisa
bicara lancar.”
Bu Juli mendengarkan
dengan seksama semua pertanyaan itu dan mengatakan, “saya akan melakukan segala
sesuatu yang saya bisa agar anak-anak Anda mendapat yang terbaik di kelas saya.
Semua anak berbeda dan kemampuan belajarnya juga berbeda. Jadi, saya tidak akan
terlalu mengkhawatirkan apakah anak terlalu cerdas atau kurang cerdas. Saya
kira kita bisa menanganinya secara bersama-sama.” Setelah sampai di rumah, dia
memikirkan jumlah orang tua yang merasa bahwa anaknya terlalu cerdas. Setiap
tahun selalu sama – sekitar sepertiga dari orang tua yakin bahwa anak mereka
adalah calon Einstein.
Sekolah pun dimulai.
Anak-anak tempaknya senang bermain-main dan menyesuaikan diri dengan baik. Bu Juli memanfaatkan waktu
bermain anak untuk mengamati mereka. Tampak ada perbedaan jelas antar anak,
tetapi dia tidak melihat ada anak yang luar biasa, kecuali Bill dan Steve.
Keduanya kurang bisa memerhatikan dan tidak mau duduk lama, dan karenanya
sedikit mengganggu. Bu Juli akan berbicara dengan orang tua mereka dan
mengatakan bahwa mungkin mereka mengalamai attention
deficit hyperactivity disorder dan akan merekomendasikan pengujian. Ada dua
murid lain yang kelihatannya mengalami masalah yang sama, termasuk Alex.
Sepertinya energi mereka tidak ada habis-habisnya. Bu Juli juga telah
mempelajari cara menggunakan nebulizer, tapi tampaknya dia msih belum perlu
menggunakannya, karena Ashley nampaknya baik-baik saja.
Setiap hari selama awal
kelas, murid mempelajari kalender. Bu Juli menandai setiap hari dalam sebulan
di kalender itu dengan tanda X besar dan mendiskusikan cuaca. Dia kemudian
menulis pernyataan di papan tulis, mendeskripsikan cuaca hari. Pada hari
kesepuluh dia menulis di papan. “Hari ini cerah dan panas.” Dia kemudian
membacakan pernyataan itu untuk murid-muridnya sehingga mereka bisa membuat
asosiasi. “Hari ini cerah dan hangat”. Alex berteriak, “Loh, tulisannya kan
tidak begitu. Anda menulis hari ini cerah dan panas.” Bu Juli jadi terkejut.
Kemudian, pada saat jam
bermain, dia meminta Alex untuk duduk dengannya. Alex tampaknya ingin
mengerjakan sebuah teka-teki. “ Alex, maukah kamu membacakan buku ini untuk
ibu?” tanya bu Juli.
“ Tentu,” jawab Alex,
dan dia membacamya tanpa ada kesalahan.
“ Kamu punya buku seperti ini di rumah?”
“ Yup, banyak juga buku
yang lainnya.”
“ Kalau yang ini
punya?”
“ Nggak.”
“ Baiklah, coba baca
yang ini.”
“ Ok, tapi sesudah ini
aku boleh main teka-teki?”
“ Boleh.”
Alex membacanya, dan
hanya salah beberapa kata, lalu lari menuju ke permainan, membangun
menara-menaraan, lalu merubuhkannya kembali, lalu bermain mobil-mobilan.
Pada hari selanjutnya,
bu Juli bertanya kepada semua murid, “Jika ini hari kelima belas dan dalam
sebulan ada tiga puluh hari, maka bulan ini tinggal berapa hari lagi?”
Anak-anak menjawab “
Kita tinggal hitung hari-hari yang tidak ada tanda X-nya.”
“ Betul” jawab bu Juli.
Alex tampak bingung,
“Kenapa Alex?” tanya bu Juli.
“ Kenapa kita tidak
menghitung dengan tiga puluh dikurangi lima belas?” tanya Alex.
1. Apa
isu dalam kasus itu?
2. Menurut
Anda mengapa bu Juli menganggap remeh persepsi orang tua tentang kekuatan anak
mereka?
3. Bagaimana
seharusnya bu Juli memberi tahu orang tua tentang anak mereka yang diduga
menderita ADHD?
4. Apakah
tepat jika bu Juli mengajukan rekomendasi pengujian terhadap anak? Mengapa?
Apakah tepat jika dia merekomendasikan dokter khusus untuk pengujian itu?
Mengapa?
5. Jika
Alex sudah bisa membaca dan berhitung, mungkinkah ada keahlian lain yang
dikuasainya? Jika ada, apa itu? Bagaimana ini akan mempengaruhi pengalamannya
di TK?
UJIAN
AKHIR SEMESTER GASAL
Nama :
Moh Antoso Makul : Psi Pendidikan
Nim :
B07210076 Sem/Kls : 5/G2 (psikologi)
JAWABAN
UAS MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KASUS I
1. Memang
tidak mudah dalam melakukan sebuah perubahan, apalagi mengenai hal perubahan
kurikulum dalam lembaga pendidikan. Kurikulum adalah sebuah kunci dan pedoman
khusus dalam keberhasilan setiap pendidikan. Jika sebuah kurikulum dalam suatu
lembaga pendidikan tidak bisa memberikan dan menghasilkan tujuan yang
diinginkan, maka disitu harus diadakan perubahan. Sebab kalau tidak maka apalah
arti sebuah lembaga pendidikan jika tidak bisa mencetak hasil yang benar-benar
diharapkan yang sesuai dengan kebutuhan sekarang dan juga paling pentingnya
untuk masa depan. Salah satu langkah untuk menyelesaikan masalah kurikulum
dalam suatu lembaga yaitu dengan cara memperbaiki kurikulum yang sudah dipakai
tersebut atau bahkan merubahnya dengan kurikulum baru yang jauh lebih baik. Dan
pastinya itu memerlukan pemikiran yang sangat serius, supaya nantinya memang
benar-benar bisa menghasilkan atau mencetak siswa-siswa yang kompeten dan
berkualitas.
Tentunya
ada beberapa langkah yang harus dilakukan saat akan mengadakan perubahan atau
juga pengembangan kurikulum pendidikan, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective),
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experiences),
mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning
experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
Mengenai
riset yang dibutuhkan untuk menghasilkan keputusan yang baik mengenai masalah
kurikulum dalam lembaga ini, maka hemat saya riset yang cocok adalah riset
aksi. Riset aksi itu sendiri adalah penelitian dan pencarian yang dilakukan dengan
tujuan untuk memahami, mengevaluasi dan kemudian mengubah, dengan tujuan untuk
memperbaiki beberapa praktek pendidikan (Bassey, 1998, p. 93). Sehingga dengan
adanya riset aksi inilah para guru khususnya mereka yang memang bertanggung
jawab dalam masalah kurikulum akan mengetahui seberapa banyak siswa yang sudah
tidak suka atau jenuh dengan kurikulum yang selama ini dipakai, dan juga selain
itu mereka siswa juga ikut berpikir memberikan saran atau pendapat mengenai
kurikulum ke depan yang lebih bagus.
2. Dalam
kasus ini hal yang sangat penting untuk dipikirkan dan diselesaikan adalah
mengenai kedaan kurikulum yang selama 8 tahun dipakai di sekolah. Karena
dianggap kurikulum ini banyak kekurangannya dan para murid juga tidak senang,
maka mau tidak mau pihak sekolah khususnya para anggota komite sekolah yang
memang bertanggung jawab terhadap kurikulum sekolah harus mengambil langkah
untuk menyelesaikan dan memperbaiki kurikulum yang ada. Paling tidak dalam
waktu 1 tahun kedepan mereka para komite sekolah sudah memiliki jalan keluar,
sebab sesuai dengan kebijakan yang ada di sekolah bahwa sekolah bisa mengganti
kurikulum hanya setiap sepuluh tahun sekali. Jadi, jika dalam sisa waktu 1
tahun ke depan ini sekolah tidak bisa mengambil jalan keluar maka sia-sialah
apa yang dinginkan sekolah (khususnya ibu Nina) yaitu ingin mengganti kurikulum
yang telah dipakai dengan kurikulum yang lebih baik dan disenangi oleh para
siswanya.
Selain
itu sekolah harus mulai mempersiapkan materi-materi baru yang akan disusun
dalam kurikulum baru itu dan juga memperkenalkan pada setiap guru untuk
dipahami sebelum diimplementasikan.
3. Seperti apa yang telah dijelaskan
pada jawaban nomer satu di atas bahwa ada beberapa langkah
yang harus dilakukan saat akan mengadakan perubahan atau juga pengembangan
kurikulum pendidikan, yaitu merumuskan
tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman
belajar (selection of learning experiences), mengorganisasi
pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences), dan
mengevaluasi (evaluating). Nah, di dalam mengevaluasi ada juga yang namanya
langkah riset. Riset adalah sebagai proses pengumpulan data, sebagai dasar
pengambilan keputusan. Adapun macam-macam tipe riset yaitu aksi, deskripsi,
historical, dan eksperimental.
Dalam kasus ini, tipe riset yang
sangat tepat adalah riset aksi. Dimana riset aksi itu sendiri adalah penelitian
dan pencarian yang dilakukan dengan
tujuan untuk memahami, mengevaluasi dan kemudian mengubah, dengan tujuan untuk
memperbaiki beberapa praktek pendidikan (Bassey, 1998, p. 93). Mengapa harus
ini? Karena dengan riset aksi ini nantinya akan menghasilkan kurikulum yang
efektif dan efisien serta pastinya tepat pakai.
KASUS II
1.
Adapun isu dalam
kasus ini yaitu mengenai masalah identifikasi kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki oleh masing-masing murid TK. Dan dengan itu membuat para orang tua
murid merasa cemas, karena mungkin mereka masih belum mengetahui kalau ternyata
setiap anak itu memiliki kemampuan dan kekurangan yang berbeda, baik itu dalam
hal kecerdasan dan juga yang lainnya.
2. Menurut
hemat saya, sebenarnya Bu Juli bukannya menganggap remeh persepsi orang tua
tentang kekuatan anaknya. Cuman, Bu Juli hanya ingin para orang tua tidak
terlalu cemas dan takut terhadap apa yang terjadi pada anaknya. Makanya Bu Juli
hanya bilang pada orang tua murid bahwa dia akan melakukan segala sesuatu yang
dia bisa agar anak-anak mendapat yang
terbaik. Semua anak berbeda dan kemampuan belajarnya juga berbeda. Dia juga
menjelaskan tidak akan terlalu mengkhawatirkan apakah anak terlalu cerdas atau
kurang cerdas. Dia bahkan mengajak para orang tua untuk bersama-sama dalam
menangani keadaan pada masing-masing anak”.
3. Dalam
keadaan bagaimanapun namanya orang tua wajib mengetahui apa yang terjadi pada
masing-masing anaknya, baik itu mengenai hal yang negatif maupun yang positif.
Karena hanya oramg tualah (terutama Ibu) yang paling banyak komunikasi dengan
anak dalam kesehariannya, kalapun Ibu guru di sekolah itu tidak seberapa lama.
Orang tualah yang paling bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Maka dari
itu, seharusnyalah Bu Juli memberi tahu kepada masing-masing orang tua bahwa
anaknya diduga menderita ADHD. Tapi dengan syarat Bu Juli harus membicarakannya
dengan cara yang sekiranya tidak membuat orang tua terlalu kaget, takut dan
cemas ketika sudah dikasik tahu apa yang terjadi pada anaknya. Sebab, namanya
orang tua apa lagi orang-orang awam kebanyakan sangat sensitif, sehingga bisa
jadi salah dalam menginterpretasikan apa yang dikasik tahu oleh Bu Juli. Bu
Juli harus member tahu dengan cara menemui para orang tua secara khusus, baik
itu dating lagsung ke rumahnya atau orang tuanya yang diundang ke sekolah. Dan
disitulah Bu Juli membicarakan dengan baik-baik penuh kekeluargaan. Jelaskan
secara detail menganai apa itu ADHD dan bagaimana cara menyikapai serta
membimbing anak yang seperti itu. Dan
yang terakhir Bu Juli harus meyakinkan pada orang tua untuk tidak takut dan
cemas terhadap apa yang terjadi pada anaknya.
4. Mengenai
masalah ingin mengajukan rekomendasi pengujian terhadap anak itu adalah langkah
yang sangat tepat dan terbaik. Sebab hanya dengan langkah itu masing-masing
anak akan diketahui secara jelas dan detail mengenai permasalahan yang ada
padanya. Dan juga membuktikan apakah anak-anak itu memang benar masuk dalam
kategori ADHD. Ini juga termasuk salah satu langkah dalam proses assesmen.
Dan pastinya dalam
merekomendasikan yaitu pada dokter khusus yang memang mengerti dan paham
terhadap permasalahan anak. Baik itu psikiater atau bisa juga pada seorang
psikolog. Karena hanya orang-orang seperti itulah yang ahli yang bisa
mengetahui apakah anak itu benar-benar ADHD atau tidak. Dan pastinya hasil dari
assesmennya bisa dipercaya dan valid. Karena itu dilakukan dengan menggunakan
ilmu serta pengalaman yang dimiliki.
5. Alex
adalah salah satu anak yang juga termasuk dalam kategori ADHD (hiperaktif),
dan dia sangat berbeda dengan anak yang lainnya, dimana dia mempunyai kelebihan
dalam membaca dan menghitung. Dia sudah pintar membaca dan menghitung disaat
teman seumuran dia masih kurang bisa. Namun selain itu ada kelebihan lain yang
dimiliki Alex yaitu dia juga sudah bisa mempunyai otak yang daya penalarannya
di atas rata-rata, berbeda dengan anak yang lainnya. Alex mampu menggunakan
logika mengenai informasi atau permasalahan yang diberikan padanya. Ini
terbukti disaat dia membantah apa yang dikatakan gurunya saat ada di kelas, dia
membantah karena apa yang diucapkan gurunya tidak sesuai dengan apa yang
ditulis di papan. Selain itu juga terbukti disaat dia memberikan jawaban yang
berbeda dengan temannya yang lain, yaitu disaat ditanyakan mengenai hitungan
sisa julah hari dalam sebulan. Dia sudah mampu berpikir secara logis.
Dan satu lagi yang
mungkin bisa diiliki oleh Alex yaitu dia adalah anak yang kreatif. Sebab anak
yang hiperaktif itu memiliki tenaga fisik yang ekstra atau lebih sehingga tidak
mau diam. Dan karena tidak bisa diamlah biasanya anak ini akan menyalurkannya
pada hal-hal yang melibatkan pikiran dan tenaga, selalu ingin melakukan sesuatu
yang membuat dia senang dan nyaman. Dan ini terbukti pada Alex yaitu suka main
teka-teki dan juga bongkar pasang menara. Dia ingin mengetahui sesuatu yang
belum dia ketahui, dan inilah kreatif.
Mengenai bagaimana ini
akan mempengaruhi pengalamannya di TK? Itu sangat jelas ada pengaruhnya, baik
secara positif maupun negatif. Dari segi positif, karena dia adalah anak
hiperaktif yang sudah bisa membaca dan berhitung maka pastinya akan berpengaruh
pada proses belajarnya. Dia akan mengalami proses perkembangan belajar yang
lebih cepat ketimbang temannya yang lain. Dan ini juga sangat bagus untuk
perkembangan selanjutnya baik itu nanti di SD hingga sampai dewasa. Dari segi
negatifnya, karena Alex adalah anak yang ADHD pastinya ada beberapa kelemahan
juga yang ada padanya. Diantaranya yaitu, anak ADHD biasanya sulit memusatkan
perhatiannya pada sesuatu, susah diam, dan impulsive (mengambil suatu langkah
tanpa ada pemikiran terlebih dahulu). Cirri-ciri itu akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan sosialnya, dimana seharusnya berjalan normal bisa menjadi
terhambat. Dan ini juga sangat dikhawatirkan terhadap perkembangan masa
depannya.
~Terimakasih~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar