Muhammad Antoso


Selamat Datang di Blogs Antok Pemuda Sumenep Semoga Bermanfaat

Kamis, 27 Desember 2012

Analisis Perilaku Sex Bebas


ABSTRAK

Akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang amat memprihatinkan. Kenakalan remaja yang diberitakan dalam berbagai forum dan media dianggap semakin membahayakan.  Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan, penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas pranikah kasusnya semakin menjamur.
Di antara berbagai macam kenakalan remaja, seks bebas selalu menjadi bahasan menarik dalam berbagai tulisan selain kasus narkoba dan tawuran pelajar. Dan sepertinya seks bebas telah menjadi trend tersendiri. Bahkan seks bebas di luar nikah yang dilakukan oleh remaja (pelajar dan mahasiswa) bisa dikatakan bukanlah suatu kenakalan lagi, melainkan sesuatu yang wajar dan telah menjadi kebiasaan.
Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini memang sangatlah memprihatinkan. Khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Depok, jambi dan Banjarmasin. Di kota Depok bergulir kasus siswi SD yang melakukan hubungan intim dengan kekasihnya seorang pemuda berusia 21 tahun. Menurut data Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok, rata-rata terdapat 10 kasus persetubuhan remaja di bawah umur setiap bulan. Bahkan jumlah itu terus meningkat, dimana pihak perempuan masih berusia 12 hingga 17 tahun, sementara pihak pria berumur sama atau bahkan sudah usia dewasa. Menurut Kapolres Depok bahwa sex bebas yang terjadi rata-rata perbulan 10 kasus dan itu karena pergaulan bebas.
Di kota Jambi berdasarkan data dari Yayasan Sentra Informasi dan Komunikasi Orang Kito (SIKOK), dalam dua tahun terakhir (2010-2012), sebanyak 164 remaja (berstatus pelajar) diketahui hamil di luar nikah. Data per Juni 2012, jumlah pengidap HIV usia remaja (15-24 tahun) mencapai angka 103 orang. Sedangkan pengidap AIDS mencapai 45 orang.
Sedangkan di kota Banjarmasin Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, tercatat ada 148 kasus seks pranikah selama tahun 2011. Yang lebih parah lagi, mayoritas dari kasus tersebut ternyata dialami siswi SMP.


ANALISIS KASUS
A.      Analisis Kasus Berdasarkan Aliran Behaviorisme (Skiner)
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Menurut Skinner individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar,individu bukanlah agen penyebab tingkah laku melainkan suatu point antara faktor – faktor lingkungandan bawaan yang khas serta secra bersama- sama menghasilkan akibat tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Menurut Pendekatan Behaviorisme kasus sex bebas diatas merujuk pada teori perubahan prilaku (belajar) dimana para pelaku sex bebas adalah bagian dari produk lingkungan, sehingga segala perilaku para pelaku sex bebas sebagian besar diakibatkan oleh  pengaruh lingkungan sekitarnya, baik itu dari keluarga terdekat, organisasinya, dan aktifitas bermasyarakatnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian diri. Menurut aliran ini bahwa perilaku manusia itu adalah sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Lingkungan disini banyak sekali bentuknya, yaitu antara lain teman sekolah, teman bermain, masyarakat disekitarnya, media cetak atupun elektronik dan keluarga. Jika semua macam lingkungan yang tadi itu di dalamnya sudah terdapat hal-hal negative seperti gambar bulgar, video porno, pornoaksi dan pornografi, maka besar kemungkinan khususnya remaja yang melihat semua itu akan dilampiaskan pada hal negative pula yaitu seperti sex bebas ini. Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh para pelaku. Respons tertentu akan muncul dari remaja pelaku sex bebas, jika diberi stimulus dari luar.
Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netral-pasif-reaktif terhadap stimuli di sekitar lingkungannya, sehingga jika para remaja sudah terbiasa diberikan atau mendapatkan stimuli yang negative (seperti pornoaksi dan pornografi) maka mereka juga akan terdorong untuk memberikan respon terhadap stimuli yang diterimanya. Demikian juga jika stimulus dilakukan atau dating diterimanya secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, maka akan berakibat berubahnya perilaku remaja tadi itu, dimana perilaku para remaja mengarah pada penyimpangan (deviasi) seksual pada orang lawan jenisnya.
Dalam terjadinya proses belajar dalam pola hubungan slimulus-respon ini selalu membutuhkan unsur dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Dalam kasus ini ketika para pelaku sudah memasuki usia remaja, yaitu usia SMP hingga mahasiswa, dimana di usia itu remaja mengalami yang namanya masa pubertas. Masa pubertas adalah masa dimana para remaja mengalami peningkatan dorongan sex yang sangat kuat. Diketika masa pubertas ini para remaja akan mempunyai kebutuhan keinginan untuk mencari kepuasan dari apa yang dirasakan. Sehingga salah satu cara untuk memenuhi itu adalah dengan cara melakukan sex bebas di luar nikah dengan lawan jenisnya, bisa itu pacarnya atau teman dan sahabatnya yang sudah suka sama suka, bahkan lebih parahnya lagi sampai terjadi pemaksaan yaitu pemerkosaan. Mereka tidak berpikir kalau perbuatannya melanggar hokum atau tidak yang penting baginya kenyaman dan kepuasan yang dirasakan.
Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri remaja, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Stimulus datang dari luar , yaitu seperti yang telah dijelaskan di atas tadi. Stimulus dari luar inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku sex bebas para remaja. Kemungkinan besar mereka para remaja pelaku sex bebas sering berinteraksi dengan lingkungan yang di dalamnya ada unsur-unsur sexnya juga. Misalnya, teman-temannya yang sudah terbiasa dengan sex bebas juga, keseringan nonton film atau sinetron yang ada adegan sexnya, dan juga keseringan melihat foto-foto bugil yang ada di majalah atau media cetak lainnya. Sehingga jika keadaan seperti itu tidak dibarengi dengan iman dan kesadaran maka dorongan untuk melakukan sex bebas di luar nikah akan sering terjadi.
Inti dari pandangan behaviorisme Skiner, bahwa perilaku sex bebas di kalangan remaja terjadi karena akibat dari proses belajar yaitu lingkungan. Dimana para remaja sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia lingkungan yang negative yang bisa membawanya pada hal negative pula, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Sebab dalam kehidupan ini yang paling besar dan kuat pengaruhnya bagi perubahan perilaku adalah lingkungan.




B.       Analisis Kasus Berdasarkan Aliran Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Menurut Sigmund FreudTeori Psikoanalisa adalah sebuah teori mengenai 3 proses tahapan psikis yang ada di diri manusia,yaitu terdiri dari ID, Ego dan Super Ego. Urutan dari ketiga proses ini tentu tidak dapat diubah karena teori ini adalah suatu yang runtut. Pertama, di mulai dari tahapan ID. Dimana di dalam ID seorang manusia hanya berisi kumpulan nafsu- nafsu atau hasrat yang besar, seperti halnya seseorang yang selalu ingin dan ingin berbuat sex. Kedua, tahapan yang selanjutnya adalah Ego. Ego disini bukan di artikan sempit seperti yang mengakar di masyarakat yang memiliki arti ke- aku- an diri. Tetapi Ego disini di artikan sebagai suatu “kesadaran”. Tahapan terakhir adalah Super Ego. Super Ego disini sangat memiliki andil atau peran yang sangat luar biasa. Superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.
Pada pendekatan Psikoanalisa manusia itu tidak bebas dalam berprilaku, manusia dapat diramalkan, penyebabnya adalah setiap orang mempunyai pola tertentu, yaitu keseimbangan pola tingkah laku antara id dan super ego yang kemudian direalisasikan dalam ego. Psikoanalisa juga berangggapan bahwa para remaja berprilaku berdasarkan dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya, manusia juga berkaitan erat dengan ketidaksadaran dan kesadaran. Pada masa remaja biasanya dorongan untuk kebutuhan sex sangatlah kuat. Dan superego ini dibentuk semenjak dari kecil yaitu berdasarkan didikan dari orang tua. Sehingga jika superego yang ada pada remaja sangat minim maka pastinya dorongan Id itu akan lebih mendominasi, dan disinilah biasanya akan muncul perilaku negative seperti sex bebas. Nah pada kasus ini kemungkinan para remaja pelaku sex bebas itu sangat kekurangan dalam mengetahui dan menyadari nilai-nilai kebenaran dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pendidikan dari keluarga atau lingkungan lainnya mengenai sex itu sendiri dan juga nilai-nilai kebenaran lainnya.
 Semua kebutuhan instingtif para remaja itu tertanam dan selalu ada dalam struktur ketidaksadaran (kenyataan psikis yang sebenarnya). Insting adalah perwujutan psikologis dari suatu sumber rangsangan somatic dalam yang dibawa sejak lahir dan pengalaman-pengalamnya selama hidup. Kebutuhan instintif para remaja adalah sebagai motif atau penggerak tingkah laku para remaja yang nantinya menentukan tingkah laku para remaja dalam usaha memenuhi kebutuhan instingtifnya tersebut.
Kebutuhan seksual atau libido (insting hidup) terdapat dalam ketidaksadaran para remaja yang dibawa semenjak lahir. Insting inilah yang akan terus mendorong para remaja untuk memenuhi kebutuhan sexnya. Sehingga dengan begitu mereka akan berusaha mencari segala cara supaya apa yang diinginkan bisa terpenuhi, dan satu-satunya cara yang paling memuaskan baginya hanyalah dengan melakukan sex bebas. Namun sebenarnya mereka para remaja itu mengetahui bahwa apa yang dilakaukan adalah hal yang tidak normal, tapi itu tidak menjadi masalah baginya sebab pengetahuan atau kesadaran itu telah dikalahkan dengan kuatnya hawa nafsu yang ada.
Jadi intinya, menurut pandangan psikoanalisa Sigmund Freud perilaku sex bebas terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara Id, ego, dan superego yang ada pada diri remaja. Dimana Id atau hasrat hawa nafsulah yang paling mendominasi, sedangkan superego yang seharusnya mengimbangi ternyata sangat minim sekali. Minimnya superego disini karena akibat semenjak kecil yang tidak dibiasakan dengan penanaman nilai-nilai kebenaran dalam lingkungan masyarakat.


LAMPIRAN

Seks Bebas Remaja di Depok Meningkat
Marieska Harya Virdhani - Okezone
Kamis, 24 Mei 2012 19:03 wib wib
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
DEPOK - Jargon Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail untuk menjadikan Depok “Kota Layak Anak” tampaknya harus dikaji ulang. Sebab, justru kasus seks bebas di kalangan remaja mengalami peningkatan.
Baru-baru ini, bergulir kasus siswi SD yang melakukan hubungan intim dengan kekasihnya seorang pemuda berusia 21 tahun. Menurut data Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok, rata-rata terdapat 10 kasus persetubuhan remaja di bawah umur setiap bulan
Bahkan jumlah itu terus meningkat, dimana pihak perempuan masih berusia 12 hingga 17 tahun, sementara pihak pria berumur sama atau bahkan sudah usia dewasa.
Kasubnit PPA Polres Depok Aiptu Handayani mengatakan bahwa data kejahatan asusila, yang dilakukan anak-anak di bawah umur, paling banyak dibandingkan angka kejahatan lainnya, yang juga dilakukan anak-anak.
Dari kasus yang ada, banyak pula yang menuju persidangan, namun ada juga yang diselesaikan secara kekeluargaan.
"Kadang-kadang sehari ada dua kasus. Rata-rata 10 kasus per bulan termasuk di tingkat Polsek. Rata-rata karena pergaulan bebas, usianya SMP bahkan ada yang SD, umumnya memang suka sama suka," ungkapnya kepada wartawan di Polres Depok, Kamis (24/5/2012).
Handayani mengklaim, dalam kurun waktu tiga bulan trennya juga meningkat. Tak ada unsur kekerasan, modusnya hanya bujuk rayu dan janji rasa sayang yang diberikan oleh pria.
Terpisah, Kapolres Depok Kombes Pol Mulyadi Kaharni meminta agar masyarakat tak hanya melihat proses akhirnya. Namun ini semua merupakan proses pembelajaran di lingkungan keluarga.
"Harus dilihat bagaimana Depok Kota Layak Anak sudah cocok atau tidak, bagaimana peran orang tua sudah maksimal belum mengajarkan moral, etika, dan agama," jelas Mulyadi.
Jumat, 28 September 2012 12:06
Seks Bebas di Kalangan Remaja Makin Mengkhawatirkan
JAMBI-Perilaku sex bebas di kalangan pelajar sudah sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Yayasan Sentra Informasi dan Komunikasi Orang Kito (SIKOK), dalam dua tahun terakhir (2010-2012), sebanyak 164 remaja (berstatus pelajar) diketahui hamil di luar nikah.
Aktivis SIKOK, Suminah mengatakan, jumlah itu berdasarkan laporan siswi yang meminta bantuan konseling ke SIKOK. Dia memperkirakan, jumlah pelajar yang hamil di luar nikah lebih banyak lagi. Sebab, tidak banyak siswi yang mengaku dan minta konseling ketika mereka hamil di luar nikah.
“Memang belum terlalu banyak. Tapi trennya selalu meningkat,” ujarnya usai seminar peringatan hari kesehatan sex Se-Dunia di Ruang Pola kantor Gubernur Jambi, kemarin (27/9).
Menurut Suminah, pelajar hamil yang melakukan konseling ke yayasan SIKOK cukup beragam. Ada dari SMA, tidak sedikit pula siswi SMP. Rentang umurnya pun bervariasi, ada yang 17 tahun, bahkan ada remaja umur 14 tahun. “Banyak yang datang minta konseling itu dari kelas 2 dan beberapa kelas 3,”katanya.
Dari konseling yang mereka lakukan, mayoritas kecenderungan para pelajar itu ingin menggugurkan kandungannya. Sebab, kebanyakan mereka yang datang ke SIKOK memang perutnya sudah membesar. Suminah mengaku menemukan sedikitnya 64 pelajar sudah melakukan upaya aborsi sendiri.
“Itu yang ketauan. Yang sembunyi-sembunyi dan melakukan aborsi sendiri, bisa jadi lebih banyak lagi,”katanya. Apalagi, beberapa kasus yang mereka temukan, ada sejumlah orang tua yang langsung mengambil alih kasus anaknya dengan melakukan upaya abrosi sendiri di luar Jambi.
“Mereka memboyong anaknya ke Jakarta, lalu melakukan aborsi di sana,”ujarnya.
Suminah memperkirakan jumlah siswi hamil di luar nikah di Jambi bisa saja lebih dari 164 orang. Sebab, tidak banyak siswi yang mau terbuka memberi informasi ketika mereka hamil. Bahkan, jumlah siswi yang melakukan aborsi di yakininya juga lebih dari 64 orang. “Itu yang ketauan saja. Yang tidak mau melapor dan konseling mungkin lebih banyak lagi,”tegasnya.
Melihat tren kejadian hamil di luar nikah ini, Suminah meyakini perilaku sex bebas yang dilakukan kalangan remaja dan pelajar sangat tinggi. SIKOK pernah melakukan survey terhadap 1.182 Siswa SMU/SMK Kota Jambi tahun 2003. Hasilnya, sedikitnya 8 % siswi mengaku sudah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan pacar.
Anggap saja tren itu stagnan, maka diperkirakan pada tahun 2012 ini ada sekitar 16 ribu dari total 200 ribu lebih siswa/i, sudah melakukan hubungan suami istri. “Kondisi ini memang sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi, hubungan sex sudah dianggap hal biasa di kalangan remaja kita,”ujarnya.
Mantan Direktur Yayasan SIKOK ini menjelaskan, model pacaran yang memberikan ruang untuk melakukan hal di luar ketentuan adalah buah dari kehidupan sosial yang makin buruk. Dari konseling yang mereka lakukan, latar belakang remaja putri melakukan hubungan badan karena ingin membuktikan cinta kepada sang pacar.
Sedangkan yang memotivasi remaja pria melakukan hubungan badan ingin menunjukkan sikap jantan. “Dan semua itu karena pengaruh lingkungan yang begitu bebas,”katanya.
Apa solusinya? Mempersempit kemungkinan perbuatan itu terjadi dengan membangun lingkungan yang lebih baik. ”Mempersempit perilaku seperti ini harus dilakukan oleh semua pihak, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekitar, hingga pemerintah. Sehingga kemungkinan kejadian ini bisa ditekan,”katanya.
Sementara itu, Ferdia Prakasa, aktivis Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jambi tak menampik tren perilaku sek bebas dikalangan pelajar sudah sangat mengkhawatirkan. Bahkan, ada pula remaja di Jambi yang berprofesi sebagai penjaja seks. Tingginya angka seks bebas di kalangan remaja dapat terlihat dari meningkatnya tren usia remaja yang terjangkit virus mematikan HIV/AIDS.
Data per Juni 2012, jumlah pengidap HIV usia remaja (15-24 tahun) mencapai angka 103 orang. Sedangkan pengidap AIDS mencapai 45 orang.
“Persentase kalangan remaja yang terjangkit berada pada urutan kedua setelah golongan usia dewasa, di atas 25 tahun. Ini sudah sangat mengkhawatirkan,”ujarnya.
Enny Nadia Simanjorang, dari Duta Remaja Aliansi Satu visi mengatakan, berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007,  diperoleh pengakuan remaja bahwa sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan. Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno.
Celakanya, kata dia, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. “Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius,”kata dia.
Ia menjelaskan, tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Berbagai faktor ikut mempengaruhi dianataranya kurang perhatian orang tua, sekolah yang kurang dapat mengontrol hal ini atau memang karena tuntutan kemajuan jaman yang memaksa remaja melakukan hal ini.
”Masalah-masalah remaja seperti ini, sering timbul karena konsep diri remaja juga yang bermasalah,”katanya.
Berbagai masalah itu perlu segera diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Menurut dia, pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. “Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas,”pungkasnya.


BANJARMASIN – Pergaulan bebas di kalangan remaja di Banjarmasin semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, tercatat ada 148 kasus seks pranikah selama tahun 2011. Yang lebih parah lagi, mayoritas dari kasus tersebut ternyata dialami siswi SMP.
Data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin juga menyebutkan bahwa selain seks pranikah ada juga kasus infeksi saluran reproduksi sebanyak 30 kasus. Kasus lainnya yakni infeksi menular seksual (IMS) juga ada sebanyak 30 kasus sedangkan kasus kehamilan tidak diinginkan atau di luar nikah sebanyak 220 kasus.
Data juga menunjukkan bahwa ada 325 kasus persalinan remaja baik karena menikah di usia dini maupun di luar nikah. Kasus tertinggi ada di Kecamatan Banjarmasin Selatan, khususnya  dialami siswi SMP.
Menanggapi data mencengangkan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Dr Rosihan Adhani menyatakan bahwa fakta tersebut harus diwaspadai khususnya dalam rangka menjaga remaja dari ancaman penyakit kesehatan reproduksi.
“Adanya data tersebut wajib diperhatikan oleh jajaran kesehatan, dengan adanya data tersebut artinya memang isu bahwa pergaulan remaja semakin memprihatinkan benar adanya,” katanya kepada Radar Banjarmasin, Senin (1/10).
Diterangkan Rosihan, maraknya seks pranikah di kalangan remaja harus disikapi oleh jajaran kesehatan dengan memberikan layanan konseling kesehatan. Materi konseling berupa kesehatan reproduksi dan bahaya penyakit akibat hubungan seks yang tidak semestinya harus diberikan.
“Saya prihatin ternyata pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi sangat minim. Indikasinya adalah hasil riset kesehatan dasar ternyata remaja yang mengetahui tentang kesehatan reproduksi hanya 11 persen, sisanya tidak tahu,” cetusnya.
Menurut peraih gelar doktor dari Universitas 17 Agustus 1945 ini, lemahnya pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi akan berkolerasi dengan tingginya akan seks pra nikah. Remaja banyak yang tidak tahu bahaya berhubungan seks sembarangan.
“Kami pernah usulkan adanya muatan lokal kesehatan di sekolah tapi dari dinas pendidikan tidak sepakat,” terangnya. Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel Dr Ngadimun mengaku prihatin atas fakta tersebut. Meski demikian, ia tidak sepakat dengan usulan Rosihan agar kesehatan masuk kurikulum muatan lokal.
“Kalau semua permasalahan dititipkan kurikulum saya kira akan membebani siswa. Misalnya masalah korupsi ada kurikulum anti korupsi, ada masalah narkoba kemudian diusulkan masuk ke kurikulum, kan tidak bisa demikian, masih ada solusi lain seperti memperkuat mata pelajaran yang menyangkut budi pekerti,” ucapnya.
Pendidik Mengaku Prihatin
Kasus hamil di luar nikah yang terjadi di kalangan siswi SMP di Banjarmasin benar-benar mengejutkan berbagai kalangan. Para pendidik mengaku prihatin atas munculnya kasus yang terjadi di kota yang dikenal religius.
Salah satu guru di SMPN 1 Banjarmasin, H Damiri kaget saat Radar Banjarmasin menyampaikan informasi tersebut. Menurut dia, adanya siswa SMP yang hamil di luar nikah menunjukkan bahwa pergaulan remaja khususnya usia SMP sudah sangat mengkhawatirkan.
“Saya sangat prihatin, menurut saya sebagai guru dan juga orang tua memang perlu pengawasan yang lebih terhadap anak kita terutama yang berusia remaja. Selain itu, anak juga perlu keteladanan dari guru dan orang tua,” ucapnya, Minggu (30/9).
Menurut Damiri, maraknya siswi SMP yang bergaul melewati batas norma masyarakat tidak lepas dari minimnya bekal remaja dalam bergaul. Remaja, lanjut Damiri, perlu bekal berupa arahan dari orang tua tentang cara bergaul dan memilih teman yang baik.
“Orang tua harus mengajarkan bagaimana cara bergaul yang benar,” katanya.
Pendidikan seks dalam arti positif juga wajib diberikan kepada anak remaja. Orang tua harus mengajarkan kepada anak perempuannya bahwa jika sudah mengalami haid artinya sudah memasuki pada masa siap dibuahi. Oleh karena itu, remaja perempuan harus menjaga pergaulan terutama dengan lawan jenisnya.
“Bagi yang beragama Islam, kami di sekolah juga mengajarkan pendidikan agama tentang haid. Kewajiban seorang muslimah jika sudah haid atau akil baligh bagi remaja putra kita ajarkan karena hal itu penting,” cetusnya.
Damiri yang sehari-hari mengajar Agama Islam dan Alquran menambahkan, untuk membentengi siswa-siswi SMPN 1 Banjarmasin pergaulan bebas, pihak sekolah memberikan beberapa bekal. Salah satunya adalah program Jumat Takwa yang dijalankan setiap Jumat mulai pukul 07.00-08.00 wita.
Pihak sekolah mendatangkan ustad atau guru agama untuk datang memberikan tausiyah. Acara tersebut dilakukan di halaman sekolah dengan melibatkan seluruh siswa dan guru.
“Harapannya siswa bisa mengingat bahwa setiap umat Islam perlu menjaga perbuatan,” ujarnya.
Terkait perkembangan pergaulan remaja dan pelajar dari tahun ke tahun, Damiri yang sudah 10 tahun menjadi tenaga pengajar di SMPN 1 Banjarmasin mengakui adanya tren negatif dari pergaulan remaja. Semakin tahun menurut dia pergaulan remaja semakin mengkhawatirkan.
“Agak miris saya melihat apalagi di era teknologi sekarang yang makin mudah diakses oleh siapapun termasuk oleh remaja. Yang terjadi kan tidak mungkin guru dan orang tua bisa mengawasi anak remajanya terus menerus, bisa saja remaja curi-curi waktu membuka situs porno dan sebagainya. Menurut saya itu yang paling berbahaya,” tandasnya.
Arahkan Remaja pada Kegiatan Positif
Fenomena hamil di luar nikah yang dialami siswi SMP di Banjarmasin juga mendapat sorotan dari kalangan ulama muda. Ustad Ahmad Risqon yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kalsel menyarankan kepada orang tua agar mengarahkan anak remajanya untuk aktif dalam kegiatan yang positif.
“Pertama saya prihatin atas adanya kasus tersebut, selain itu peran orang tua untuk mengarahkan anaknya agar memiliki kegiatan yang positif juga penting,” katanya kepada Radar Banjarmasin, Minggu (30/9).
Pentingnya aktifitas positif selain di sekolah menurut Risqon tidak lepas dari banyaknya waktu para remaja di luar sekolah. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, para remaja bisa melakukan apa saja tanpa diketahui oleh orang tua atau guru terutama di luar jam sekolah.
Menurut Risqon, banyak sekali pilihan aktifitas positif bagi remaja khususnya di Banjarmasin. Salah satunya adalah aktif dalam kepengurusan serta kegiatan remaja masjid atau angkatan muda masjid. Aktifitas semacam itu menurut Risqon juga tidak akan menguras waktu bermain remaja.
“BKPRMI punya lembaga dakwah dan pengembangan sumber daya manusia, kami mengembangkan organisasi seperti remaja masjid dan lainnya. Aktifitas semacam itu bisa jadi pilihan agar remaja tidak salah bergaul dan bisa mempunyai lingkungan pergaulan yang baik,” ujar Risqon.
Untuk remaja usia SMP, Risqon menyatakan bahwa BKPRMI mempunyai beberapa kegiatan unggulan salah satunya adalah Kelompok Studi Islam (KSI). Yang lebih menarik lagi, bagi remaja usia SMA, BKPRMI mempunyai program dengan nama Lembaga Keluarga Sakinah.
Para remaja usia SMA mendapatkan bekal pengetahuan agama tentang membangun keluarga sakinah. “Jadi setelah mereka siap berkeluarga, para remaja mampu menjadi keluar sakinah. Saat usia remaja juga diharapkan mereka terhindar dari pergaulan bebas,” cetusnya.
Meski punya banyak program pembinaan remaja, Risqon mengaku peran lembaganya belum optimal. Menurut dia, peran orang tua dalam membentengi anaknya dari pergaulan bebas tetap yang paling utama. (tas/ram)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar