ABSTRAK
Akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin menunjukkan
trend yang amat memprihatinkan. Kenakalan remaja yang diberitakan dalam
berbagai forum dan media dianggap semakin membahayakan. Berbagai macam
kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian secara
perorangan atau kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,
perampokan, penganiayaan, penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas pranikah
kasusnya semakin menjamur.
Di antara berbagai macam kenakalan remaja, seks bebas
selalu menjadi bahasan menarik dalam berbagai tulisan selain kasus narkoba dan
tawuran pelajar. Dan sepertinya seks bebas telah menjadi trend tersendiri.
Bahkan seks bebas di luar nikah yang dilakukan oleh remaja (pelajar dan
mahasiswa) bisa dikatakan bukanlah suatu kenakalan lagi, melainkan sesuatu yang
wajar dan telah menjadi kebiasaan.
Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat
ini memang sangatlah memprihatinkan. Khususnya di kota-kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Depok, jambi dan Banjarmasin. Di kota Depok bergulir kasus siswi SD yang
melakukan hubungan intim dengan kekasihnya seorang pemuda berusia 21 tahun.
Menurut data Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok, rata-rata
terdapat 10 kasus persetubuhan remaja di bawah umur setiap bulan. Bahkan jumlah
itu terus meningkat, dimana pihak perempuan masih berusia 12 hingga 17 tahun,
sementara pihak pria berumur sama atau bahkan sudah usia dewasa. Menurut
Kapolres Depok bahwa sex bebas yang terjadi rata-rata perbulan 10 kasus dan itu
karena pergaulan bebas.
Di kota Jambi berdasarkan data dari Yayasan Sentra Informasi dan Komunikasi Orang
Kito (SIKOK), dalam dua tahun terakhir (2010-2012), sebanyak 164 remaja
(berstatus pelajar) diketahui hamil di luar nikah. Data per Juni 2012, jumlah
pengidap HIV usia remaja (15-24 tahun) mencapai angka 103 orang. Sedangkan
pengidap AIDS mencapai 45 orang.
Sedangkan di kota Banjarmasin Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin, tercatat ada 148 kasus seks pranikah selama tahun 2011. Yang lebih
parah lagi, mayoritas dari kasus tersebut ternyata dialami siswi SMP.
ANALISIS
KASUS
A. Analisis
Kasus Berdasarkan Aliran Behaviorisme (Skiner)
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh
sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi
antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang
diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu
dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan
antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Menurut Skinner individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan
tingkah lakunya melalui belajar,individu bukanlah agen penyebab tingkah laku
melainkan suatu point antara faktor – faktor lingkungandan bawaan yang khas
serta secra bersama- sama menghasilkan akibat tingkah laku yang khas pula pada
individu tersebut.
Menurut Pendekatan Behaviorisme kasus sex bebas diatas
merujuk pada teori perubahan prilaku (belajar) dimana para pelaku sex bebas
adalah bagian dari produk lingkungan, sehingga segala perilaku para pelaku sex
bebas sebagian besar diakibatkan oleh pengaruh lingkungan sekitarnya,
baik itu dari keluarga terdekat, organisasinya, dan aktifitas bermasyarakatnya.
Lingkunganlah yang membentuk kepribadian diri. Menurut aliran ini bahwa
perilaku manusia itu adalah sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan
pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Lingkungan disini banyak
sekali bentuknya, yaitu antara lain teman sekolah, teman bermain, masyarakat
disekitarnya, media cetak atupun elektronik dan keluarga. Jika semua macam
lingkungan yang tadi itu di dalamnya sudah terdapat hal-hal negative seperti
gambar bulgar, video porno, pornoaksi dan pornografi, maka besar kemungkinan
khususnya remaja yang melihat semua itu akan dilampiaskan pada hal negative
pula yaitu seperti sex bebas ini. Belajar dalam teori behaviorisme ini
selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang
dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh para pelaku. Respons tertentu
akan muncul dari remaja pelaku sex bebas, jika diberi stimulus dari luar.
Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga
besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang
netral-pasif-reaktif terhadap stimuli di sekitar lingkungannya, sehingga jika
para remaja sudah terbiasa diberikan atau mendapatkan stimuli yang negative (seperti
pornoaksi dan pornografi) maka mereka juga akan terdorong untuk memberikan
respon terhadap stimuli yang diterimanya. Demikian juga jika stimulus dilakukan
atau dating diterimanya secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, maka
akan berakibat berubahnya perilaku remaja tadi itu, dimana perilaku para remaja
mengarah pada penyimpangan (deviasi) seksual pada orang lawan jenisnya.
Dalam terjadinya proses belajar dalam pola hubungan
slimulus-respon ini selalu membutuhkan unsur dorongan (drive), rangsangan
(stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang
pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi
kebutuhan yang sedang dirasakannya. Dalam kasus ini ketika para pelaku sudah
memasuki usia remaja, yaitu usia SMP hingga mahasiswa, dimana di usia itu
remaja mengalami yang namanya masa pubertas. Masa pubertas adalah masa dimana
para remaja mengalami peningkatan dorongan sex yang sangat kuat. Diketika masa
pubertas ini para remaja akan mempunyai kebutuhan keinginan untuk mencari
kepuasan dari apa yang dirasakan. Sehingga salah satu cara untuk memenuhi itu
adalah dengan cara melakukan sex bebas di luar nikah dengan lawan jenisnya,
bisa itu pacarnya atau teman dan sahabatnya yang sudah suka sama suka, bahkan
lebih parahnya lagi sampai terjadi pemaksaan yaitu pemerkosaan. Mereka tidak
berpikir kalau perbuatannya melanggar hokum atau tidak yang penting baginya
kenyaman dan kepuasan yang dirasakan.
Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini
datang dari luar diri remaja, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang
datangnya dari dalam. Stimulus datang dari luar , yaitu seperti yang telah dijelaskan
di atas tadi. Stimulus dari luar inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perilaku sex bebas para remaja. Kemungkinan besar mereka para remaja pelaku sex
bebas sering berinteraksi dengan lingkungan yang di dalamnya ada unsur-unsur
sexnya juga. Misalnya, teman-temannya yang sudah terbiasa dengan sex bebas
juga, keseringan nonton film atau sinetron yang ada adegan sexnya, dan juga
keseringan melihat foto-foto bugil yang ada di majalah atau media cetak
lainnya. Sehingga jika keadaan seperti itu tidak dibarengi dengan iman dan
kesadaran maka dorongan untuk melakukan sex bebas di luar nikah akan sering
terjadi.
Inti dari pandangan behaviorisme Skiner, bahwa perilaku sex
bebas di kalangan remaja terjadi karena akibat dari proses belajar yaitu
lingkungan. Dimana para remaja sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia
lingkungan yang negative yang bisa membawanya pada hal negative pula, baik itu
secara langsung maupun tidak langsung. Sebab dalam kehidupan ini yang paling
besar dan kuat pengaruhnya bagi perubahan perilaku adalah lingkungan.
B. Analisis
Kasus Berdasarkan Aliran Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Menurut Sigmund
FreudTeori Psikoanalisa adalah sebuah teori mengenai 3 proses tahapan psikis
yang ada di diri manusia,yaitu terdiri dari ID, Ego dan Super Ego. Urutan dari
ketiga proses ini tentu tidak dapat diubah karena teori ini adalah suatu yang
runtut. Pertama, di mulai dari tahapan ID. Dimana di dalam ID seorang manusia
hanya berisi kumpulan nafsu- nafsu atau hasrat yang besar, seperti halnya
seseorang yang selalu ingin dan ingin berbuat sex. Kedua, tahapan yang
selanjutnya adalah Ego. Ego disini bukan di artikan sempit seperti yang
mengakar di masyarakat yang memiliki arti ke- aku- an diri. Tetapi Ego disini
di artikan sebagai suatu “kesadaran”. Tahapan terakhir adalah Super Ego. Super
Ego disini sangat memiliki andil atau peran yang sangat luar biasa. Superego
adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem
kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini
superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma
moral masyarakat.
Pada pendekatan Psikoanalisa manusia itu tidak bebas dalam
berprilaku, manusia dapat diramalkan, penyebabnya adalah setiap orang mempunyai
pola tertentu, yaitu keseimbangan pola tingkah laku antara id dan super ego
yang kemudian direalisasikan dalam ego. Psikoanalisa juga berangggapan bahwa para
remaja berprilaku berdasarkan dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya, manusia
juga berkaitan erat dengan ketidaksadaran dan kesadaran. Pada masa remaja
biasanya dorongan untuk kebutuhan sex sangatlah kuat. Dan superego ini dibentuk
semenjak dari kecil yaitu berdasarkan didikan dari orang tua. Sehingga jika
superego yang ada pada remaja sangat minim maka pastinya dorongan Id itu akan
lebih mendominasi, dan disinilah biasanya akan muncul perilaku negative seperti
sex bebas. Nah pada kasus ini kemungkinan para remaja pelaku sex bebas itu
sangat kekurangan dalam mengetahui dan menyadari nilai-nilai kebenaran dalam
masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pendidikan dari keluarga atau
lingkungan lainnya mengenai sex itu sendiri dan juga nilai-nilai kebenaran
lainnya.
Semua kebutuhan instingtif para remaja itu tertanam
dan selalu ada dalam struktur ketidaksadaran (kenyataan psikis yang
sebenarnya). Insting adalah perwujutan psikologis dari suatu sumber rangsangan
somatic dalam yang dibawa sejak lahir dan pengalaman-pengalamnya selama hidup.
Kebutuhan instintif para remaja adalah sebagai motif atau penggerak tingkah
laku para remaja yang nantinya menentukan tingkah laku para remaja dalam usaha
memenuhi kebutuhan instingtifnya tersebut.
Kebutuhan seksual atau libido (insting hidup) terdapat dalam
ketidaksadaran para remaja yang dibawa semenjak lahir. Insting inilah yang akan
terus mendorong para remaja untuk memenuhi kebutuhan sexnya. Sehingga dengan
begitu mereka akan berusaha mencari segala cara supaya apa yang diinginkan bisa
terpenuhi, dan satu-satunya cara yang paling memuaskan baginya hanyalah dengan
melakukan sex bebas. Namun sebenarnya mereka para remaja itu mengetahui bahwa
apa yang dilakaukan adalah hal yang tidak normal, tapi itu tidak menjadi
masalah baginya sebab pengetahuan atau kesadaran itu telah dikalahkan dengan
kuatnya hawa nafsu yang ada.
Jadi intinya, menurut pandangan psikoanalisa Sigmund Freud
perilaku sex bebas terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara Id, ego, dan
superego yang ada pada diri remaja. Dimana Id atau hasrat hawa nafsulah yang
paling mendominasi, sedangkan superego yang seharusnya mengimbangi ternyata
sangat minim sekali. Minimnya superego disini karena akibat semenjak kecil yang
tidak dibiasakan dengan penanaman nilai-nilai kebenaran dalam lingkungan
masyarakat.
LAMPIRAN
Seks Bebas Remaja di Depok Meningkat
Marieska Harya Virdhani - Okezone
Kamis, 24 Mei 2012 19:03 wib wib
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
DEPOK
- Jargon Wali Kota Depok Nur Mahmudi
Ismail untuk menjadikan Depok “Kota Layak Anak” tampaknya harus dikaji ulang.
Sebab, justru kasus seks bebas di kalangan remaja mengalami peningkatan.
Baru-baru
ini, bergulir kasus siswi SD yang melakukan hubungan intim dengan kekasihnya
seorang pemuda berusia 21 tahun. Menurut data Unit Perlindungan Perempuan dan
Anak (PPA) Polres Depok, rata-rata terdapat 10 kasus persetubuhan remaja di
bawah umur setiap bulan
Bahkan
jumlah itu terus meningkat, dimana pihak perempuan masih berusia 12 hingga 17
tahun, sementara pihak pria berumur sama atau bahkan sudah usia dewasa.
Kasubnit PPA Polres Depok Aiptu Handayani mengatakan bahwa data kejahatan asusila, yang dilakukan anak-anak di bawah umur, paling banyak dibandingkan angka kejahatan lainnya, yang juga dilakukan anak-anak.
Kasubnit PPA Polres Depok Aiptu Handayani mengatakan bahwa data kejahatan asusila, yang dilakukan anak-anak di bawah umur, paling banyak dibandingkan angka kejahatan lainnya, yang juga dilakukan anak-anak.
Dari
kasus yang ada, banyak pula yang menuju persidangan, namun ada juga yang
diselesaikan secara kekeluargaan.
"Kadang-kadang
sehari ada dua kasus. Rata-rata 10 kasus per bulan termasuk di tingkat Polsek.
Rata-rata karena pergaulan bebas, usianya SMP bahkan ada yang SD, umumnya
memang suka sama suka," ungkapnya kepada wartawan di Polres Depok, Kamis
(24/5/2012).
Handayani
mengklaim, dalam kurun waktu tiga bulan trennya juga meningkat. Tak ada unsur
kekerasan, modusnya hanya bujuk rayu dan janji rasa sayang yang diberikan oleh
pria.
Terpisah,
Kapolres Depok Kombes Pol Mulyadi Kaharni meminta agar masyarakat tak hanya
melihat proses akhirnya. Namun ini semua merupakan proses pembelajaran di
lingkungan keluarga.
"Harus
dilihat bagaimana Depok Kota Layak Anak sudah cocok atau tidak, bagaimana peran
orang tua sudah maksimal belum mengajarkan moral, etika, dan agama," jelas
Mulyadi.
Jumat, 28 September 2012 12:06
Seks
Bebas di Kalangan Remaja Makin Mengkhawatirkan
JAMBI-Perilaku
sex bebas di kalangan pelajar sudah sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data
dari Yayasan Sentra Informasi dan Komunikasi Orang Kito (SIKOK), dalam dua
tahun terakhir (2010-2012), sebanyak 164 remaja (berstatus pelajar) diketahui
hamil di luar nikah.
Aktivis
SIKOK, Suminah mengatakan, jumlah itu berdasarkan laporan siswi yang meminta
bantuan konseling ke SIKOK. Dia memperkirakan, jumlah pelajar yang hamil di
luar nikah lebih banyak lagi. Sebab, tidak banyak siswi yang mengaku dan minta
konseling ketika mereka hamil di luar nikah.
“Memang
belum terlalu banyak. Tapi trennya selalu meningkat,” ujarnya usai seminar
peringatan hari kesehatan sex Se-Dunia di Ruang Pola kantor Gubernur Jambi,
kemarin (27/9).
Menurut
Suminah, pelajar hamil yang melakukan konseling ke yayasan SIKOK cukup beragam.
Ada dari SMA, tidak sedikit pula siswi SMP. Rentang umurnya pun bervariasi, ada
yang 17 tahun, bahkan ada remaja umur 14 tahun. “Banyak yang datang minta
konseling itu dari kelas 2 dan beberapa kelas 3,”katanya.
Dari
konseling yang mereka lakukan, mayoritas kecenderungan para pelajar itu ingin
menggugurkan kandungannya. Sebab, kebanyakan mereka yang datang ke SIKOK memang
perutnya sudah membesar. Suminah mengaku menemukan sedikitnya 64 pelajar sudah
melakukan upaya aborsi sendiri.
“Itu
yang ketauan. Yang sembunyi-sembunyi dan melakukan aborsi sendiri, bisa jadi
lebih banyak lagi,”katanya. Apalagi, beberapa kasus yang mereka temukan, ada
sejumlah orang tua yang langsung mengambil alih kasus anaknya dengan melakukan
upaya abrosi sendiri di luar Jambi.
“Mereka
memboyong anaknya ke Jakarta, lalu melakukan aborsi di sana,”ujarnya.
Suminah
memperkirakan jumlah siswi hamil di luar nikah di Jambi bisa saja lebih dari
164 orang. Sebab, tidak banyak siswi yang mau terbuka memberi informasi ketika
mereka hamil. Bahkan, jumlah siswi yang melakukan aborsi di yakininya juga
lebih dari 64 orang. “Itu yang ketauan saja. Yang tidak mau melapor dan
konseling mungkin lebih banyak lagi,”tegasnya.
Melihat
tren kejadian hamil di luar nikah ini, Suminah meyakini perilaku sex bebas yang
dilakukan kalangan remaja dan pelajar sangat tinggi. SIKOK pernah melakukan
survey terhadap 1.182 Siswa SMU/SMK Kota Jambi tahun 2003. Hasilnya, sedikitnya
8 % siswi mengaku sudah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan pacar.
Anggap
saja tren itu stagnan, maka diperkirakan pada tahun 2012 ini ada sekitar 16
ribu dari total 200 ribu lebih siswa/i, sudah melakukan hubungan suami istri.
“Kondisi ini memang sudah sangat mengkhawatirkan. Apalagi, hubungan sex sudah
dianggap hal biasa di kalangan remaja kita,”ujarnya.
Mantan
Direktur Yayasan SIKOK ini menjelaskan, model pacaran yang memberikan ruang
untuk melakukan hal di luar ketentuan adalah buah dari kehidupan sosial yang
makin buruk. Dari konseling yang mereka lakukan, latar belakang remaja putri
melakukan hubungan badan karena ingin membuktikan cinta kepada sang pacar.
Sedangkan
yang memotivasi remaja pria melakukan hubungan badan ingin menunjukkan sikap
jantan. “Dan semua itu karena pengaruh lingkungan yang begitu bebas,”katanya.
Apa
solusinya? Mempersempit kemungkinan perbuatan itu terjadi dengan membangun
lingkungan yang lebih baik. ”Mempersempit perilaku seperti ini harus dilakukan
oleh semua pihak, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekitar, hingga
pemerintah. Sehingga kemungkinan kejadian ini bisa ditekan,”katanya.
Sementara
itu, Ferdia Prakasa, aktivis Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jambi
tak menampik tren perilaku sek bebas dikalangan pelajar sudah sangat
mengkhawatirkan. Bahkan, ada pula remaja di Jambi yang berprofesi sebagai
penjaja seks. Tingginya angka seks bebas di kalangan remaja dapat terlihat dari
meningkatnya tren usia remaja yang terjangkit virus mematikan HIV/AIDS.
Data
per Juni 2012, jumlah pengidap HIV usia remaja (15-24 tahun) mencapai angka 103
orang. Sedangkan pengidap AIDS mencapai 45 orang.
“Persentase
kalangan remaja yang terjangkit berada pada urutan kedua setelah golongan usia
dewasa, di atas 25 tahun. Ini sudah sangat mengkhawatirkan,”ujarnya.
Enny
Nadia Simanjorang, dari Duta Remaja Aliansi Satu visi mengatakan, berdasarkan
penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Berdasarkan hasil survei Komnas
Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12
provinsi pada 2007, diperoleh pengakuan remaja bahwa sebanyak 93,7% anak
SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
Sebanyak
62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku
pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan
aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan. Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA
mengaku suka menonton film porno.
Celakanya,
kata dia, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang
perkawinan. “Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan
atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius,”kata dia.
Ia
menjelaskan, tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat
kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya
pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat
sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula
yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, dan menjadikan
Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia
Tenggara.
Berbagai
faktor ikut mempengaruhi dianataranya kurang perhatian orang tua, sekolah yang
kurang dapat mengontrol hal ini atau memang karena tuntutan kemajuan jaman yang
memaksa remaja melakukan hal ini.
”Masalah-masalah remaja seperti ini, sering timbul karena konsep diri remaja juga yang bermasalah,”katanya.
”Masalah-masalah remaja seperti ini, sering timbul karena konsep diri remaja juga yang bermasalah,”katanya.
Berbagai
masalah itu perlu segera diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi
di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Menurut dia,
pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan
pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas,
seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. “Dengan demikian, anak-anak
remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas,”pungkasnya.
BANJARMASIN – Pergaulan bebas di kalangan
remaja di Banjarmasin semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kota Banjarmasin, tercatat ada 148 kasus seks pranikah selama tahun 2011. Yang
lebih parah lagi, mayoritas dari kasus tersebut ternyata dialami siswi SMP.
Data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin juga
menyebutkan bahwa selain seks pranikah ada juga kasus infeksi saluran
reproduksi sebanyak 30 kasus. Kasus lainnya yakni infeksi menular seksual (IMS)
juga ada sebanyak 30 kasus sedangkan kasus kehamilan tidak diinginkan atau di
luar nikah sebanyak 220 kasus.
Data juga menunjukkan bahwa ada 325 kasus
persalinan remaja baik karena menikah di usia dini maupun di luar
nikah. Kasus tertinggi ada di Kecamatan Banjarmasin Selatan, khususnya
dialami siswi SMP.
Menanggapi data mencengangkan tersebut, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Dr Rosihan Adhani menyatakan bahwa fakta
tersebut harus diwaspadai khususnya dalam rangka menjaga remaja dari ancaman
penyakit kesehatan reproduksi.
“Adanya data tersebut wajib diperhatikan oleh
jajaran kesehatan, dengan adanya data tersebut artinya memang isu bahwa
pergaulan remaja semakin memprihatinkan benar adanya,” katanya kepada Radar
Banjarmasin, Senin (1/10).
Diterangkan Rosihan, maraknya seks pranikah di
kalangan remaja harus disikapi oleh jajaran kesehatan dengan memberikan layanan
konseling kesehatan. Materi konseling berupa kesehatan reproduksi dan bahaya
penyakit akibat hubungan seks yang tidak semestinya harus diberikan.
“Saya prihatin ternyata pengetahuan remaja
terhadap kesehatan reproduksi sangat minim. Indikasinya adalah hasil riset
kesehatan dasar ternyata remaja yang mengetahui tentang kesehatan reproduksi
hanya 11 persen, sisanya tidak tahu,” cetusnya.
Menurut peraih gelar doktor dari Universitas 17
Agustus 1945 ini, lemahnya pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi
akan berkolerasi dengan tingginya akan seks pra nikah. Remaja banyak yang tidak
tahu bahaya berhubungan seks sembarangan.
“Kami pernah usulkan adanya muatan lokal
kesehatan di sekolah tapi dari dinas pendidikan tidak sepakat,” terangnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel Dr Ngadimun
mengaku prihatin atas fakta tersebut. Meski demikian, ia tidak sepakat dengan
usulan Rosihan agar kesehatan masuk kurikulum muatan lokal.
“Kalau semua permasalahan dititipkan kurikulum
saya kira akan membebani siswa. Misalnya masalah korupsi ada kurikulum anti
korupsi, ada masalah narkoba kemudian diusulkan masuk ke kurikulum, kan tidak
bisa demikian, masih ada solusi lain seperti memperkuat mata pelajaran yang
menyangkut budi pekerti,” ucapnya.
Pendidik Mengaku Prihatin
Kasus hamil di luar nikah yang terjadi di
kalangan siswi SMP di Banjarmasin benar-benar mengejutkan berbagai kalangan.
Para pendidik mengaku prihatin atas munculnya kasus yang terjadi di kota yang
dikenal religius.
Salah satu guru di SMPN 1 Banjarmasin, H Damiri
kaget saat Radar Banjarmasin menyampaikan informasi tersebut. Menurut dia,
adanya siswa SMP yang hamil di luar nikah menunjukkan bahwa pergaulan remaja
khususnya usia SMP sudah sangat mengkhawatirkan.
“Saya sangat prihatin, menurut saya sebagai guru
dan juga orang tua memang perlu pengawasan yang lebih terhadap anak kita
terutama yang berusia remaja. Selain itu, anak juga perlu keteladanan dari guru
dan orang tua,” ucapnya, Minggu (30/9).
Menurut Damiri, maraknya siswi SMP yang bergaul
melewati batas norma masyarakat tidak lepas dari minimnya bekal remaja dalam
bergaul. Remaja, lanjut Damiri, perlu bekal berupa arahan dari orang tua
tentang cara bergaul dan memilih teman yang baik.
“Orang tua harus mengajarkan bagaimana cara
bergaul yang benar,” katanya.
Pendidikan seks dalam arti positif juga wajib
diberikan kepada anak remaja. Orang tua harus mengajarkan kepada anak
perempuannya bahwa jika sudah mengalami haid artinya sudah memasuki pada masa
siap dibuahi. Oleh karena itu, remaja perempuan harus menjaga pergaulan
terutama dengan lawan jenisnya.
“Bagi yang beragama Islam, kami di sekolah juga
mengajarkan pendidikan agama tentang haid. Kewajiban seorang muslimah jika
sudah haid atau akil baligh bagi remaja putra kita ajarkan karena hal itu
penting,” cetusnya.
Damiri yang sehari-hari mengajar Agama Islam dan
Alquran menambahkan, untuk membentengi siswa-siswi SMPN 1 Banjarmasin pergaulan
bebas, pihak sekolah memberikan beberapa bekal. Salah satunya adalah program
Jumat Takwa yang dijalankan setiap Jumat mulai pukul 07.00-08.00 wita.
Pihak sekolah mendatangkan ustad atau guru agama
untuk datang memberikan tausiyah. Acara tersebut dilakukan di halaman sekolah
dengan melibatkan seluruh siswa dan guru.
“Harapannya siswa bisa mengingat bahwa setiap
umat Islam perlu menjaga perbuatan,” ujarnya.
Terkait perkembangan pergaulan remaja dan pelajar
dari tahun ke tahun, Damiri yang sudah 10 tahun menjadi tenaga pengajar di SMPN
1 Banjarmasin mengakui adanya tren negatif dari pergaulan remaja. Semakin tahun
menurut dia pergaulan remaja semakin mengkhawatirkan.
“Agak miris saya melihat apalagi di era teknologi
sekarang yang makin mudah diakses oleh siapapun termasuk oleh remaja. Yang
terjadi kan tidak mungkin guru dan orang tua bisa mengawasi anak remajanya
terus menerus, bisa saja remaja curi-curi waktu membuka situs porno dan
sebagainya. Menurut saya itu yang paling berbahaya,” tandasnya.
Arahkan Remaja pada Kegiatan Positif
Fenomena hamil di luar nikah yang dialami siswi
SMP di Banjarmasin juga mendapat sorotan dari kalangan ulama muda. Ustad Ahmad
Risqon yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Badan Koordinasi Pemuda
Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kalsel menyarankan kepada orang tua agar
mengarahkan anak remajanya untuk aktif dalam kegiatan yang positif.
“Pertama saya prihatin atas adanya kasus
tersebut, selain itu peran orang tua untuk mengarahkan anaknya agar memiliki
kegiatan yang positif juga penting,” katanya kepada Radar Banjarmasin, Minggu
(30/9).
Pentingnya aktifitas positif selain di sekolah
menurut Risqon tidak lepas dari banyaknya waktu para remaja di luar sekolah.
Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, para remaja bisa melakukan apa saja tanpa
diketahui oleh orang tua atau guru terutama di luar jam sekolah.
Menurut Risqon, banyak sekali pilihan aktifitas
positif bagi remaja khususnya di Banjarmasin. Salah satunya adalah aktif dalam
kepengurusan serta kegiatan remaja masjid atau angkatan muda masjid. Aktifitas
semacam itu menurut Risqon juga tidak akan menguras waktu bermain remaja.
“BKPRMI punya lembaga dakwah dan pengembangan
sumber daya manusia, kami mengembangkan organisasi seperti remaja masjid dan
lainnya. Aktifitas semacam itu bisa jadi pilihan agar remaja tidak salah
bergaul dan bisa mempunyai lingkungan pergaulan yang baik,” ujar Risqon.
Untuk remaja usia SMP, Risqon menyatakan bahwa
BKPRMI mempunyai beberapa kegiatan unggulan salah satunya adalah Kelompok Studi
Islam (KSI). Yang lebih menarik lagi, bagi remaja usia SMA, BKPRMI mempunyai
program dengan nama Lembaga Keluarga Sakinah.
Para remaja usia SMA mendapatkan bekal
pengetahuan agama tentang membangun keluarga sakinah. “Jadi setelah mereka siap
berkeluarga, para remaja mampu menjadi keluar sakinah. Saat usia remaja juga
diharapkan mereka terhindar dari pergaulan bebas,” cetusnya.
Meski punya banyak program pembinaan remaja,
Risqon mengaku peran lembaganya belum optimal. Menurut dia, peran orang tua
dalam membentengi anaknya dari pergaulan bebas tetap yang paling utama. (tas/ram)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar