Diajukan
Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk
Memperoleh Kelulusan Pada Mata Kuliah Psikodiagnostik III
Oleh:
Moh Antoso (B07210076)
Moh Fahmi (B07210043)
Moh Fiqih A. A. (B07210067)
Moh Minanullah (B07210052)
Dosen Pembimbing:
Soffy
Balqies, S.Psi, M.Psi, Psikolog
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Allah maha pengasih lagi maha
penyayang, Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Ilahi Robbi,
dengan karunia, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menikmati
hidup dimuka bumi ini, yang penuh rahmat dan kasih kaming-Nya, hingga kami
tumbuh semangat untuk memperjuangkan agama Islam dengan jalan dakwah dan
dakwah, baik melalui menuntut ilmu ataupun dakwah hidup di jalan Allah SWT
Fisabilillah. Dengan Rahman dan Rahim-Nya alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan laporan
hasil wawancara
ini.
Tidak lupa Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada baginda Rasulullah SAW,
yang telah memberikan arah penerangan berupa An Nur Islam sehingga kita
bisa menuju jalan yang benar dan terang menderang yang penuh rahmat dan belas
kasih Allah SWT dan Rasul-Nya.
Laporan praktikum ini diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh
kelulusan pada mata kuliah Psikodiagnostik III (wawancara). Tentunya laporan
ini tidak akan dapat diselesaikan oleh kami tanpa adanya bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak, antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. A’la, MA, selaku Rektor
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2.
Bapak Dr.
Aswadi, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah.
3.
Ibu DR.dr.Hj.
Nur Asiyah, M.Si, selaku Kepala Program Studi Psikologi IAIN Sunan
Ampel Surabaya.
4.
Ibu Soffy Balqies, S.Psi,
M.Psi, Psikolog, yang telah membimbing kami dalam
mempelajari dan memahami mata kuliah Psikodiagnostik III, khususnya penyusunan
laporan praktikum ini.
5.
Kedua orang tua
yaitu Bapak dan Ibu yang tiada lelah selalu mendukung dan mendo’akan kami dalam
berjuang menggapai cita-cita hidup.
6.
Semua sahabat dan
teman-teman kami selalu memberikan bantuannya dalam penyelesaian laporan tugas
akhir ini.
7.
Sahabat sekamar kami
(khotib) yang selalu mensupport kami dalam menyelesaikan laporan ini.
8.
Spesial khusus
kepada keluarga subjek yang telah ikhlas bersedia untuk dijadikan subjek
penelitian.
9. Dan yang terakhir semua pihak yang juga membantu
dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
Kami sadar sepenuhnya dalam penyusunan laporan praktikum
ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari segi tulisan
maupun kalimat maksud-maksud tertentu dalam laporan ini. Dan kami sadar
bahwasanya Allah SWT menciptakan makhluk dimuka bumi ini dengan sempurna,
lebih-lebih manusia yang diprioritaskan oleh Allah SWT dalam kesempurnaanya
sebagai ummat Nabi Muhammad SAW, dengan tujuan diturunkan manusia kebumi ini untuk
menjadi Khalifah pemimpin umat sesama lain, namun disisi lain yang namanya
manusia tidak luput dari kesalahan dan lupa. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun semangat/motivasi sangat diperlukan demi kesempurnaan
laporan praktikum ini. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Surabaya, 26 Desember 2012
DAFTAR
ISI
A. KATA
PENGANTAR .............................................................. i
B. DAFTAR
ISI .............................................................................. iii
C. BAB I : PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang.........................................................................1
2.
Tujuan………………………………………………….……..1
D. BAB II : LANDASAN TEORI
1.
Pengertian
Disgrafia.................................................................2
2.
Indikator
Disgrafia...................................................................4
3.
Penyebab
Disgrafia...................................................................5
E. BAB III : HASIL WAWANCARA
1.
Identitas
Anak..........................................................................6
2.
Identitas Orang Tua..................................................................6
3.
Masalah Anak...........................................................................6
4.
Riwayat Perkembangan............................................................9
F. BAB IV : ANALISIS KASUS....................................................11
G. BAB V : KESIMPULAN........................................................... 16
H. SARAN........................................................................................ 17
I. DAFTAR
PUSTAKA ............................................................... 23
J. LAMPIRAN
1.
Verbatim..................................................................................24
2.
Guidance..................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Prestasi akademik dinilai sangat tinggi di masyarakat kita. Kita sering
membandingkan prestasi belajar anak-anak kita yang masih sekolah dengan
anak-anak dari budaya lain untuk membuat estimasi apakah kita berhasil atau gagal
sebagai “pemimpin dunia” dan sebagai Negara adidaya di bidang ekonomi. Di
tingkat pribadi, orang tua sering kali menginvestasikan banyak waktu dan energi
emosionalnya untuk memastikan bahwa anak-anaknya sukses secara akademis. Jadi
mereka bia menjadi sangat resah ketika seorang anak yang tidak menampakkan
deficit intelektual yang jelas tidak dapat mencapai prestasi seperti yang
diharapakan.
Dibagian ini kami mendeskripsikan tentang gangguan belajar (learning
disorder) di bidang membaca, matematika, dan mengekpresikan sesuatu secara
tertulis (written expresion) yang
semuanya ditandai oleh performa yang
secara substansial lebih rendah dibanding performa yang diharapkan untuk orang
dengan usia, IQ, dan pendidikan yang setara dengannya.
Maka dari itu, sangatlah penting bagi kami untuk melakukan penelitian dengan
metode wawancara mengenai beberapa gangguan belajar yang dialami oleh sebagian
anak terutama anak usia sekolah. Judul pada penelitian kami adalah “Wawancara Gangguan Menulis (Disgrafia) Pada Siswa “X” Kelas VIIII Mts Miftahul Ulum Batang-Batang”.
2. Tujuan
ü Untuk mengetahui gangguan psikologis yang dialami oleh
klien serta memberikan pengarahan atau penanganan padanya
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian Disgrafia
Berdasarkan definisinya, anak yang menderita gangguan belajar mempunyai
kecerdasan yang normal atau di atas normal, kesulitan dalam setidaknya satu
mata pelajaran atau, biasanya, beberapa mata pelajaran, dan tidak memiliki
problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan
itu. Konsep umum gangguan belajar mancakup problem dalam kemampuan mendengar,
berkonsentrasi, berbicara, berpikir, memori, membaca, menulis, dan mengeja, dan
keterampilan social (Kamphaus, 2000).
Gangguan belajar sulit didiagnosis (Bos & Vaughn, 2002). Ketidak
mampuan untuk belajar sering kali mencakup kondisi yang bisa jadi berupa adanya
problem mendengar, berkonsentrasi, berbicara, membaca, menulis, menalar,
berhitung, atau problem interaksi sosial. Jadi, anak yang memiliki gangguan
belajar boleh jadi memiliki profil yang berbeda-beda (Henley, Ramsey &
Algozzine, 1999). Gangguan belajar mungkin berhubungan dengan kondisi medis
seperti fetal alcohol syndrome (American
Psychiatric Association, 1994). Gangguan belajar juga terjadi bersama dengan
gangguan lainnya, seperti gangguan komunikasi dan gangguan perilaku emosional
(Poloway dkk, 1997).
Beberapa area akademik paling umum yang menjadi masalah bagi anak dengan
ketidakmampuan belajar adalah pelajaran membaca, bahasa tulis, dan matematika
(Hallahan & Kauffman, 2000; Lerner, 2000). Bidang paling umum yang
menyulitkan anak dengan gangguan belajar adalah aktivitas membaca, terutama
keterampilan fonologis, yang menyangkut cara memahami bagaimana suara dan huruf
membentuk kata.
Pada awal sejarah diagnosis gangguan dalam belajar, kesulitan dalam
pelajaran berhitung tidak banyak diberi perhatian. Tetapi kini diakui bahwa
gangguan belajar juga bisa terjadi di bidang matematika. Murid dengan gngguan
belajar di bidang matematika dapat jadi selalu membuat banyak kesalahan dalam
berhitung atau menggunakan cara yang tidak efisien untuk memecahkan soal-soal
matematika.
Meningkatkan kemampuan anak yang memiliki masalah dalam belajar ini
adalah tugas sulit dan umumnya membutuhkan intervensi intensif agar mereka
mampu memberikan hasil yang baik. Belum ada model program yang terbukti efektif
untuk semua anak yang memiliki masalah ketidakmampuan belajar (Terman, dkk,
1996).
Gangguan belajar cenderung menjadi gangguan kronis yang selanjutnya
mempengaruhi perkembangan sampai masa dewasa. Anak-anak dengan gangguan belajar
cenderung berprestasi buruk di sekolah. Mereka sering dinilai gagal oleh guru
dan keluarga mereka. Tidak mengherankan bahwa sebagian besar dari mereka
mengembangkan ekspektasi yang rendah dan bermasalah dengan self-esteem.[1]
Tipe gangguan belajar mencakup gangguan matematika (diskalkulia), gangguan menulis
(disgrafia), dan gangguan membaca
(disleksia).
1. Gangguan Matematika (diskalkulia)
2. Gangguan Membaca (disleksia)
3. Gangguan Menulis (disgrafia)
Gangguan menulis mengacu pada anak-anak dengan keterbatasan kemampuan
menulis. Keterbatasan dapat muncul dalam bentuk kesalahan mengeja, tata bahasa,
tanda baca, atau kesulitan dalam bentuk kalimat dan paragraph. Kesulitan
menulis yang parah umumnya tanpak pada usia 7 tahun (kelas 2 SD), walaupun
kasus-kasus lebih ringan mungkin tidak dikenali sampai usia 10 tahun (kelas 5
SD) atau setelahnya.[2]
Disgrafia
adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau
mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan, karena mereka tidak
bisa menyuruh atau menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik
halusnya (tangan) untuk menulis. Pada anak-anak, umumnya kesulitan ini terjadi
pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan
lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik
lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi
problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada
di tingkat SD.[3]
Kesulitan
dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang
tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya
ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang
sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan. Sebagai
langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan
disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan
tidak mau belajar.
Gangguan
ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak,
ataupun keterlambatan proses visual motoriknya. Dysgraphia / Disgrafia adalah
learning disorder dengan ciri perifernya berupa ketidakmampuan menulis,
terlepas dari kemampuan anak dalam membaca maupun tingkat intelegensianya.
Disgrafia diidentifikasi sebagai keterampilan menulis yang secara terus-menerus
berada di bawah ekspektasi jika dibandingkan usia anak dan tingkat
intelegensianya.
Kelainan
neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara
fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan
tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan
dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis
saat menulis huruf dan angka.[4]
2. Ciri-Ciri/Indikator
Disgrafia
Ada
beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
a.
Terdapat
ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
b.
Saat
menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
c.
Ukuran
dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
d.
Anak
tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau
pemahamannya lewat tulisan.
e.
Sulit
memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
f.
Berbicara
pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis.
g.
Cara
menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional.
h. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya
diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
3.
Penyebab
Disgrafia
Secara
spesifik penyebab disgrafia tidak diketahui secara pasti, namun apabila
disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang yang telah dewasa
maka diduga disgrafia disebabkan oleh trauma kepala entah karena kecelakaan,
penyakit, dan seterusnya. Disamping itu para ahli juga menemukan bahwa anak
dengan gejala disgrafia terkadang mempunyai anggota keluarga yang memiliki
gejala serupa. Demikian ada kemungkinan faktor herediter ikut berperan dalam
disgrafia.
Seperti
halnya disleksia, disgrafia juga disebabkan faktor neurologis, yakni adanya
gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca
dan menulis. Anak mengalami kesuitan dalam harmonisasi secara otomatis antara
kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka.
Kesulitan ini tak terkait dengan masalah kemampuan intelektual, kemalasan,
asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar.
BAB III
HASIL
WAWANCARA
1.
Identitas Anak
1.
Nama lengkap klien : Sayyidah
(nama samaran)
2.
Nama panggilan : Sayyi
3.
Tanggal lahir :
05 Juni 1995
4.
Jenis kelamin :
Perempuan
5.
Agama :
Islam
6.
Anak ke- : 2
7.
Tinggal bersama : Kedua
orang rua
2. Identitas Orang Tua
1.
Bapak
Nama : Muhammad Abduh
(samaran)
Alamat : Batang-Batang,
Sumenep
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : -
2.
Ibu
Nama : Sulistiani
(samaran)
Alamat : Batang-Batang,
Sumenep
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD (berhenti kelas 4)
3. Masalah Anak
1. Deskripsi masalah
Masalah yang paling berat pada klien kami yaitu
mengalami gangguan belajar khususnya gangguan dalam menulis (disgrafia). Namun
selain itu juga ada masalah lain yang cukup memprihatinkan yaitu adanya
penyakit kejang-kejang yang sering kambuh kadang setiap 2-3 bulan sekali. Dia
juga mengalami sedikit gangguan dalam membaca dan ilmu hitungnya.
2. Awal anak mengalami gangguan
Dari masa kecil hingga hampir masuk sekolah anak ini
masih belum ditemukan tanda-tanda atau ciri yang timbul. Baru ketika sekolahnya
sudah mencapai dua tahun yaitu saat berumur 7 tahun (masih kelas 1 SD) sudah
mulai muncul gejala disgrafia. Dimana saat sudah dua tahun duduk di kelas 1 dia
masih belum bisa memegang pensil dengan baik ketika menulis. Cara dia memegang
pensil tidak seperti biasanya anak normal, jari-jari pemegang pensil terlalu ke
ujung pensil.
3. Indikator gangguan
a.
|
Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam
tulisannya
|
: tidak
|
b.
|
Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf
kecil masih tercampur
|
: iya
|
c.
|
Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak
proporsional
|
: iya
|
d.
|
Anak tampak harus berusaha keras saat
mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan
|
: tidak
|
e.
|
Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap
|
: iya
|
f.
|
Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis,
atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
|
: iya
|
g.
|
Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur
garis yang tepat dan proporsional
|
: tidak
|
h.
|
Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta
menyalin contoh tulisan yang sudah ada
|
: iya
|
4. Penyebab gangguan
Sampai sekarang masih belum
diketahui secara pasti apa penyebab sebenernya dari gangguan belajar disgrafia.
Hanya saja biasanya yang menjadi penyebab bisa dari faktor keluarga. Maksudnya
jika ada salah satu keluarga yang mengalami gangguan belajar maka tidak ada
kemunkinan anggota atau keturunan yang lainnya akan mengalami hal yang sama
juga. Pada klien kami ini, ternyata secara spesifik tidak ditemukan apa
penyebab gangguan belajar disgrafia yang dialaminya, hanya saja kalau
ditelusuri ternyata ada salah satu dari keluarga klien (bapaknya) yang masih
buta huruf karena tidak pernah mengenyam yang namanya pendidikan di sekolah.
Mungkin ini bisa menjadi salah satu penyebab gangguan belajar yang dialami oleh
klien. Selain itu kami masih belum menemukan penyebab lainnya.
5. Akibat dari masalah
Ada banyak akibat dari masalah ini,
yaitu waktu SD dia sering tidak naik kelas, ya karena dia masih lamban dalam belajarnya
dan sekarang pun nilai rapornya masih kurang bagus. Kadang masih banyak nilai merahnya di rapornya.
6. Perkembangan gangguan anak
Sekarang gangguannya
menulisnya sudah tidak seperti waktu masih duduk di bangku SD. Alhamdulillah
sudah agak membaik meskipun tetap masih ada kekurangan itu.
7. Latar belakang keluarga
Klien kami berasal dari
keluarga yang sangat minim dengan dunia pendidikan. Dimana kedua orang tuanya
tidak ada yang lulus sekolah SDpun, bapaknya tidak pernah sekolah sedangkan
ibunya sempat sekolah sampai kelas 4 SD tapi setelah itu berhenti karena
disuruh nikah oleh orang tuanya.
8. Kondisi ekonomi keluarga
Kondisi ekonomi keluarga ini yaitu menengah ke bawah. Bapaknya
hanya sebagai seorang petani musiman, kadang jualan pentol keliling dengan speda
ontel, dan kadang pula ikut kuli bangunan. Kalau masalah penghasilan hanya
cukup untuk makan setiap hari, bahkan terkadang masih harus pinjam ke saudara
dan tetangga.
9. Aktivitas anak sehari-hari
Aktivitas
anak ini setiap hari, kalau pagi sekolah, siang ngaji, sore main sama teman
tetangga sebelah, dan kalau malam nonton TV di tetangga depan rumahnya. Dan
kadang juga suka menyendiri di rumahnya.
4.
Riwayat
Perkembangan
1.
Usia
kehamilan
0 – 3 bulan : normal
4 – 6 bulan : normal
7 – 9 bulan : normal
2.
Usia
anak
0 – 6 bulan : baik
7 – 12 bulan : baik
1 – 2 tahun : baik
3 – 5 tahun : baik
5 – 7 tahun : baik
8 – 10 tahun : proses
belajarnya terhambat
10 – 12 tahun : proses belajarnya terhambat
13 – 15 tahun : proses belajarnya terhambat
15 – 17 tahun : proses belajarnya terhambat
3.
Riwayat
pendidikan :
Perkembangan
Pendidikan
|
||
Tahun
|
Sekolah
|
Keterangan
|
2003-2004
2004-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
2012-…….
|
SD kelas I
SD kelas II
SD kelas III
SD kelas IV
SD kelas V
SD kelas VI
MTs kelas VII
MTs kelas VIII
|
Tidak naik kelas 1 kali
Tidak naik kelas 2 kali
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Masih semester ganjil
|
BAB IV
ANALISIS
KASUS
Disgrafia adalah
kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan
pikirannya kedalam bentuk tulisan,karena mereka tidak bisa menyuruh atau
menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk
menulis. Pada anak-anak, umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai
belajar menulis. Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang
bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi
mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem
utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di
tingkat SD.
Berdasarkan
hasil wawancara yang telah kami lakukan pada klien, kami dapat mendiagnosa
bahwa klien kami benar-benar telah mengalami gangguan belajar khusunya dalam
gangguan menulis (disgrafia). Hal ini didasarkan pada beberapa indikator-indikator
yang ada, dimana ada 5 indikator yang sangat sesuai dengan apa yang telah dialami
oleh klien. Diantara indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Saat
menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
2.
Ukuran
dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional dan tidak konsisten.
3.
Sulit
memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
4.
Berbicara
pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis.
5.
Tetap
mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah
ada.
Menurut
beberapa tokoh psikologi, bahwa apabila seseorang sudah mengalami gejala-gejala
suatu ketidaknormalan paling sediktinya tiga gejala maka orang tersebut sudah
bisa dikatakan telah mengalami ketidaknormalan.[5]
Dari
hasil wawancara dan pendiagnosaan yang telah kami lakukan pada klien, dapat
diperoleh pembahasan sebagai berikut :
1. Gangguan belajar pada klien
Dari wawancara yang telah
kami lakukan pada klien, telah ditemukan beberapa ciri-ciri disgrafia yang
tidak mampu dijalankan oleh klien kami. Dimana percobaan-percobaan atau
ilustrasi yang diberikan oleh kami tidak bisa diselesaikan dengan baik. Maka
dari itu, dapat disimpulkan bahwa klien kami positif mengalami gangguan belajar
disgrafia. Ini berdasarkan pada ciri-ciri yang lebih dari tiga yang ada pada
klien. Sebab kata para tokoh bahwa apabila klien sudah mengalami gejala paling
sedikitnya tiga, maka klien itu sudah bisa dikatakan positif.
Meskipun ada yang mengatakan
bahwa dengan gangguan belajar disgrfia bisa jadi klien juga akan menderita
gangguan belajar lainnya seperti gangguan dalam membaca dan menghitung, namun
pada klien kami selain gangguan belajar disgrafia dalam hal membaca dan
menghitung juga sedikit bermasalah tapi tidak seperti disgrafia.
2. Penyebab gangguan klien
Sampai sekarang masih belum
diketahui secara pasti apa penyebab sebenernya dari gangguan belajar disgrafia.
Hanya saja biasanya yang menjadi penyebab bisa dari faktor keluarga. Maksudnya jika
ada salah satu keluarga yang mengalami gangguan belajar maka tidak ada
kemunkinan anggota atau keturunan yang lainnya akan mengalami hal yang sama
juga.
Pada klien kami ini,
ternyata secara spesifik tidak ditemukan apa penyebab gangguan belajar
disgrafia yang dialaminya, hanya saja kalau ditelusuri ternyata ada salah satu
dari keluarga klien (bapaknya) yang masih buta huruf karena tidak pernah
mengenyam yang namanya pendidikan di sekolah. Mungkin ini bisa menjadi salah
satu penyebab gangguan belajar yang dialami oleh klien. Selain itu kami masih
belum menemukan penyebab lainnya. Dan ada kemungkinan lagi yang bisa jadi
penyebab yaitu penyakit yang dialami oleh klien, penyakit itu adalah kejang-kejang.
Dimana penyakit itu ada semenjak masih duduk di bangku kelas 2 SD.
3. Waktu munculnya gejala-gejala gangguan
Dari masa kecil hingga
hampir masuk sekolah anak ini masih belum ditemukan tanda-tanda atau ciri yang
timbul. Baru ketika sekolahnya sudah mencapai dua tahun yaitu saat berumur 7
tahun (masih kelas 1 SD) sudah mulai muncul gejala disgrafia. Dimana saat sudah
dua tahun duduk di kelas 1 dia masih belum bisa memegang pensil dengan baik
ketika menulis. Cara dia memegang pensil tidak seperti biasanya anak normal,
jari-jari pemegang pensil terlalu ke ujung pensil. Lima jari tangannya tertumpuk
jadi satu pada pensil yang dipegang dan hampir nempel ke kertas, sehingga
kelihatan kaku. Dan hasil tulisannya kurang bagus serta tidak tertata rapi.
Mengenai berbicara sendiri
dan memperhatikan tangan yang sedang menulis ini dialami juga sejak duduk di
bangku SD kelas 1. Setiap klien disuruh menulis pandangan matannya
memperhatikan gerakan tangan yang sedang menulis. Dan untuk masalah berbicara
sendiri itu tidak terjadi setiap menulis, hanya kadang-kadang saja.
Berbicaranya disini yaitu melafalkan atau membaca dengan suara kecil kata-kata yang akan atau sedang ditulis.
Untuk gejala yang lainnya
baru bisa dikatakan bermasalah atau tidak mampu diketika sudah memasuki bangku
kelas 3 atau 4 SD, sebab di usia kelas 1-3 SD anak masih belum bisa disimpulkan
bahwa itu belum mampu atau bermasalah dengan gejala itu. Gejala itu antara
lain, bentuk huruf hasil tulisan tidak konsisten, penggunaan huruf besar dan
kecil masih tercampur, ukuran bentuk tuisan tidak proporsional, cara menulis
tidak konsisten, sambil berbicara saat menulis, dan masih tetap mengalami
kesulitan meskipun saat menyalin contoh tulisan yang ada. Secara normal
mayoritas anak 1-3 SD masih belum bisa melewati hal-hal tersebut.
4. Gejala-gejala pada klien
a.
Saat
menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur
Sampai sekarang klien duduk
di bangku SMP kelas VIII masih belum bisa menggunakan ejaan penulisan huruf
antara yang besar dengan yang kecil secara benar. Dilihat dari hasil tulisannya
masih banyak huruf besar yang ada di tengah-tengah kata seperti pada tulisan
kata “kaliMat”. Dan ada juga dipermulaan kata atau kalimat yang seharusnya
memakai huruf besar klien kami masih memakai huruf kecil seperti pada tulisan
kata “saya”.
b.
Ukuran
dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional dan tidak
konsisten
Jika dilihat dari hasil
tulisan yang dia tulis, ukuran dan bentuk hurufnya tidak sama antara kalimat
yang satu dengan kalimat selanjutnya. Terkadang tulisannya kecil-kecil dan
terkadang juga besar. Selain itu, tulisannya ada yang tegak dan ada juga yang
agak miring.
c.
Sulit
memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas
Meskipun sudah usia SMP
klien kami masih belum bisa memegang pensil atau bolpoin dengan mantab seperti
anak yang lainnya. Dia memegang pensil terlalu dekat ke ujung pensil bahkan
jarinya hampir nempel ke kertas. Namun, hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan
dan menurut klien paling nyaman dengan cara seperti itu. Dan dia tidak mau
kalau diajarin dengan cara yang lain.
d.
Berbicara
pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis
Disetiap klien kami disuruh
untuk menulis pandangan matanya pasti memperhatikan gerakan tangan yang dipakai
untuk menulis. Bahkan jarak antara tangan dengan mata berdekatan (posisi
menulis menunduk). Untuk masalah berbicara sendiri itu tidak terjadi setiap
menulis, hanya kadang-kadang dilakukan. Berbicaranya disini yaitu melafalkan
atau membaca dengan suara kecil
kata-kata yang akan atau sedang ditulisnya.
e.
Tetap
mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah
ada
Jika disuruh menulis dengan
cara didekte klien kami masih bisa dikatakan lemah, sebab jika didekte harus
dengan pelan-pelan dan diperjelas kalimatnya. Dan dia tidak suka jika menulis
dengan cara didekte.
Salah
satu hal penting yang harus diperhatikan disini adalah masalah penyebab kenapa
sampai sekarang umur SMP si klien masih saja mengalami gangguan menulis
disgrafia. Menurut analisis kami dapat dijelaskan bahwa kemungkinan penyebab
utama gangguan menulis disgrafia pada klien kami adalah karena adanya penyakit
kejang-kejang yang masih sering kambuh pada klien. Sebab sangat jarang anak
yang mengalami ganggun belajar disgrafia ini berlangsung sampai usia SMP.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil wawancara yang telah kami lakukan pada klien, kami dapat mendiagnosa
bahwa klien kami benar-benar telah mengalami gangguan belajar khusunya dalam
gangguan menulis (disgrafia). Hal ini
didasarkan pada beberapa indikator-indikator yang ada, dimana ada 4 indikator
yang sangat sesuai dan 2 indikator yang sesuai dengan apa yang telah dialami
oleh klien. Diantara indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Saat
menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
2.
Ukuran
dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional dan tidak konsisten.
3.
Sulit
memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
4.
Berbicara
pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan
tangan yang dipakai untuk menulis.
5.
Tetap
mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah
ada.
SARAN
Adapun
saran dalam laporan ini yaitu berbentuk rekomendasi atau penanganan untuk klien
yang ditujukan kepada orang tua dan juga klien itu sendiri, yaitu sebagai
berikut:
Model
medis saat ini menjadi terbatas karena kurangnya bukti bahwa defesiensi yang
mendasari gangguan belajar dapat dikoreksi atau perbaikan pada aspek tersebut
akan meningkatkan keterampilan akademik (Hinshaw, 1992). Kurangnya bukti juga
terdapat pada pendekatan psikoedukasi (Brady, 1986). Walaupun pendekatan
neuropsikologis belum diuji secara lengkap, intervensi yang ditujukan untukm
mengubah strategi-strategi belajar anak dengan tujuan untuk menghindari defisit
neuropsikologis sampai sejauh ini gagal memperlihatkan peningkatan berarti pada
anak-anak dengan gangguan belajar yang parah. Sampai saat ini intervensi yang paling
tanpak menjanjikan adalah yang memberikan intruksi-intruksi langsung pada
tugas-tugas akademik dimana anak mengalami defisiensi, misalnya keterampilan
bahasa lisan dan tulisan. Model behavioral
juga menunjukkan hasil-hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan prestasi
anak yang memiliki defisiensi dalam keterampilan membaca dan aritmatika. Masih
belum jelas apakah peningkatan akibat pelatihan behavioral dapat digeneralisasikan pada prestasi di kelas.
Pendekatan linguistik telah memperoleh sejumlah dukungan, tetapi belum cukup
untuk dianjurkan secara luas dalam menangani anak-anak yang memiliki defisiensi
membaca dan mengeja. Model kognitif juga telah menerima sejumlah dukungan,
tetapi banyak anak dengan gangguan belajar belum mengembangkan pengetahuan dasar
yang cukup mengenai area-area permasalahan mereka dan menggunakannya untuk
memikirkan masalah-masalah tersebut lebih dalam.
Anak-anak
dengan gangguan belajar banyak yang ditempatkan dalam program-program edukasi
atau kelas-kelas khusus. Namun program untuk anak-anak dengan kesulitan belajar
sangat bervariasi dalam kualitas dan kita masih kekurangan bukti yang pasti
mengenai efektivitas jangka panjangnya.[6]
Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan menulis (disgrafia).
Di antaranya:[7]
1.
Pahami
keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau
pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia.
Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak
lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru
maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas
menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari
pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara
lisan, bukan tulisan.
2.
Menyajikan
tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan
kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan
menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar
dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa
memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3.
Membangun
rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha
yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal
itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan
guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha
yang sedang dilakukannya.
4.
Latih
anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih
strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas
menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis
surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang
tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia
dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk
tulisan konkret.
Adapun
penanganan secara terstruktur dapat dilakukan melalui beberapa hal berikut:[8]
1.
Faktor kesiapan menulis
Menulis membutuhkan kontrol maskular,
koordinasi mata-tangan, dan diskriminasi visual. Aktivitas yang mendukung
kontrol muskular antara lain: menggunting, mewarnai gambar, finger painting,
dan tracing. Kegiatan koordinasi mata-tangan antara lain: membuat
lingkaran dan menyalin bentuk geomteri. Sementara itu, pengembangan
diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan bentuk, ukuran,
dan detailnya, sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.
2.
Aktivitas lain yang mendukung
o
Kegiatan
yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu, lengan atas serta bawah,
dan jari.
o
Menelusuri
bentuk geometri dan barisan titik.
o
Menyambungkan
titik.
o
Membuat
garis horizontal dari kiri ke kanan.
o
Membuat
garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
o
Membuat
bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.
o
Membuat
garis miring secara vertikal.
o
Menyalin
bentuk-bentuk sederhana.
o
Membedakan
bentuk huruf yang mirip bentuknya dan huruf yang hampir sama bunyinya.
3. Menulis huruf lepas/cetak
o
Perlihatkan
sebuah huruf yang akan ditulis.
o
Ucapkan
dengan jelas nama huruf dan arah garis untuk membuat huruf itu.
o
Anak
menelusuri huruf itu dengan jarinya sambil mengucapkan dengan jelas arah garis
untuk membuat huruf itu.
o
Anak
menelusuri garis tersebut dengan pensilnya.
o
Anak
menyalin contoh huruf itu di kertas/bukunya.
Jika cara ini sudah dikuasai, mintalah
anak menyambungkan titik yang dibentuk menjadi huruf tertentu, sampai akhirnya
anak mampu membuat huruf dengan baik tanpa dibantu. Tahap selanjutnya adalah
menulis kata dan kalimat.
4.
Menulis huruf transisi
Huruf transisi adalah huruf yang
digunakan untuk melatih siswa sebelum menguasai huruf sambung. Adapun
langkah-langkah pengajarannya sebagai berikut:
o
Kata
atau huruf ditulis dalam bentuk lepas atau cetak.
o
Huruf
yang satu dan yang lain disambungkan dengan titik-titik dengan meggunakan warna
yang berbeda.
o
Anak
menelusuri huruf dan sambungannya sehingga menjadi bentuk huruf sambung.
5.
Menulis huruf sambung
o Mengajarkan huruf sambung dapat menggunakan
langkah-langkah huruf lepas dan transisi.
o
Kami
sertakan tabel cara melatih anak disgrafia agar dapat menulis dengan baik dan
benar seperti di bawah ini.
Faktor
|
Masalah
|
Penyebabnya
|
Remedial
|
Bentuk
|
Huruf
terlalu miring
|
Posisi
kertas yang miring
|
Betulkan
posisi kertas sehingga tegak lurus dengan badan
|
Ukuran
|
Terlalu
besar dan terlalu tebal
|
·
Kurang
memahami garis tulisan
·
Gerakan
tangan yang kaku
|
·
Ajarkan
kembali tentang konsep ukuran dan perjelas garis tulisan
·
Latih
gerakan tangan, salah satu caranya dengan latihan membuat lingkaran atau
bentuk lengkung
|
Spasi
|
·
Huruf
dalam satu kata seperti menumpuk
·
Spasi
antar-huruf terlalu lebar
|
·
Kurang
memahami konsep spasi
·
Kurang
memahami bentuk dan ukuran
|
·
Ajarkan kembali konsep spasi antar-kata
·
Kaji kembali konsep bentuk ukuran dan huruf
|
Kualitas
garis
|
Terlalu
tebal atau menekan terlalu tipis
|
Masalah
pada tekanan tulisan
|
Perbaikilah
cara-cara memegang alat tulis, perbaiki juga gerakan tangan,
serta beikan latihan menulis di atas kertas tipis dan kertas kasar
|
Kecepatan
|
Lambat
ketika dalam menulis yaitu ketika menyalin atau saat dikte
|
Tingkat
kemampuan menulis tidak sebanding dengan kecepatannya
|
Latih
menarik garis lurus dengan cepat serta latihan membuat bentuk melingkar,
tegak dan melengkung di kertas berpetak
|
DAFTAR PUSTAKA
ü Azwar, Drs. Saifuddin. 1999, Penyusunan
Skala Psikologi, PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
ü Durand, V. Mark. 2007, Psikologi Abnormal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
ü Nevid, Jeffrey S. 2003, Psikologi
Abnormal, Erlangga, Jakarta.
ü Supratiknya, Dr. A. 2000, Mengenal
Perilaku Abnormal, Kanisius, Yogyakarta.
ü Wiramihardja, Psi. Prof. Dr. Sutardjo A.
2005, Pengantar Psikologi Abnormal, Refika Aditama, Bandung.
ü http://fanisliend.blogspot.com/2012/04/makalah-gangguan-belajar-disgrafia.html diakses 14 Desember 2012 jam 14.00.
LAMPIRAN
A.
VERBATIM
1.
Identitas Anak
Peneliti : nama
lengkap anak ini siapa bu?
Informan
: nama lengkapnya …………..tapi nanti di tugasnya kamu tidak usah ditulis ya, beri
nama ini saja Sayyidah (samaran)
Peneliti : kalau
nama panggilannya?
Informan : Sayyi
(samaran)
Peneliti : jenis
kelamin?
Informan : perempuan
Peneliti :
lahirnya dimana dan tanggal berapa?
Informan :
lahir disini di rumah sendiri (Sumenep) pada tanggal 05 Juni 1995
Peneliti :
agamanya ?
Informan : ya
Islam lah dek
Peneliti : Sayyi
ini anak yang keberapa bu?
Informan : ini
anak yang ke-2, ada satu kakaknya laki-laki
Peneliti :
sekarang setiap hari tinggalnya bersama siapa?
Informan :
kalau tinggal ya sama saya lah dek dan semua keluarga disini ngumpul, kan ini
anak masih muda jadi harus tinggal sama orang tuanya dulu apa lagi perempuan
2.
Identitas Orang Tua
Peneliti : boleh
tahu nama bapaknya siapa bu?
Informan
: boleh, tapi nanti di tugasnya sampean tidak usah disebut ya, pakek nama
samara saja, kasik saja Muhammad Abduh
Peneliti : asal
bapak itu dari mana bu?
Informan : aslinya
dari sini juga satu kampong, tetanggaan, ini rumahnya di samping rumah
Peneliti :
pekerjaan bapak setiap hari apa bu?
Informan : kalau
kerja sih petani, tappi ya kadang juga jualan pentol dan kadang juga ikut kuli,
kan disini tani itu musiman dek
Peneliti : bapak
itu sekolah terakhirnya apa bu?
Informan :
wah kalau bapaknya ini tidak pernah sekolah dek, biasa kan orang dulu apa lagi
orang kampong mau sekolah tidak bisa malah suruh kerja sama orang tuanya
Peneliti : kalau
nama ibu sendiri siapa?
Informan : itu
lagi dek, jangan sampai disebut ya nanti di tugasnya, nama saya …………. Tapi beri
samaran saja Sulistiani
Peneliti : aslinya
bu dari mana?
Informan : saya
juga asli sini dek, dari kecil sampai sekarang punyak anak 3 tetap saja disini
Peneliti : kalau
pekerjaan ibu tiap hari apa?
Informan :
saya sebagai ibu hanya kerja dapur dek, kadang ya kalau musim hujan seperti
sekarang ini kerja sawah untuk nanem padi
Peneliti : apakah
ibu sendiri juga tidak oernah sekolah sama kayak bapak?
Informan :
kalau saya Alhamdulillah dulu pernah sempat sekolah SD, tapi itu hanya sampai
kelas 4 SD sebab pas itu malah disuruh nikah sama orang tua, katanya ngapain
perempuan sekolah yang penting tahu masak di dapur, saya ya ikuti saja kemauan
orang tua waktu itu. Dulu itu waktu saya sekolah masuknya malah sore hari dek,
asyik banged kalau saya inged lagi
3.
Masalah Anak
Peneliti : maaf
ya bu, kira-kira masalah yang ada pada anak ibu ini apa?
Informan : kalau ditanya
masalah anak mah banyak dek, namanya juga anak pasti ada saja masalah, ini orangnya
selalu males untuk sekolah dek, dan juga tidak pernah belajar kalau ada di
rumah, tidak pernah ngerti orang tua kalau minta ini harus ada, sering
marah-marah juga anaknya. Sesuai yang pernah adek sampaikan dulu itu
penyakitnya masih belum bisa teratasi dek yaitu gangguan menulisnya itu
Peneliti : kira-kira
ibu tahu gak kenapa dia males sekolah?
Informan : saya
juga gak ngerti dek, tapi kalau saya tanyak ke temennya yang satu kelas itu,
saat dia tidak masuk sekolah pasti kata temennya di sekolah lagi ada hafalan
atau ulangan, jadi mungkin saya pikir dia takut pada pelajaran yang ada hafalan
dan juga jika ada ulangan
Peneliti
: anak ini kan diketahui mengalami gangguan dalam belajar terutama gangguan
pada menulisnya, nah itu awalnya gimana bu?
Informan : iya
bener sesuai yang adek sampaikan dulu pas pertama kesini ini dia memang
mengalami gangguan dalam menulisnya, sampai sekarang hasil tulisannya masih
jelek, kata kakaknya itu tulisannya ambu radul masih belum tahu tata cara
menulis padahal kan sudah kelas VIIII SMP harusnya kan tulisannya bagus. Kalau
masalah awal gimana ini gangguan ada saya juga kurang tahu pasti, namun seingat
saya dulu waktu masih sekolah SD sering tidak naik kelas, dan kata gurunya itu
dulu sering tidak naik kelas karena anaknya masih belum mampu dalam bidang
membaca, menghitung, dan juga menulisnya. Dia tidak berkembang seprti yang
lainnya. Baru semenjak kelas 4-5 SD saya menyadari kalau ternyata anak saya ini
masih belum tahu tata cara menulis yang bagus. Sebab waktu itu tulisannya masih
gak karuan dek, sulit bisa dibaca oleh orang lain. Tapi saya tidak tahu kalau
itu tidak normal. Saya pikir itu biasa-biasa saja sebab waktu itu saya memang
tidak pernah ngajarin bagaimana cara menulis dan yang lainnya. Saya kira itu
hanya karena sebab kurang saya dalam ngajarin. Tapi sebenarnya dulu waktu kelas
1 SD yang tahun kedua, kan tidak naik kelas,
katanya sudah mulai mengalami kesulitan dalam memegang pensil, dimana
cara memegang pensil tidak seperti yang lainnya yaitu terlalu ke ujung
Peneliti : apakah
terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam setiap tulisan anak ini bu?
Informan : iya
ada sih, kadang kalau dilihat tulisannya itu kecil-kecil dan kadang ada juga
yang besar, tidak rata gitu
Peneliti : kalau
penggunaan dalam huruf besar dan kecil itu gimana bu?
Informan : iya
dek, dia masih belum paham dalam menggunakan huruf besar dan kecil di
tulisannya, kadang di tengah kata huruf besar, harusnya kan katanya tidak boleh
Peneliti : kalau
ukuran dan bentuk huruf tulisannya tu gimana juga?
Informan : iya
sama seperti yang saya jelaskan tadi
Peneliti : kalau
misalnya disuruh nulis apa yang ada dalam pemikirannya itu bisa gak bu?
Informan : oooou
kalau itu sih masih bisa
Peneliti
: cara memegang pensil atau bolpoinnya gimana sudah benar atau gimana bu?
Informan :
dia itu kalau memegang pensil atau bolpoin tidak seperti hyang lainnya, cara
megangnya kelihatan kaku gitu, megangnya terlalu ke ujung, jadi bisa sampai gak
kelihatan ujung pensilnya itu
Peneliti
: biasanya bu kalau anak yang mengalami gangguan ini saat menulis itu tangan
selalu diperhatikan dan juga sambil berbicara apa yang akan dia tulis, nah
apakah Sayyidah seperti itu?
Informan : kalau
menulis sih biasanya memang sering menunduk sambil memperhatikan apa yang
ditulis, jarak mata dengan tangan itu sangat dekat. Tapi kalau masalah
berbicara itu jarang
Peneliti
: apakah dalam menulis pasti selalu pada baris yang sudah ada di buku atau
malah kucar-kacir?
Informan :
gak dek, kalau itu dia sudah mulai bisa benar, tulisannya masih dalam baris
yang sudah disediakan itu dalam buku
Peneliti
: apakah dia suka jika didekte untuk menulis sesuatu kalimat atau bacaan bu?
Informan :
dia paling tidak suka kalau didekte katanya dek, sering salah menulisnya jika
didekte, kalaupun didekte itu harus pelan-pelan dan dengan suara yang sangat
jelas
Peneliti :
kira-kira ibu sendiri sudah tahu belum apa penyebab dari gangguan yang dialami
oleh anak ini?
Informan : kami
tidak tahu pasti apa penyebab dari masalah ini, namun menurut saya kemungkinan
dulu itu hanya karena kurang dalam mengajari dia baik itu cara menulis maupun
membaca. Tapi mungkin juga karena sebab dari penyakit yang dia miliki yaitu
kejang-kejang. Dia itu kenak penyakit kejang-kejang semenjak masih kelas 2 SD.
Dan bisa jadi juga karena factor keturunan, sebab bapaknya kan tidak sekolah
dan itu tidak bisa baca tulis
Peneliti :
apakah sampai sekarang penyakit itu masih belum sembuh?
Informan : belum
dek, bahkan sering kambuh penyakit itu, kadang kambuhnya itu 2 bulan sekali dan
itu secara tiba-tiba
Peneliti : akibat
apa yang dialami oleh anak ini dari gangguan belajar itu?
Informan :
iya itu dek, waktu SD dia sering tidak naik kelas, ya karena dia masih lamban
dalam belajarnya dan sekarang pun nilai rapornya masih kurang bagus
Peneliti : bagaimana
perkembangan gangguan itu bu, apakah semakin parah atau gimana?
Informan :
kalau tambah parah sih gak ya, mungkin sekarang sedikit demi sedikit agak
mendingan, ketimbang waktu masih SD
Peneliti : kalau
latar belakang keluarga ibu seperti apa?
Informan : kami
adalah keluarga yang minim pendidikan, kan sudah tak jelaskan tadi kalau saya
dan bapaknya tidak lulus SD, kakek-nenek pun juga seperti itu
Peneliti : maaf
lagi ne bu, kalau kondisi ekonomi bagaimana?
Informan : ekonomi
mungkin menengah ke bawah ya, sehari-hari Alhamdulillah kadang cukup untuk
makan saja dan kadang juga harus pinjam dulu ke tetangga. Kan kita petani yang
hanya musiman, kadang ya bapak jualan pentol keliling pakai speda ontel dan
kadang juga kalau ada ikut kuli bangunan
Peneliti :
untuk aktivitas si Sayyidah sehari-harinya biasanya apa bu?
Informan : ya
pagi sekolah habis sekolah biasanya ngaji, tapi sekarang sudah jarang ngajinya,
main sama temen-temennya tapi di sekitar sini saja tetangganya yang dekat
belakng ini, kadang juga sering bantu-bantu ibu baik itu nyuci dan pekerjaan
dapur.dan kalau malam ya nonton TV di tetangga depan itu
4.
Riwayat Perkembangan
Peneliti
: waktu dalam kehamilan gimana bu, apakah ada keluhan atau masalah?
Informan : gak
ada, Alhamdulillah normal sampai lahir
Peneliti : terus
waktu bayi sampai sekarang gimana?
Informan :
seingat saya waktu bayi hingga umur 7 tahun itu biasa-biasa saja normal. Ketika
mulai masuk sekolah sekitar umur 7 tahunan itu sudah mulai kelihatan kalau
perkembangan khususnya kognitifnya kelihatan terhambat sebab kelas 1 SD tidak
naik satu kali dan kelas 2 SD tidak naik kelas 2 kali. Itu karena dari segi
membaca, menulis dan menghitung masih tidak mampu seperti yang lainnya. Hingga
sekarangpun berumur 17 tahun kurang lebih seperti itu, bahkan seharusnya sudah
duduk di bangku SMA dia masih SMP kelas VIIII. Kadang dia sulit dalam memahami
apa yang dibicarakan orang. Mentalnya juga tidak seperti anak seumurannya. Dia
takut jika di tempat ramai. Tidak gampang kenal dengan orang baru. Di
sekolahnya pun merasa ketakutan dengan beberapa pelajaran, dan biasanya tidak
masuk sekolah
Peneliti :
perkembangan pendidikannya dari awal gimana bu?
Informan : iya
seperti yang telah diceritakan dari tadi, SD tidak naik kelas tiga kali yaitu
satu kali di kelas 1 dan dua kali di kelas dua. Dan habis itu Alhamdulillah
naik kelas terus meskipun nilai-nilainya standart
Perkembangan Pendidikan
|
||
Tahun
|
Sekolah
|
Keterangan
|
2003-2004
2004-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011—2012
2012-…….
|
SD kelas I
SD kelas II
SD kelas III
SD kelas IV
SD kelas V
SD kelas VI
MTs kelas VII
MTs kelas VIII
|
Tidak naik kelas 1 kali
Tidak naik kelas 2 kali
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Naik kelas (dengan nilai standart)
Masih semester ganjil
|
B.
GUIDANCE WAWANCARA DISGRAFIA
1.
IDENTITAS
ANAK:
1.
Nama
lengkap :
2.
Nama
panggilan :
3.
Jenis
kelamin :
4.
Tempat,
Tgl. Lahir :
5.
Agama :
6.
Anak
ke- :
7.
Tinggal
bersama
2.
IDENTITAS
ORANG TUA:
1.
Bapak
Nama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
2.
Ibu
Nama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
3.
MASALAH
ANAK:
10.
Deskripsi
masalah :
11.
Awal
anak mengalami gangguan :
12.
Indikator
gangguan
a.
|
Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam
tulisannya
|
:
|
b.
|
Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf
kecil masih tercampur
|
:
|
c.
|
Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak
proporsional
|
:
|
d.
|
Anak tampak harus berusaha keras saat
mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan
|
:
|
e.
|
Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap
|
:
|
f.
|
Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis,
atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
|
:
|
g.
|
Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur
garis yang tepat dan proporsional
|
:
|
h.
|
Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta
menyalin contoh tulisan yang sudah ada
|
:
|
13. Penyebab gangguan :
14. Akibat dari masalah :
15. Perkembangan gangguan anak :
16. Frekuensi gangguan :
17. Latar belakang keluarga :
18. Kondisi ekonomi keluarga :
19. Aktivitas anak sehari-hari :
4.
RIWAYAT
PERKEMBANGAN:
4.
Usia
kehamilan
0 – 3 bulan :
4 – 6 bulan :
7 – 9 bulan :
5.
Usia
anak
0 – 6 bulan :
7 – 12 bulan :
1 – 2 tahun :
3 – 5 tahun :
5 – 7 tahun :
8 – 10 tahun :
10 – 12 tahun :
13 – 15 tahun :
15 – 17 tahun :
6.
Riwayat
pendidikan :
Perkembangan
Pendidikan
|
||
Tahun
|
Sekolah
|
Keterangan
|
|
|
|
FOTO-FOTO KLIEN
Posisi saat sedang menulis
Hasil tulisan klien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar