Muhammad Antoso


Selamat Datang di Blogs Antok Pemuda Sumenep Semoga Bermanfaat

Kamis, 27 Desember 2012

Analisis Kasus Dalam Dunia Pendidikan


Ujian Akhir Semester Gasal
Mata Kuliah        : Psikologi Pendidikan
Prodi                    : Psikologi
Sem/Kls               : V/ G1, G2, G3,
Sifat                     : Take Home
Note                    : Jawaban dikumpulkan 1 Minggu setelah soal diterima

Kasus I

Ibu Nina merasa jengkel pada kurikulum studi sosial yang dipakai di distrik sekolahnya selama delapan tahun. Cara materi disajikan membuatnya jengkel. Buku-bukunya tidak menarik dan tidak membuat murid senang. Hurufnya kecil-kecil; hanya sedikit gambar, diagram atau grafik. Isi materinya juga tidak menarik. Isinya bersifat etnosentris dan tidak membahas tentang prestasi perempuan. Selain itu, buku pegangan guru tersebut hanya memberikan lembar kerja dan item-item pertanyaan. Distrik tersebut punya kebijakan menggati kurikulum setiap sepuluh tahun sekali. Dia berpikir, “Ini adalah saatnya untuk memulai, dan aku ingin memberi beberapa masukan untuk keputusan kurikulum nanti.”
Dia bicara kepada kepala sekolahnya yang kemudian memberitahu bahwa komite yang terdiri dari lima guru dan satu administrator telah dibentuk umtuk mengkaji berbagai kurikulum studi sosial untuk semua tingkatan kelas. Ibu Nina memohon untuk dimasukkan sebagai anggota komite. Kepala sekolah menjawab;” Bagus. Sekarang kita punya wakil dari semua kelas dan bidang pendidikan khusus. Saya tahu Anda akan menjadi anggota penting dalam komite itu.”
Pada pertemuan pertama, ibu Nina agak terpengaruh oleh beberapa pernyataan dari guru lain. Seorang guru mengatakan bahwa mereka tidak perlu memberi kurikulum baru, “sebab bagaimanapun juga, sejarah tidak berubah dan kita bisa selalu menambahkan kejadian terbaru ke dalam kurikulum kita.” Guru lainnya ingin suatu kurikulum yang tidak mengandalkan text book, tetapi memberikan pedoman untuk melakukan beberapa proyek yang harus dilaksanakan oleh murid. Dia telah membaca artikel di majalah yang membahas model kurikulum seperti ini. Tetapi guru lainnya ingin versi baru dari kurikulum yang sama, sebab jika membeli kurikulum yang sama sekali baru dia terpaksa harus merombak pengajarannya, yang akan menjadi “tugas yang sangat berat.” Administrator mengatakan kepada anggota komite bahwa mereka hanya punya waktu satu tahun untuk mengambil keputusan. “Dengan demikian, semua materi dapat disusun dan setiap guru akan punya waktu untuk memahami materi secara lebih baik  sebelum diimplementasikan,” katanya.
Komite tersebut meminta beberapa buku penerbit buku kurikulum studi sosial dan meminta preview copy dari materinya. Mereka mengirimkan banyak textbook dan materi yang memuat daftar bacaan, buku kerja, pegangan guru, kumpulan soal ujian, dan CD-Rom. Memeriksa semua materi sebelum mengambil keputusan tampaknya merupakan tugas yang berat. Tetapi, ibu Nina dan rekannya ingin memilih kurikulum yang tepat untuk murid mereka. Untuk itu, mereka memutuskan melakukan riset yang mendalam. Ibu Nina berkata, “ Beruntung kita punya waktu setahun untuk ini.”
1.    Menurut pendapat anda, riset apa yang dibutuhkan untuk menghasilkan keputusan yang baik mengenai kurikulum yang akan dipakai?
2.    Masalah apa yang perlu dipikirkan? Mengapa?
3.    Tipe riset apa yang tepat/ mengapa?


Kasus II

Sebelum tahun ajaran baru dimulai, Bu Juli mengadakan “pertemuan perkenalan” dengan orang tua calon murid-muridnya di TK. Dia melakukannya agar dia bisa menerangkan apa yang akan nanti dilakukan anak-anak di kelas TK, apa filosofi pendidikannya, apa prosedur untuk memperkenalkan anak di hari pertama sekolah, dan tentu saja mempersilahkan orang tua untuk mengajukan pertanyaan dan berbagi pandangan. Tentu saja orang tua punya banyak pertanyaan.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan dari orang tua:
“Joey masih suka tidur di sore hari. Apakah ada cara agar kita bisa merubahnya?”
“Ashley punya asma berat. Dia masih perlu nebulizer di dekatnya untuk jaga-jaga. Apakah anda bisa menggunakannya?
“Steve tak pernah mau duduk diam lama. Apakah anda akan mengizinkannya untuk banyak bergerak ke mana-mana?
“Alex terlalu cerdas untuk anak seusianya. Apa yang bisa anda lakukan untuk menantang kecerdasannya?”
“Amanda juga terlalu cerdas”
“Begitu juga Timmy”
“Peter tampaknya malah kurang cerdas. Saya tak tahu apa yang harus dilakukan untuknya. Dia tidak bisa bicara lancar.”
Bu Juli mendengarkan dengan seksama semua pertanyaan itu dan mengatakan, “saya akan melakukan segala sesuatu yang saya bisa agar anak-anak Anda mendapat yang terbaik di kelas saya. Semua anak berbeda dan kemampuan belajarnya juga berbeda. Jadi, saya tidak akan terlalu mengkhawatirkan apakah anak terlalu cerdas atau kurang cerdas. Saya kira kita bisa menanganinya secara bersama-sama.” Setelah sampai di rumah, dia memikirkan jumlah orang tua yang merasa bahwa anaknya terlalu cerdas. Setiap tahun selalu sama – sekitar sepertiga dari orang tua yakin bahwa anak mereka adalah calon Einstein.
Sekolah pun dimulai. Anak-anak tempaknya senang bermain-main dan menyesuaikan  diri dengan baik. Bu Juli memanfaatkan waktu bermain anak untuk mengamati mereka. Tampak ada perbedaan jelas antar anak, tetapi dia tidak melihat ada anak yang luar biasa, kecuali Bill dan Steve. Keduanya kurang bisa memerhatikan dan tidak mau duduk lama, dan karenanya sedikit mengganggu. Bu Juli akan berbicara dengan orang tua mereka dan mengatakan bahwa mungkin mereka mengalamai attention deficit hyperactivity disorder dan akan merekomendasikan pengujian. Ada dua murid lain yang kelihatannya mengalami masalah yang sama, termasuk Alex. Sepertinya energi mereka tidak ada habis-habisnya. Bu Juli juga telah mempelajari cara menggunakan nebulizer, tapi tampaknya dia msih belum perlu menggunakannya, karena Ashley nampaknya baik-baik saja.
Setiap hari selama awal kelas, murid mempelajari kalender. Bu Juli menandai setiap hari dalam sebulan di kalender itu dengan tanda X besar dan mendiskusikan cuaca. Dia kemudian menulis pernyataan di papan tulis, mendeskripsikan cuaca hari. Pada hari kesepuluh dia menulis di papan. “Hari ini cerah dan panas.” Dia kemudian membacakan pernyataan itu untuk murid-muridnya sehingga mereka bisa membuat asosiasi. “Hari ini cerah dan hangat”. Alex berteriak, “Loh, tulisannya kan tidak begitu. Anda menulis hari ini cerah dan panas.” Bu Juli jadi terkejut.
Kemudian, pada saat jam bermain, dia meminta Alex untuk duduk dengannya. Alex tampaknya ingin mengerjakan sebuah teka-teki. “ Alex, maukah kamu membacakan buku ini untuk ibu?” tanya bu Juli.
“ Tentu,” jawab Alex, dan dia membacamya tanpa ada kesalahan.
“ Kamu  punya buku seperti ini di rumah?”
“ Yup, banyak juga buku yang lainnya.”
“ Kalau yang ini punya?”
“ Nggak.”
“ Baiklah, coba baca yang ini.”
“ Ok, tapi sesudah ini aku boleh main teka-teki?”
“ Boleh.”
Alex membacanya, dan hanya salah beberapa kata, lalu lari menuju ke permainan, membangun menara-menaraan, lalu merubuhkannya kembali, lalu bermain mobil-mobilan.
Pada hari selanjutnya, bu Juli bertanya kepada semua murid, “Jika ini hari kelima belas dan dalam sebulan ada tiga puluh hari, maka bulan ini tinggal berapa hari lagi?”
Anak-anak menjawab “ Kita tinggal hitung hari-hari yang tidak ada tanda X-nya.”
“ Betul” jawab bu Juli.
Alex tampak bingung, “Kenapa Alex?” tanya bu Juli.
“ Kenapa kita tidak menghitung dengan tiga puluh dikurangi lima belas?” tanya Alex.

1.    Apa isu dalam kasus itu?
2.    Menurut Anda mengapa bu Juli menganggap remeh persepsi orang tua tentang kekuatan anak mereka?
3.    Bagaimana seharusnya bu Juli memberi tahu orang tua tentang anak mereka yang diduga menderita ADHD?
4.    Apakah tepat jika bu Juli mengajukan rekomendasi pengujian terhadap anak? Mengapa? Apakah tepat jika dia merekomendasikan dokter khusus untuk pengujian itu? Mengapa?
5.    Jika Alex sudah bisa membaca dan berhitung, mungkinkah ada keahlian lain yang dikuasainya? Jika ada, apa itu? Bagaimana ini akan mempengaruhi pengalamannya di TK?



UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL

Nama : Moh Antoso                                                                         Makul     : Psi Pendidikan
Nim     : B07210076                                                                           Sem/Kls  : 5/G2 (psikologi)
 


JAWABAN UAS MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KASUS I
1.      Memang tidak mudah dalam melakukan sebuah perubahan, apalagi mengenai hal perubahan kurikulum dalam lembaga pendidikan. Kurikulum adalah sebuah kunci dan pedoman khusus dalam keberhasilan setiap pendidikan. Jika sebuah kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan tidak bisa memberikan dan menghasilkan tujuan yang diinginkan, maka disitu harus diadakan perubahan. Sebab kalau tidak maka apalah arti sebuah lembaga pendidikan jika tidak bisa mencetak hasil yang benar-benar diharapkan yang sesuai dengan kebutuhan sekarang dan juga paling pentingnya untuk masa depan. Salah satu langkah untuk menyelesaikan masalah kurikulum dalam suatu lembaga yaitu dengan cara memperbaiki kurikulum yang sudah dipakai tersebut atau bahkan merubahnya dengan kurikulum baru yang jauh lebih baik. Dan pastinya itu memerlukan pemikiran yang sangat serius, supaya nantinya memang benar-benar bisa menghasilkan atau mencetak siswa-siswa yang kompeten dan berkualitas.
Tentunya ada beberapa langkah yang harus dilakukan saat akan mengadakan perubahan atau juga pengembangan kurikulum pendidikan, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
Mengenai riset yang dibutuhkan untuk menghasilkan keputusan yang baik mengenai masalah kurikulum dalam lembaga ini, maka hemat saya riset yang cocok adalah riset aksi. Riset aksi itu sendiri adalah penelitian dan pencarian yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami, mengevaluasi dan kemudian mengubah, dengan tujuan untuk memperbaiki beberapa praktek pendidikan (Bassey, 1998, p. 93). Sehingga dengan adanya riset aksi inilah para guru khususnya mereka yang memang bertanggung jawab dalam masalah kurikulum akan mengetahui seberapa banyak siswa yang sudah tidak suka atau jenuh dengan kurikulum yang selama ini dipakai, dan juga selain itu mereka siswa juga ikut berpikir memberikan saran atau pendapat mengenai kurikulum ke depan yang lebih bagus.

2.      Dalam kasus ini hal yang sangat penting untuk dipikirkan dan diselesaikan adalah mengenai kedaan kurikulum yang selama 8 tahun dipakai di sekolah. Karena dianggap kurikulum ini banyak kekurangannya dan para murid juga tidak senang, maka mau tidak mau pihak sekolah khususnya para anggota komite sekolah yang memang bertanggung jawab terhadap kurikulum sekolah harus mengambil langkah untuk menyelesaikan dan memperbaiki kurikulum yang ada. Paling tidak dalam waktu 1 tahun kedepan mereka para komite sekolah sudah memiliki jalan keluar, sebab sesuai dengan kebijakan yang ada di sekolah bahwa sekolah bisa mengganti kurikulum hanya setiap sepuluh tahun sekali. Jadi, jika dalam sisa waktu 1 tahun ke depan ini sekolah tidak bisa mengambil jalan keluar maka sia-sialah apa yang dinginkan sekolah (khususnya ibu Nina) yaitu ingin mengganti kurikulum yang telah dipakai dengan kurikulum yang lebih baik dan disenangi oleh para siswanya.
Selain itu sekolah harus mulai mempersiapkan materi-materi baru yang akan disusun dalam kurikulum baru itu dan juga memperkenalkan pada setiap guru untuk dipahami sebelum diimplementasikan.

3.      Seperti apa yang telah dijelaskan pada jawaban nomer satu di atas bahwa ada beberapa langkah yang harus dilakukan saat akan mengadakan perubahan atau juga pengembangan kurikulum pendidikan, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating). Nah, di dalam mengevaluasi ada juga yang namanya langkah riset. Riset adalah sebagai proses pengumpulan data, sebagai dasar pengambilan keputusan. Adapun macam-macam tipe riset yaitu aksi, deskripsi, historical, dan eksperimental.
Dalam kasus ini, tipe riset yang sangat tepat adalah riset aksi. Dimana riset aksi itu sendiri adalah penelitian dan pencarian yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami, mengevaluasi dan kemudian mengubah, dengan tujuan untuk memperbaiki beberapa praktek pendidikan (Bassey, 1998, p. 93). Mengapa harus ini? Karena dengan riset aksi ini nantinya akan menghasilkan kurikulum yang efektif dan efisien serta pastinya tepat pakai.

KASUS II
1.      Adapun isu dalam kasus ini yaitu mengenai masalah identifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing murid TK. Dan dengan itu membuat para orang tua murid merasa cemas, karena mungkin mereka masih belum mengetahui kalau ternyata setiap anak itu memiliki kemampuan dan kekurangan yang berbeda, baik itu dalam hal kecerdasan dan juga yang lainnya.

2.      Menurut hemat saya, sebenarnya Bu Juli bukannya menganggap remeh persepsi orang tua tentang kekuatan anaknya. Cuman, Bu Juli hanya ingin para orang tua tidak terlalu cemas dan takut terhadap apa yang terjadi pada anaknya. Makanya Bu Juli hanya bilang pada orang tua murid bahwa dia akan melakukan segala sesuatu yang dia bisa agar anak-anak  mendapat yang terbaik. Semua anak berbeda dan kemampuan belajarnya juga berbeda. Dia juga menjelaskan tidak akan terlalu mengkhawatirkan apakah anak terlalu cerdas atau kurang cerdas. Dia bahkan mengajak para orang tua untuk bersama-sama dalam menangani keadaan pada masing-masing anak”.

3.      Dalam keadaan bagaimanapun namanya orang tua wajib mengetahui apa yang terjadi pada masing-masing anaknya, baik itu mengenai hal yang negatif maupun yang positif. Karena hanya oramg tualah (terutama Ibu) yang paling banyak komunikasi dengan anak dalam kesehariannya, kalapun Ibu guru di sekolah itu tidak seberapa lama. Orang tualah yang paling bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Maka dari itu, seharusnyalah Bu Juli memberi tahu kepada masing-masing orang tua bahwa anaknya diduga menderita ADHD. Tapi dengan syarat Bu Juli harus membicarakannya dengan cara yang sekiranya tidak membuat orang tua terlalu kaget, takut dan cemas ketika sudah dikasik tahu apa yang terjadi pada anaknya. Sebab, namanya orang tua apa lagi orang-orang awam kebanyakan sangat sensitif, sehingga bisa jadi salah dalam menginterpretasikan apa yang dikasik tahu oleh Bu Juli. Bu Juli harus member tahu dengan cara menemui para orang tua secara khusus, baik itu dating lagsung ke rumahnya atau orang tuanya yang diundang ke sekolah. Dan disitulah Bu Juli membicarakan dengan baik-baik penuh kekeluargaan. Jelaskan secara detail menganai apa itu ADHD dan bagaimana cara menyikapai serta membimbing  anak yang seperti itu. Dan yang terakhir Bu Juli harus meyakinkan pada orang tua untuk tidak takut dan cemas terhadap apa yang terjadi pada anaknya.

4.      Mengenai masalah ingin mengajukan rekomendasi pengujian terhadap anak itu adalah langkah yang sangat tepat dan terbaik. Sebab hanya dengan langkah itu masing-masing anak akan diketahui secara jelas dan detail mengenai permasalahan yang ada padanya. Dan juga membuktikan apakah anak-anak itu memang benar masuk dalam kategori ADHD. Ini juga termasuk salah satu langkah dalam proses assesmen.
Dan pastinya dalam merekomendasikan yaitu pada dokter khusus yang memang mengerti dan paham terhadap permasalahan anak. Baik itu psikiater atau bisa juga pada seorang psikolog. Karena hanya orang-orang seperti itulah yang ahli yang bisa mengetahui apakah anak itu benar-benar ADHD atau tidak. Dan pastinya hasil dari assesmennya bisa dipercaya dan valid. Karena itu dilakukan dengan menggunakan ilmu serta pengalaman yang dimiliki.

5.      Alex adalah salah satu anak yang juga termasuk dalam kategori ADHD (hiperaktif), dan dia sangat berbeda dengan anak yang lainnya, dimana dia mempunyai kelebihan dalam membaca dan menghitung. Dia sudah pintar membaca dan menghitung disaat teman seumuran dia masih kurang bisa. Namun selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki Alex yaitu dia juga sudah bisa mempunyai otak yang daya penalarannya di atas rata-rata, berbeda dengan anak yang lainnya. Alex mampu menggunakan logika mengenai informasi atau permasalahan yang diberikan padanya. Ini terbukti disaat dia membantah apa yang dikatakan gurunya saat ada di kelas, dia membantah karena apa yang diucapkan gurunya tidak sesuai dengan apa yang ditulis di papan. Selain itu juga terbukti disaat dia memberikan jawaban yang berbeda dengan temannya yang lain, yaitu disaat ditanyakan mengenai hitungan sisa julah hari dalam sebulan. Dia sudah mampu berpikir secara logis.
Dan satu lagi yang mungkin bisa diiliki oleh Alex yaitu dia adalah anak yang kreatif. Sebab anak yang hiperaktif itu memiliki tenaga fisik yang ekstra atau lebih sehingga tidak mau diam. Dan karena tidak bisa diamlah biasanya anak ini akan menyalurkannya pada hal-hal yang melibatkan pikiran dan tenaga, selalu ingin melakukan sesuatu yang membuat dia senang dan nyaman. Dan ini terbukti pada Alex yaitu suka main teka-teki dan juga bongkar pasang menara. Dia ingin mengetahui sesuatu yang belum dia ketahui, dan inilah kreatif.
Mengenai bagaimana ini akan mempengaruhi pengalamannya di TK? Itu sangat jelas ada pengaruhnya, baik secara positif maupun negatif. Dari segi positif, karena dia adalah anak hiperaktif yang sudah bisa membaca dan berhitung maka pastinya akan berpengaruh pada proses belajarnya. Dia akan mengalami proses perkembangan belajar yang lebih cepat ketimbang temannya yang lain. Dan ini juga sangat bagus untuk perkembangan selanjutnya baik itu nanti di SD hingga sampai dewasa. Dari segi negatifnya, karena Alex adalah anak yang ADHD pastinya ada beberapa kelemahan juga yang ada padanya. Diantaranya yaitu, anak ADHD biasanya sulit memusatkan perhatiannya pada sesuatu, susah diam, dan impulsive (mengambil suatu langkah tanpa ada pemikiran terlebih dahulu). Cirri-ciri itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosialnya, dimana seharusnya berjalan normal bisa menjadi terhambat. Dan ini juga sangat dikhawatirkan terhadap perkembangan masa depannya.






~Terimakasih~






Tidak ada komentar:

Posting Komentar