Muhammad Antoso


Selamat Datang di Blogs Antok Pemuda Sumenep Semoga Bermanfaat

Minggu, 28 April 2013

Konseling Dengan Pendekatan Psikoanalisis


BAB I
DASAR TEORI

A.    Pendekatan Psikoanalitik
Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau disebut juga kekuatan ketiga adalah psikologi eksistensialisme-humanistik. Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru. Misalnya, membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan landasan tempat bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.
Psikoanalisa adalah merupakan system filsafat dan system psikologi sekaligus. Sebagai sebuah system filsafat, psikoanalisa menekankan alam bawah sadar, kekuatan-kekuatan dinamaik, peran dasar insting, kebutuhan untuk sosialisasi, peran fundamental keluarga, proses perkembangan, dan pertumbuhan dan kristalisasi kepribadian dalam pernyataan-pernyataan psikologi dalam. Sebagai sebuah psikologi ia secara fleksibel dan memadai menyerap banyak kontribusi dari sumber-sumber yang berbeda.[1]
Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Konsep-konsep psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling. Banyak tokoh-tokoh lain yang menjadi pengikut Freud, dan mengembangkan terapi seperti Carl Jung, Otto Rank, William Reich, Karen Horney, Adler, Harry Stack Sullivan, dan sebagainya.[2]
Sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup: (1) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia. (2) Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar. (3) Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memeliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa. (4) Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan. (5) Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan traferensi-traferensi.[3]

B.     Konsep-Konsep Utama Psikoanalisis Mengenai Kepribadian
Teori Freud mengenai kepribadian dapat diikhtisar dalam rangka sruktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian.
1.    Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalisis, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu: id, ego, dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis yang merupakan fungsi-fungsi kepribadian. Id adalah komponen biologis, Ego adalah komponen psikologis, sedangkan Superego merupakan komponen sosial.[4]
a.    Id
Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari ide ketika dilahirkan. Ide merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Ide kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Seperti kawah yang yang terus mendidih dan bergolak. Ide tidak bisa menoleransi tegangan dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatic. Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan tegangan, penghindaran kesakitan dan perolehan kesenangan. Ide bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan: memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai asos kesenangan. Ide tidak pernah matang dan selalu menjadi anak manja dari kepribadian, tidak berfikir dan hanya menginginkan atau bertindak. Ide bersifat tak sadar.
b.    Ego
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur. Sebagai “polisi lalu lintas” bagi ide, superego, dan dunia eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksnakan sensor. Denhgan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berfikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Apa hubungan ego dan ide? Ego adalah tempat bersemayan inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari ide. Sementara ide hanya mengenal kenyataan subjektif, ego memperbedakan bayangan-bayangan mental dengan hal-hal yang terdapat di dunia eksternal.
c.    Super Ego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal alih-alih hal yang real dan mendorong bukan kepada kesenangan, melainkan pada kesempurnaan. Superego merepresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua pada anak. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls ide. Kemudain sebagai internalisasi standart orang tua dan masyarakat, superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalaj perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri.
Adapun fungsi pokok super ego dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, yaitu:[5]
                            i.      Marintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat;
                          ii.      Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitis dari pada yang realistis;
                        iii.      Mengejar kesempurnaan.
Jadi super ego (das ueber ich) itu cenderung untuk menentang baik ego (das ich) maupun id (das es) dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
2.    Dinamika Kepribadian
Freud menganggap organisme manusia sebagai suatu sistem energi yang kompleks. Energi yang di peroleh dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah id beserta insting-instingnya.
Instink menurut Freud sebagai sumber perangsang somatis yang dibawa sejak lahir. Suatu insting merupakan sejumlah energi psikis, kumpulan dari semua instink- instink merupakan keseluruhan dari pada energi psikis yang digunakan oleh kepribadian. Insting mempunyai empat sifat utama, yaitu, sumber, tujuan, obyek, dan mendorong, insting bersumber dari kebutuhan dan bertujuan menghilangkan sumber ketegangan yang diakibatkan karena adanya kebutuhan. Sedangkan obyek insting adalah segala aktivitas atau benda yang menyebabkan tercapainya kebutuhan. Besar atau kecilnya kebutuhan merupakan pendorong bagi insting.[6]
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena jumlah energi terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energi tersebut.
Dari dinamika kepribadian dapat kita lihat sebahagian besar dikuasai oleh keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan obyek-onyek yang ada di dunia luar. Dalam menghadapi obyek tersebnut individu tidak selamanya dengan mudah dan berhasil, tetapi selalu menemui ancaman berupa hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan, maka individu merasa cemas. Biasanya reaksi individu terhadapancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yaqng belum dapat diatasinya ialah menjadi cemas.
Freud mengemukakan tiga macam kecemasan yaitu, kecemasan realistis yang bersumber pada ego, kecemasan neurotis yang sumbernya pada id, dan kecemasan moral yang bersumber dari superego. Kecemasan realistis yang paling pokok, yaitu takut terhadap bahaya-bahaya yang datang dari luar individu, dan kedua kecemasan yang lain berasal dari kecemasan realistis ini. Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul apabila insting tidak terkendalikan terkendalikan, sehingga ego akan dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan terhadap hati nurani sendiri.
Kecemasan berfungsi melindungi individu dari bahaya, dan merupakan isyarat bagi ego segera melakukan tindakan. Apabila ego tidak dapat menguasai kecemasan dengan cara yang rasional, maka ego akan menghadapinyadengan jalan yang tidak realistis.
3.    Perkembangan kepribadian
Kepribadian individu menurut Freud telah melalui terbentuk pada tahun-tahun pertama di masa kanak-kanak. Pada umur 5 tahun hampir seluruh struktur keoribadian telah terbentuk, pada tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar tersebut. Freud beranggapan bahwa gangguan jiwa pada orang dewasa, pada umumnya berasal dari pengalaman pada masa kanak-kanak.
Metode-metode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik, serta kecemasan-kecemasan, yaitu sebagai berikut:[7]
a.    Identifikasi.
Yaitu metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian dari pada keprubadiannya.
b.    Pemindahan objek.
Apabila objek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai karena rintangan (anti cathexis) baik dari dalam maupun dari luar. Adapun arah pemindahan objek ditentukan oleh dua factor yaitu:
1)   Kemiripan objek pengganti terhadap objek aslinya.
2)   Sanksi-sanksi dan larangan-larangan masyarakat.
c.    Mekanisme pertahanan ego
Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang betlebihan, maka ego terkadang mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau mereduksikan tegangan atau disebut mekanisme pertahanan. Bentuk-bentuk pokok mekanisme pertahanan itu adalah :
1)   Penekanan atau represi, yaitu salah satu bentuk mekanisme pertahanan ego. Penekanan terjadi apabila suatu pemilihan objek dipaksa keluar dari kesadaran oleh anti cathexis(kekuatan-kekuatan penahanan).
2)   Proyeksi, yaitu mekanisme yang dipergunakan untuk mengubah ketakutan neurotis dan ketakutan moral menjadi ketakutan realitas.
3)   Pembentukan reaksi,yaitu penggantian impus atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan dengan lawannya didalam kesadaran,misalnya benci diganti dengan cinta.
4)   Fiksasi dan Regresi, pada perkembangan yang normal kepribadian akan melewati fase-fase yang sedikit banyak sudah tetap dari lahir sampai mencapai kedewasaan yang akan membawa sejumlah frustasi dan ketakutan, dengan kata lain orang akan mengalami fiksasi pada suatu fase yang lebih awal begitupun regresi sangat erat hubungannya dengan fiksasi itu pada umumnya fiksasi dan regresi adalah keadaan nisbi artinya seorang jarang benar-benar mengalami fiksasi dan regresi. Fiksasi dan regresi inilah yang menyebabkan ketidaksamaan dalam perkembangan kepribadian.
d.   Fase-Fase perkembangan.
Freud berpendapat bahwa fase-fase perkembangan terbagi atas:
1)   Fase Oral (usia 0 sampai 1 tahun). Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktifitas dinamis.
2)   Fase Anal ( kira-kira usia 1 sampai 3 tahun). Pada fase ini cathexis (kekuatan pendorong) dan anti cathexis (kekuatan penahan) berpusat pada fungsi eliminative (pembuangan kotoran)
3)   Fase phallis (kira-kira usia 3 sampai 5 tahun). Pada fase ini alat-alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
4)   Fase Latent (kira-kiara usia 5 sampai 12 tahun atau 13 tahun). Pada Fase ini impuls-impuls cenderung umtuk ada dalam keadaan tertekan.
5)   Fase Pubertas (kira-kira 12 atau 13 sampai 20 tahun). Pada fase ini impuls-impuls yang selama fase latent seakan-akan tertekan, menonjol dan membawa aktivitas-aktivitas dinamis kembali. Apabila aktivitas dinamis ini dapat dipindahkan dan disublimasikan oleh ego dengan berhasil maka sampailah orang kepada fase kematangan terakhir.
6)   Fase genital, pada fase ini individu telah berubah dari mengejar kenikmatan, menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan dengan realistis. Fungsi yang pokok fase genital ialah reproduksi.
Walaupun Freud menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase namun ia tidak bependapat bahwa antara fase-fase tersebut satu sama lain terdapat batas yang tajam.

C.    Proses Konseling Psikoanalisis
Sesuai dengan alirannya , maka setiap konseling diwarnai oleh filsafat dan teori yang dianut oleh teori tersebut. Berikut ini akan diuraikan garis-garis besar proses konseling psikoanalisis.
1.    Tujuan konseling.
Tujuan konseling psikoanalitik adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien. Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksikan kepribadian. Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidaksadaran. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih penting adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.[8]
2.    Fungsi konselor.
Pada konseling psikoanalisis konselor mempunyai ciri unik dalam proses konselornya. Yaitu konselor bersikap anonym, artinyaa konselor bersikap berusaha tak dikenal klien dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar klien dengan mudah memantulkan perasaan kepada konselor. Pemantulan itu merupakan proyeksi klien yang menjadi analisis bagi konselor. Hal yang terpenting dalam proses konseling adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi klien yaitu suatu keadaan dimana klien melindungi suatu perasaan , trauma, atau kegagalan klien terhadap konselor.fungsi konselor adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketaksadaran klien yang dilindunginya dengan cara transferensi itu selain itu konselor membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, krtulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis.
3.    Proses konseling
Secara sisitematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti sebagai berikut;
a.    Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
b.    Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan tranferensi.
c.    Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa anak-anak.
d.   Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
e.    Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
f.     Melanjiutkan lagi hal-hal yang resistensi.
g.    Menutup wawancara konseling.

D.    Teknik Konseling
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku klien, dan memahami gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu:[9]
1.    Asosiasi bebas.
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor.
Asosiasi bebas adalah satu metoda pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lampau. Hal ini disebut sebagai katarsis. Katarsis secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses penyembuhan.sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kinci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor adalah untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketaksadaran.
2.    Interpretasi.
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, analisis tranparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubunganterapetik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klien.
Hal yang terpenting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak, klien dapat menolaknya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi.
Pertama, interpretasi hendaknya hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien.
Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru manuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klien.
Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelim menginterpretasikan emosi atau konflik.
3.    Analisis mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk mambuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahakan.proses terjadinya mimpi adalah karena di waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan karena dalam mimpi semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan.
4.    Analisis Resistensi.
Resistensi, sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa, yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal yang tidak disadari. Anlaisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.
5.    Analisis transferensi.
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar teringkap neurosisnya terutama pada usia selam lima tahun pertama hidupnya. Konselor manggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym, dan pasif agar terungkap transferensi tersebut.

E.     Kritik dan Kontribusi Psikoanalisa
Beberapa kritik terhadap psikoanalisa adalah antara lain :
1.      Pandangan yang terlalu determenistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2.      Terlalu banyak menekankan pada pengalaman masa kanak-kanak, dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu. Hal ini memeberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
3.      Terlalu meminimalkan rasionalitas.
4.      Bahwa perilaku ditentukan oleh energy psikis, adalah sesuatu yang meragukan.
5.      Penyembuhan dalam psikoanalisa terlau bersifat rasional dalam pendekatannya.
6.      Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem psikoanalisa.
Sedangkan kontribusi yang diberikan adalah sebagai berikut :
1.      Adanya motiv asi yang tidak selamanya disadari.
2.      Teori kepribadian dan teknik psikoterapi.
3.      Pentingnya ,asa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian.
4.      Model pengguanaan wwawancara sebagai alat terapi.
5.      Pentingnya sikap non moral pada terapis.
6.      Adanya persesuaianantara teori dan teknik.

BAB II
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Psikoanalisa adalah merupakan system filsafat dan system psikologi sekaligus. Sebagai sebuah system filsafat, psikoanalisa menekankan alam bawah sadar, kekuatan-kekuatan dinamaik, peran dasar insting, kebutuhan untuk sosialisasi, peran fundamental keluarga, proses perkembangan, dan pertumbuhan dan kristalisasi kepribadian dalam pernyataan-pernyataan psikologi dalam. Sebagai sebuah psikologi ia secara fleksibel dan memadai menyerap banyak kontribusi dari sumber-sumber yang berbeda.
Menurut pandangan psikoanalisis, stuktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu: id, ego, dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis yang merupakan fungsi-fungsi kepribadian. Id adalah komponen biologis, Ego adalah komponen psikologis, sedangkan Superego merupakan komponen sosial.
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam prilaku klien, dan memahami gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu, Asosiasi Bebas, Interpretasi, Anilisis Mimpi, Analisis Resistensi, dan Analisis Transferensi.
DAFTAR PUSTAKA

Ø  Corey, Gerald. 1997. Teori & Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT. Eresco.
Ø  Corsini, Raymond. 2003. Psikoterapi Dewasa Ini. Surabaya : Ikon Teralitera.
Ø  Surya, Mohammad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.


[1] Raymond Corsini, Psikoterapi Dewasa Ini, (Surabaya : Ikon Teralitera, 2003), hal. 74-75
[2] Mohammad Surya, Teori-Teori Konseling, (Bandung : Bani Quraisy, 2003), hal. 28
[3]  Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung : PT. Eresco, 1997), hal. 13
[4]  Ibid
[5] Mohammad Surya, Teori-Teori Konseling, (Bandung : Bani Quraisy, 2003), hal. 30
[6] Ibid
[8] Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung : PT. Eresco, 1997), hal. 36
[9] Mohammad Surya, Teori-Teori Konseling, (Bandung : Bani Quraisy, 2003), hal. 36